Wantimpres: Polisi Wajib Usut Tuntas

Kamis 22-01-2015,10:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Jenis Senpi Belum Terlacak, Korban Penembakan Masih di IRD RS dr Soetomo SURABAYA-Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Hasyim Muzadi menjenguk aktivis antikorupsi Mathur Husyairi di RSUD dr Soetomo kemarin (21/1). Kedatangannya tersebut untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban penembakan di depan rumahnya itu. Mantan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu datang tidak sendiri. Dia datang bersama mantan Ketua DPRD Jatim Fathur Rosyid dan mantan Ketua DPRD Surabaya Musyafa Rouf. Rombongan tersebut datang ke rumah sakit sekitar pukul 16.00. Di ruang instalasi rawat darurat (IRD) lantai III, korban tembak oleh oknum yang tidak dikenal itu mendapat perawatan intensif. Hasyim yang tadinya hanya bisa memantau dari luar ruang rawat inap korban, akhirnya diperbolehkan masuk sekitar pukul 16.15. Mathur yang masih tergolek lemah hanya bisa terbaring di atas brankar. Saat itu, Hasyim juga sempat berkomunikasi dengan istri korban, Mutmainah. \"Kedatangan saya ke sini dalam bentuk simpati. Karena rakyat ditembak,\" ungkap Hasyim. Hasyim menuturkan kasus penembakan seperti ini sudah banyak terjadi. Itu sebabnya, dia berharap hal tersebut tidak terjadi terus menerus. \"Kondisi korban saat ini sudah lemah. Insya Allah akan sembuh,\" ujarnya. Dia meminta agar kasus penembakan tersebut segera diusut tuntas oleh pihak kepolisian tanpa asas praduga tak bersalah. Sehingga, polisi harus melakukan penyelidikan tersebut sewajarnya. \"Ini harus diproses. Terlepas nanti saya melaporkan kasus ini ke presiden atau tidak, polisi wajib usut tuntas,\" tambahnya. Menurut dia, kasus penembakan tersebut jangan terlalu disangkutpautkan oleh kasus yang sedang hangat di Bangkalan. Yaitu, korupsi yang mencatut RA Fuad Amin, ketua DPRD Jatim. Yang jelas, penembakan ini menyangkut rakyat dan tidak boleh diperlakukan semena-mena. \"Ditunggu keseriusan polisi dalam menangani kasus ini,\" jelasnya. Sementara itu, polisi memang telah melakukan pemeriksaan proyektil peluru yang dimuntahkan ke tubuh aktivis antikorupsi Mathur Husyairi. Tapi, itu bukan berarti jenis senjata api (senpi) yang digunakan pelaku penembakan pegiat LSM Center for Islam and Democracy (CIDe) tersebut telah berhasil diidentifikasi. Sebaliknya, polisi masih kesulitan mengungkapnya. Kepastian soal peluru ditegaskan oleh Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Awi Setiyono, kemarin (21/1). Saat ini, polisi baru bisa menyebut kalau peluru yang ditembakkan ke Mathur berdiameter 9 mm. Selain itu, diketahui bahwa peluru tersebut dimuntahkan dari senpi yang tanpa galangan atau dataran. Hasil itu diketahui dari uji balistik yang dilakukan Labfor Mabes Polri cabang Surabaya, kemarin (21/1). \"Diameternya dipastikan 9 mm, tapi jenis senpinya masih belum teridentifikasi secara pasti,\" kata Kabidhumas Polda Jawa Timur Kombespol Awi Setiyono, kemarin. Karena belum teridentifikasi dengan jelas, polisi pun belum bisa memastikan senpi yang digunakan pelaku menembak Mathur apakah senpi rakitan atau organik. Begitu pula dengan kepemilikannya. Apakah itu milik orang sipil atau dari tangan aparat keamanan. Polisi menyebut senpi tanpa galangan bukan hanya senpi rakitan. Tapi, senpi hasil pabrikan juga ada yang tanpa galangan. Dalam beberapa kasus, polisi kerap menemukan pistol yang tanpa galangan atau dihapus alurnya. \"Upaya menghapus alur senjata itu biasanya untuk menghilangkan jejak,\" jelas Awi. Nah, dalam kasus penembakan Selasa dinihari (20/1) di depan rumah Mathur di Jalan Teuku Umar III/54, Bangkalan tersebut diduga kuat sudah direncanakan sejak lama. Untuk mengelabuhi petugas, pelakunya menggunakan senpi yang alurnya sudah dihapus agar jejak kepemilikannya sulit dilacak. Kendati begitu, polisi menegaskan akan terus berupaya mengungkap jenis senpi yang digunakan pelaku. Tidak hanya itu, tentu saja mereka juga akan berusaha maksimal menangkap pelaku penembakan. \"Kami akan terus melakukan penyelidikan tentang ini semua,\" ujar Awi. (ayu/fim)

Tags :
Kategori :

Terkait