Teroris Cirebon Menyerah

Jumat 21-10-2011,07:04 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON - Setelah tujuh bulan menjadi buronan Mabes Polri, Yadi al-Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, akhirnya diamankan oleh tim Densus 88 Antiteror, di rumah orang tuanya di Jl Raya Sunan Gunungjati, Gang Mushola atau Gg Supena No 49, RT/02 RW/01, Desa Pasindangan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Rabu malam (19/10) sekitar pukul 23.45. Yadi merupakan satu dari tujuh buron jaringan teroris bom Cirebon dan Solo. Dalam kasus ini, Yadi disebut-sebut polisi memiliki peran memimpin pelatihan merakit bom. Yadi juga tercatat sebagai amir Ashabul Kahfi Cirebon dan anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar Ba’asyir untuk wilayah Cirebon. Keterangan yang berhasil dihimpun Radar di lokasi menyebutkan, proses penangkapan terhadap Yadi hanya berjalan singkat, tak lebih dari lima menit dan tidak ada perlawanan. Awalnya, Aceng Muharam kakak kandung Yadi mendatangi rumah Misnadi selaku kepala desa setempat memberitahukan bahwa adiknya yang selama ini dicari polisi telah pulang ke rumah. Berdasar keterangan itulah, kepala desa melaporkannya ke Polsek Gunungjati. Laporan itu langsung ditanggapi, dan sekitar pukul 23.45 sekitar 10 orang petugas dari Polsek Gunungjati dan tim Densus 88 Mabes Polri mendatangi dan menggerebek rumah Yadi. Sebelum dibawa polisi, Yadi yang saat itu sedang istirahat di rumah, sempat menolak untuk dibawa atau dijemput polisi karena dirinya tidak ingin keluarganya dikaitkan dengan kasus terorisme. Setelah mendapat nasehat dari keluarganya, akhirnya Yadi pun menyerahkan diri ke polisi. Selanjutnya, dengan menggunakan mobil pengawalan ketat tim Densus 88, Yadi dibawa ke Mabes Polri Jakarta guna menjalani serangkaian pemeriksaan. Dalam penangkapan itu, tidak ada barang-barang yang ikut dibawa polisi. “Ketika polisi mengetuk pintu rumah, ibunda Yadi bernama Siti Rokayah (70) membukakan pintu dan langsung membawa dan menyerahkan Yadi ke anggota Densus 88. Saat Densus 88 datang, Yadi sedang tidur di kamarnya. Ketika ditangkap juga Yadi terlihat kooperatif tidak melakukan perlawanan,” kata Misnadi, kepala desa setempat saat ditemui Radar di rumahnya, Kamis (20/10). Masih menurut Misnadi, setelah menikah dengan Ny Nena (26), Yadi dikaruniai seorang putra yang saat ini masih berusia delapan bulan. “Setahu saya, istri Yadi itu asli warga Jl Sasana Budaya (Jl Dr Cipto MK). Awal tahun 2011, mereka menikah dan sekarang punya anak satu,” ujarnya. Sementara itu, Aceng Muharam, kakak kandung Yadi, mengaku dirinya tidak mengetahui tempat adiknya bersembunyi selama menjadi buronan polisi. “Yadi pulang Rabu malam, katanya kangen sama keluarga dan istrinya. Kami, keluarga sih hanya bisa berharap agar Yadi insyaf dan tidak bergabung lagi dengan kelompok yang beraliran keras dan tidak membuat resah masyarakat,” kata Aceng. Dijelaskannya, Yadi memiliki sifat pendiam, namun aktif di sejumlah organisasi, termasuk remaja masjid. “Adik saya orangnya pendiam. Hubungan dengan warga di sini juga baik-baik saja, tidak ada masalah, bahkan dia (Yadi, red) pernah aktif di Karang Taruna dan remaja masjid di Mushola Asy Syuhada samping rumah kepala desa,” ungkapnya. Anehnya, sejumlah tetangga maupun warga setempat yang ditemui Radar, mengaku tidak mengetahui Yadi ditangkap Densus 88 Mabes Polri. “Sumpah, benar saya nggak tahu ada warga di sini yang ditangkap polisi. Saya tahunya tadi pagi dari tetangga yang mengabarkan bahwa yang ditangkap polisi itu Yadi,” kata Ny Yuni, warga setempat. (rdh)

Tags :
Kategori :

Terkait