Prabowo Teratas, Megawati Melorot

Kamis 27-10-2011,07:40 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Hasil Survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) JAKARTA - Fenomena saling “mementahkan” antar lembaga survei rupanya tengah menjadi tren. Perbedaan temuan yang cukup jomplang itu tampak pada isu kandidat calon presiden yang berpotensi menjadi preferensi publik pada pilpres 2014. Kemarin, kembali hasil riset dirilis kepada publik. Kali ini pelaksananya adalah Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS). Lagi-lagi, untuk soal capres, survei tersebut menyajikan hasil yang berbeda. Sebanyak 28,1 persen responden ternyata menjagokan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai capres. Menyusul kemudian Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD 10,6 persen, mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 7,4 persen, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie 6,8 persen, Ketua Umum PB NU Said Agil Siradj 6 persen, dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin 5,2 persen. Kandidat capres yang dalam survei lain sangat dipavoritkan, yakni Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, dalam survei SSS justru terpuruk ke urutan 27 dengan hanya didukung 0,3 persen responden. Posisinya tepat di bawah Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mendapat tingkat keterpilihan sebagai capres 0,4 persen. “Partai Gerindra terus mengkampanyekan kalau Prabowo akan maju sebagai capres. Sedangkan, PDIP masih debatable. Megawati sendiri sempat ramai diberitakan tidak akan mencapreskan lagi, lalu Taufik Kiemas menimpali soal pentingnya regenerasi. Semua ini mempengaruhi pertimbangan publik,” jelas Direktur Eksekutif SSS Toto Sugiarto di Hotel Four Season, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, kemarin (26/10). Tidak hanya itu, SSS berusaha menangkap alasan responden dalam menjatuhkan pilihan capresnya. Terhadap sosok Prabowo, responden menilainya sebagai sosok yang memiliki ketegasan (66,5 persen). Menurut Toto, masyarakat memang cenderung merindukan unsur ketegasan pada diri pemimpin. Sekarang ini, lanjut dia, boleh jadi bandul itu tengah bergerak secara diametral. “Di satu sisi publik menilai karakter kepemimpinan Presiden SBYyang peragu. Sedangkan, Prabowo menjadi satu-satunya figur yang dipandang merepresentasi ketegasan itu,” ujarnya. Selain itu, Toto menilai publik menduga kalau para tokoh senior yang lain, seperti Megawati Soekarnoputri, Sultan Hamengku Buwono X, Jusuf Kalla, Amien Rais, dan Wiranto tidak akan mengikuti kontestasi politik praktis lagi. “Mereka kemungkinan besar akan “lengser keprabon” dan menjadi guru bangsa,” kata Toto. Dalam konteks ini, Prabowo Subianto menjadi satu-satunya tokoh yang dianggap masih ada dalam pilpres 2014. Pengumpulan data survei dilakukan dengan cara wawancara secara tatap muka pada 3-8 Oktober 2011. Responden yang disurvei sebanyak 1.318 orang. Mereka diambil acak dengan menggunakan metode stratified random sampling dari populasi penduduk yang memiliki hak pilih dalam pemilu atau minimal berusia 17 tahun. Survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error 2,69 persen. Teknik survei yang dipakai SSS memang sedikit berbeda. Awalnya mereka menanyakan latar belakang tokoh yang diharapkan menjadi capres. Dari 12 pilihan yang ada, militer menempati posisi teratas dengan 33,8 persen. Disusul oleh calon yang berlatar belakang akademisi 17,2 persen, tokoh agama 12,1 persen, pengusaha 9,7 persen, dan partai politik 8,9 persen. Bagi responden yang memilih militer tersedia sejumlah alternatif nama. Misalnya, Prabowo Subianto, Pramono Edhie Wibowo, Joko Suyanto, sampai Wiranto. Nama lain juga diajukan tapi sangat kecil keterpilihannya. Tentu saja Aburizal Bakrie, Megawati, atau Hatta Radjasa tidak masuk di “kamar” tokoh berlatar bekalang militer. Namun, ada nama-nama yang bisa muncul di sejumlah “kamar”. Misalnya, Prabowo Subianto yang juga muncul di “kamar” partai politik. Mahfud MD muncul di “kamar” akademisi dan ahli hukum. Pada akhirnya, semua dihitung akumulasi perolehan dukungannya. “Kami tidak membatasi tokoh itu ada di kamar mana,” kata Toto. Dengan teknik yang sama, untuk kategori cawapres, Mahfud MD menempati posisi paling atas dengan 15,6 persen. Kemudian Sri Mulyani Indrawati 8 persen, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo Pramono Edhie Wibowo 7,1 persen, Din Syamsuddin 6,8 persen, Said Aqil Siradj 6,3 persen, dan Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa 4,3 persen.  “Alasan mereka yang memilih Mahfud MD adalah karena kejujuran (37%), kepandaian (22,8%) dan ketegasannya (21,7%),” terang Toto. Untuk kategori wapres, nama Puan Maharani mulai muncul. Dia berada di urutan ke-10 dengan tingkat keterpilihan 3 persen. Menurut Toto, ketika Megawati dianggap akan “lengser keprabon”, publik melihat penggantinya tentu juga dari trah Soekarno. “Siapa lagi kalau bukan putrinya, yakni Puan Maharani,” katanya. Toto menyampaikan bukan tidak mungkin mesin politik sebesar PDIP mampu mengorbitkan Puan dalam tiga tahun ke depan. “Asalkan ada kerjasama ekstra keras dari seluruh mesin PDIP untuk mengorbitkan Puan,” tegasnya. Untuk kategori parpol, temuan SSS adalah Partai Golkar berada di posisi puncak dengan 31,9 persen. Di bawahnya berturut-turut PDIP 20,6 persen, Partai Demokrat 16,6 persen, Partai Gerindra 11,2 persen, PKS 4,8 persen, PAN 3,3 persen, PKB 2,4 persen, PPP 2,0 persen, dan Partai Hanura 1,8 persen. Ada satu partai pendatang baru yang mulai terlihat, yakni Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dengan 1,7 persen. “Partai baru yang dibidani Surya Paloh itu (Nasdem, red) berhasil meletakkan dirinya pada peta politik nasional. Jika eksistensi partai baru semacam Nasdem semakin menguat, tidak tertutup kemungkinan suatu saat terjadi rotasi partai di Senayan,” kata Toto. Di bagian lain, munculnya nama Ani Yudhoyono dalam hasil survei sebagai tokoh yang berpeluang maju dalam pilpres 2014, tidak terlalu mendapat respon dari lingkungan Istana. Bahkan jika kemudian akhirnya ibu dari Agus Harimurti dan Edhie Baskoro dicalonkan dalam pemilihan RI-1 mendatang. “Kalau dicalonkan, ada pihak-pihak yang menganggap atau menilai pantas sebagai capres, ya itu sah-sah saja,” kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha di sela kunjungan kerja Presiden SBY ke PT Dirgantara Indonesia, Bandung, kemarin (26/10).      Hasil survei bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengakuan. Namun menurut Julian, Presiden SBY sudah pernah menyampaikan secara terbuka bahwa tidak ada niatan untuk mencalonkan Ani Yudhoyono untuk maju nyapres. “Keinginan dari keluarga tidak ada,” ucapnya. (pri/bay/fal)

Tags :
Kategori :

Terkait