Banjir Lumpuhkan Bandara di Bangkok

Rabu 26-10-2011,01:32 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

BANGKOK - Banjir di Thailand mulai merusak kawasan-kawasan penting di Negeri Gajah Putih tersebut. Daerah-daerah strategis kemarin telah terendam air, termasuk jalan masuk Bandara Don Mueang, Bangkok Akibat air bah yang melanda sisi utara ibu kota Thailand itu, pengoperasian pesawat salah satu maskapai penerbangan domestik lumpuh. Maskapai Nok Air telah memutuskan menyetop armadanya di Don Mueang hingga 1 November nanti. ”Kami menunggu dampak dari banjir. Kami stop dulu untuk keamanan,” kata CEO Nok Air Patee Sarasin seperti dilansir AFP. Sementara itu, penerbangan lain akan diarahkan ke Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, gerbang internasional utama negara tersebut. Namun, Manajer Bandara Don Mueang Kanpat Mangkalasiri menegaskan bahwa bandara masih beroperasi normal. Jika banjir mencapai ketinggian 30 cm, administrator bandara berjanji memompa air secepatnya. Karena itu, dia meminta para penumpang bisa berangkat ke bandara dua jam sebelum waktu check-in agar tidak terjebak macet. “Banjir memang tidak bisa dibendung dalam waktu cepat. Tetapi, kami terus cari solusi agar operasi bandara tetap lancar,” jelasnya kepada AFP. Banjir yang mengepung bandara di Bangkok itu juga menyerang tempat pengung­sian dan markas Pusat Penang­gulangan Banjir Nasional Thailand. “Lokasi pengungsian telah terendam karena tidak jauh dari jalan masuk bandara. Sebelumnya, kami perkirakan di sini aman. Ternyata, banjir sangat parah,” kata petugas posko penanggulangan banjir setempat seperti dikutip Bangkok Post. Lokasi pengungsian di gedung olahraga Universitas Thammasat yang menampung 4.000 orang pun turut kebanjiran. Akibatnya, para pengungsi dipindahkan ke Stadion Rajamangala di Kota Bangkok dengan bantuan ratusan sukarelawan. Untuk mencegah kondisi yang lebih buruk, Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra memindahkan markas komando banjir ke lokasi lain. Senada, kemarin Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra mengusulkan relokasi Bandara Don Mueang ke lokasi yang aman. “Kami berpikir untuk pindah. Meskipun, tidak ada banjir di dalamnya. Kami masih menghadapi gangguan transportasi di luar sana. Kami akan membahas masalah itu pada pertemuan kabinet,” terang Yingluck. Yingluck juga menyebut musibah banjir yang telah melanda selama tiga bulan terakhir itu sebagai krisis nasional. “Banjir di Bangkok sudah tak dapat dihindari,” jelasnya dalam konferensi pers seperti dilansir AP. Dalam keputusan lain, pemerintah Thailand menyatakan, 27-31 Oktober 2011 dijadikan hari libur khusus di bagian negara. Menteri Pariwisata Chumphol Silpa-archa mengatakan, setelah pihaknya menggelar rapat kabinet, sekitar 21 provinsi, termasuk Bangkok, akan diliburkan. “Itu berarti sekolah, bisnis, dan kantor pemerintah akan ditutup selama lima hari,” papar dia. Banjir dan keputusan libur nasional tersebut diperkirakan memperlambat pertumbuhan ekonomi Thailand tahun ini. Bank Sentral Thailand (BOT) menyebut, gara-gara banjir sejak akhir Juli lalu, angka pertumbuhan ekonomi terkoreksi dari prediksi awal 4,1 persen menjadi 3 persen hingga akhir tahun. “Seca­ra substansial, banjir akan memperlambat pertumbuhan. Namun, risiko kenaikan inflasi dari pengeluaran publik dan swasta masih dipantau,” kata Asisten Gubernur BOT Paiboon Kittisrikangwan seperti dikutip Bloomberg. BOT menghitung, kerugian akibat banjir, di antaranya di Bangkok dan Ayutthaya, diperkirakan mencapai 120 miliar baht atau setara dengan USD 3,9 miliar. Selain itu, bencana yang disebut-sebut terburuk sepanjang 50 tahun terakhir tersebut memupus potensi pencapaian produk domestik bruto hingga 100 miliar baht karena menurunnya produksi dan hilangnya aset. Indeks harga saham SET dan nilai tukar baht dilaporkan terus melemah dalam tiga bulan terakhir. Indeks harga saham SET anjlok 17 persen, sementara nilai tukar baht turun 3,5 persen. Itu disebabkan maraknya penjualan aset investor asing yang khawatir akan dampak banjir serta imbas melemahnya pertumbuhan ekonomi global. Tetapi, BOT masih berupaya menekan laju inflasi agar tetap di bawah 3 persen. Di sektor industri, kerugian dialami produsen-produsen dunia yang membuka pabrik di Thailand. Misalnya, di sektor otomotif, Kohei Takahashi, analis JPMorgan Chase & Co di Tokyo, mengatakan bahwa pabrikan otomotif Honda, Toyota, dan Nissan rugi lebih dari USD 500 juta.  Selain itu, Wakil PM Na-Ranong Kittiratt memperkirakan 500 ribu orang kehilangan pekerjaan. (rtr/ap/afp/c11/iro)

Tags :
Kategori :

Terkait