Indonesia Terancam Krisis Pangan Akut

Jumat 26-12-2014,09:22 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Ledakan pen­duduk mengancam Indonesia. Badan Kependu­dukan dan Keluarga Beren­cana Nasional (BKKBN) mem­perkirakan, jumlah penduduk bertambah 3,3 juta orang setiap tahunnya atau rata-rata tumbuh 1,4%. Itu artinya, pada 2045 atau dalam kurun waktu 34 tahun ke depan, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 450 juta jiwa. ”Indonesia akan meng­hadapi masalah besar jika leda­kan penduduk atau baby boom ini tidak segera dikendalikan,’’ kata aktivis perempuan dan anak DR Giwo Rubianto Wiyogo saat pelantikan dirinya sebagai Ketua Umum Kowani belum lama ini. Giwo menjelaskan, ledakan penduduk memang akan menimbulkan banyak masalah, terutama terkait pengadaan pangan, sandang, papan, termasuk sarana kesehatan dan pendidikan. Belum lagi soal lapangan pekerjaan yang harus disediakan. ’’Ledakan penduduk yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan kekacauan dan akan mengganggu perekonomian. Pemerintah tak bisa lagi berdiam diri. Harus ada intervensi menekan pertumbuhan jumlah penduduk,’’ tegas mantan ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini. Bahkan, lanjut dia, Komisi Pangan Inggris mengingatkan bahwa Indonesia berpotensi menghadapi krisis pangan akut. Selain itu, peringatan serupa juga dilontarkan Food and Agriculture Organization (FAO). Organisasi pangan dunia ini menyebutkan, Indonesia, Pakistan, Mongolia, Burma, Kenya dan negara Afrika lainnya berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Karena itu, sebagai Ketua Umum Kowani, Giwo merekomendasikan beberapa hal strategis. Pertama, Pemerintah perlu segera memastikan optimalisasi kebijakan KB sebagai alternatif mencegah ledakan pertumbuhan bayi. Kedua, Pemerintah perlu mengembangkan mekanisme jemput bola sebagai bentuk stelsel aktif negara, dalam pelaksanaan program KB. Hal ini penting, untuk mengantisipasi ledakan penduduk. Ketiga, Pemerintah bersama elemen bangsa harus bersinergi mengedukasi masyarakat agar masyarakat merasa penting untuk mengikuti KB. Keempat, semua elemen masyarakat, civil society, perguruan tinggi dan para tokoh agama dan ma­syarakat perlu berperan ak­tif untuk mencegah baby boom yang mengancam Indo­nesia. ’’Ancaman ledakan per­tumbuhan bayi ini akan men­jadi ancaman serius bangsa,’’ pungkas dia. (hen/mub)

Tags :
Kategori :

Terkait