Pilihan Berisiko Arema

Selasa 30-12-2014,10:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Tiket Jadi Andalan Pemasukan, Bakal Naikkan Harga  JAKARTA - Arema Cronous menjadi klub yang paling \"berani\" dalam menyiapkan proyeksi keuangan untuk Indonesia Super League (ISL) 2015. Berani harus diberi tanda kutip. Sebab, jika tim lain umumnya menggantungkan keuangan dari pemasukan sponsor, semifinalis ISL 2014 itu malah menempatkan ticketing sebagai target pemasukan terbesar. Keputusan tersebut terbilang cukup berisiko. Apalagi, setelah melihat bagaimana catatan pendapatan panitia pelaksana pertandingan kandang Arema selama ISL 2014. Dengan sistem wilayah, saat itu pemasukan tiket tim berjuluk Singo Edan tersebut tidak bisa melebihi Rp6 miliar. Dari sepuluh kali laga home di fase reguler plus tiga di delapan besar, pemasukan Arema dari tiket hanya Rp5,3 miliar. Bahkan, ketika ISL satu wilayah dengan 18 klub dua musim lalu, penjualan tiket Arema juga tidak jauh berbeda. Dari 17 laga kandang ketika itu, income dari tiket hanya berkisar Rp8,3 miliar. Nah, jika mengacu proyeksi pengeluaran Arema pada musim depan yang sekitar Rp40 miliar, artinya, mereka harus bisa menembus Rp20 miliar dari tiket atau rata-rata Rp1 miliar per pertandingan kandang. Padahal, di Indonesia, biasanya, penuh tidaknya stadion bergantung pada banyak faktor. Di antaranya, kualitas lawan yang dihadapi, cuaca, dan tentu prestasi tim. Apalagi, belum ada klub di tanah air yang mengenal sistem tiket terusan untuk satu musim. Menurut Media Officer Arema, Sudarmadji menyebut, demi memenuhi target pemasukan tersebut, manajemen berancang-ancang menaikkan harga tiket. \"Nilai kenaikan harganya memang belum ditentukan. Tapi, persentase kenaikan antara 10 hingga 15 persen,\" ujarnya. Untuk tribun ekonomi, misalnya. Di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, yang selama ini menjadi homeground Arema, terdapat 37.150 lembar untuk kelas termurah itu yang biasanya dijual Rp30 ribuan. Jika nanti ada kenaikan maksimal 15 persen, berarti per lembar bisa mencapai Rp34.500. \"Kenaikan tersebut juga berlaku untuk kelas di atasnya,\" ungkap Sudarmadji. Dia mengakui, tahun lalu, pendapatan yang didapatkan dari ticketing memang belum maksimal. Dari target Rp13 miliar, realisasinya hanya Rp5,3 miliar. Format kompetisi ISL 2014 yang menggunakan dua wilayah dianggap menjadi penyebab karena jumlah laga home sedikit. Tetapi, karena musim depan bakal menerapkan kompetisi penuh, dia yakin bisa mendapat hasil maksimal. Untuk ISL saja, ada 19 laga kandang. Itu belum termasuk Piala Indonesia, uji coba pramusim, dan uji coba lain. Total 30 pertandingan kandang masuk dalam target. \"Dengan posisi seperti itu, kami bisa saja mendapat Rp25 miliar dari ticketing,\" paparnya. Optimisme untuk mengeruk pendapatan besar dari sektor ticketing tersebut juga diungkapkan CEO Arema, Iwan Budianto. Dengan format satu wilayah, otomatis kebanyakan lawan yang datang ke Malang bakal lebih berbobot. Musim lalu, beberapa klub yang punya potensi untuk menyedot penonton besar tidak hadir ke Malang. Sebut saja Persebaya Surabaya dan Persipura Jayapura. \"Bayangkan, jika klub yang belum pernah melawan kami di Malang musim lalu seperti Persebaya datang, jumlah penonton yang datang pasti cukup besar. Itu dasar optimisme kami,\" sebutnya. Sikap Arema itu tentu bertolak belakang dengan juara ISL 2014, Persib Bandung. Sekalipun dari sisi fanatisme pendukung relatif sama dengan Arema, PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) selaku pengelola tidak berani menempatkan ticketing sebagai pemasukan utama. Sebaliknya, pemasukan besar dari sponsor tetap menjadi andalan. Direktur Operasional PT PBB Risha Adiwijaya menjelaskan, untuk ISL 2015, akan ada peningkatan jumlah kontribusi sponsor. \"Ada kenaikan 10 persen kontribusi dari sponsor. Kalau untuk nominal, tidak bisa kami sebutkan,\" ujarnya. (ren/c23/ttg)

Tags :
Kategori :

Terkait