Ketika Omzet Pedagang Furnitur di WTC Naik-Turun Pabuaran dan Ciledug merupakan pusat furnitur yang ada di wilayah timur Kabupaten Cirebon (WTC). Meskipun kalah populer dari Plered dan Jamblang, namun para perajin dan penjual furnitur di Pabuaran dan Ciledug selalu diserbu pembeli. Tentunya Pabuaran dan Ciledug menjadi ikon furnitur di WTC. Sentra furnitur WTC yang berada di Pabuaran dan Ciledug ini memang berawal dari tahun 1970. Dari mulai hanya beberapa orang yang menjual furnitur, kini semakin menjamur. Namun sayangnya menghadapi pasar bebas ASEAN ini sentra furnitur di WTC mengalami pasang surut. Beberapa faktor menjadi penyebab omzet penjualan furnitur naik-turun. Tentunya karena selain daya saing yang sangat tinggi dengan para penjual furnitur juga karena kemampuan daya beli masyarakat yang rendah. Salah satu perajin dan penjual furnitur, H Aziz kepada Radar mengatakan dirinya mulai merintis bisnis furnitur sejak tahun 1970-an. “Awalnya saya mulai usaha furnitur ini sejak tahun 70-an. Karena memang ini warisan dari orang tua saya, sehingga sekarang ini saya melanjutkannya,” ujarnya. Menurut Aziz, ketika dirinya mulai merintis bisnis furnitur berawal dari kecil-kecilan. “Ya tadinya sih saya dulu jualan furnitur keliling dan kredit. Dari tahun ke tahun dan alhamdulillah semakin besar dan besar, sampai saya punya beberapa toko furnitur,” kata Aziz. Ia mengungkapkan ketika memproduksi furnitur dirinya mengambil bahan dari daerah Plered. “Saya beli bahan dari Kaliwulu dan Jamblang. Jadi di sini kita tinggal poles saja, tinggal mau dipoles bagaimana furnitur ini nanti tergantung permintaan,” ungkapnya. Aziz mengakui saat ini bisnis yang digelutinya mengalami pasang surut menjelang perdagangan ASEAN. “Kalau sekarang sih nggak terlalu bagus penjualannya. Karena sekarang sering naik turun. Apalagi sekarang sudah banyak perajin dan penjual furnitur di daerah Ciledug dan Pabuaran,” tutur Aziz. Sementara perajin furnitur lainnya, H Waud mengatakan dirinya memang satu angkatan dengan H Aziz dalam memulai bisnis furnitur. “Dari tahun 70-an. Ya saya bisa bisnis furnitur ini awalnya ikut dulu sama H Aziz. Ketika itu saya belum bisa usaha sendiri. Alhamdulillah akhirnya saya bisa membangun toko furnitur,” terangnya. Menurutnya setelah menginjak tahun 2000-an mulai menjamur penjual furniture di Pabuaran dan Ciledug. “Tadinya sih yang jual, H Aziz, saya sama satu lagi. Lalu setelah tahun 2000-an yang jual furnitur semakin banyak. Jadi bisa ditebak kalau yang dagangnya banyak, sehingga omzet penjualan semakin menurun,” ujarnya. Waud merasa pesimis, bisnisnya akan sukses setelah diberlakukannya pasar bebas ASEAN. “Sekarang saja omzet turun, apalagi katanya ada pasar bebas ASEAN, ya saya nggak tahu akan bagaimana nantinya,” paparnya. Apalagi, lanjut Waud setelah kenaikkan harga BBM, bahan-bahan furnitur mengalami kenaikkan. (deny hamdani)
BINGUNG HADAPI PASAR BEBAS ASEAN
Sabtu 27-12-2014,10:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :