Putra Mahkota Salman Naik Takhta Arab Saudi

Sabtu 24-01-2015,10:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Gantikan Raja Abdullah yang Mangkat RIYADH - Arab Saudi berduka. Kemarin (22/1) Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud mangkat. Pemimpin monarki kerajaan ultrakonservatif itu wafat pada usia 90 tahun. Begitu Abdullah berpulang, Pangeran Salman bin Abdul Aziz Al Saud yang selama ini berstatus putra mahkota pun langsung naik takhta. Dalam keterangan resmi kerajaan tertulis, bahwa Abdullah mengembuskan napas terakhir pada pukul 01.00 dini hari kemarin. Kini Salman yang merupakan saudara tiri almarhumlah yang berada di puncak kekuasaan. Secara de facto, pangeran berusia 79 tahun itu memang sudah mengambil alih sebagian besar tugas-tugas kepemimpinan Abdullah. Terutama, sejak kesehatan Abdullah memburuk pada akhir 2012. Media resmi pemerintah melaporkan, Abdullah tutup usia setelah menjalani perawatan karena pneumonia. Dia sempat dirawat intensif selama tiga pekan di rumah sakit. Tokoh konservatif itu meninggalkan 4 istri, 7 anak lelaki, dan 15 anak perempuan. Sampai ajal menjemput, Abdullah masih tercatat sebagai pemimpin dunia terkaya ketiga dengan harta senilai USD 18 miliar (sekitar Rp224,9 triliun). Bagi masyarakat global, Abdullah dikenal sebagai raja pengubah. Ya, dia memang punya cita-cita untuk memodernkan Kerajaan Saudi agar lebih siap menghadapi tantangan masa depan. \"Abdullah menggenjot sektor produktif dengan membuka lapangan kerja yang menyedot banyak tenaga kerja terampil. Selain itu, beliau memperlonggar larangan terhadap perempuan,\" terang media pemerintah. Untuk kali pertama, di bawah kepemimpinan Abdullah, perempuan bisa menjadi anggota dewan syura. Dewan syura terdiri atas para tokoh yang bertugas memberikan nasihat dan masukan terhadap raja dan pemerintah. \"Beliau juga berjanji memberikan hak pilih kepada kaum perempuan dalam pemilihan lokal tahun ini,\" lapor Saudi Press Agency. Pada 2009 Abdullah menunjuk seorang perempuan sebagai wakil menteri dan mengizinkan dua atlet hawa mengikuti Olimpiade 2012. Sebenarnya Abdullah telah meletakkan tugas-tugas resmi kerajaan pada 2005. Jadi, transisi kekuasaan kemarin hanyalah simbol belaka. Kini Salman tidak hanya menjadi raja secara de facto, tapi juga de jure. Maka, dia pun langsung menunjuk putra mahkota yang nantinya menjadi penerus garis kekuasaannya. Pilihan Salman jatuh pada Putra Mahkota Muqrin. Selain menunjuk putra mahkota, Salman menobatkan Pangeran Mohammed bin Nayef sebagai penerus takhta. Putra almarhum saudara laki-laki Salman, Nayef, itu bakal menjadi putra mahkota jika kelak Muqrin naik takhta. Saat ini Mohammed menjabat menteri dalam negeri. Sampai meninggalnya pada 2012, Nayef pun memimpin Kementerian Dalam Negeri Saudi. Seperti Abdullah, Salman diprediksi tidak akan jauh-jauh dari Amerika Serikat (AS). Semasa hidup, Abdullah dikenal sebagai sekutu dekat Negeri Paman Sam. Meskipun, belakangan, hubungan Riyadh dan Washington kurang mesra. Salah satu pemicunya adalah konsep damai AS gagal untuk menyelesaikan konflik abadi Israel-Palestina lewat meja perundingan. Kemarin Presiden Barack Obama menjadi salah satu kolega pertama Saudi yang menyatakan belasungkawa. \"Sebagai pemimpin, beliau selalu jujur dan memegang teguh pendiriannya. Salah satu yang dia yakini adalah pentingnya hubungan baik AS dan Saudi demi keamanan dan stabilitas kawasan Timur Tengah,\" papar pemimpin 53 tahun tersebut. Obama, sepertinya, tidak perlu khawatir Salman akan menjauh dari pelukan AS. Apalagi, saat ini dua negara sekutu itu sedang sama-sama punya kepentingan untuk membasmi teroris. Khususnya, kelompok militan Negara Islam alias Islamic State (IS) yang juga dikenal sebagai ISIS dan ISIL. \"Saya melihat hubungan dua negara terkait isu keamanan masih akan solid,\" kata Frederic Wehrey. Pakar negara-negara Teluk pada Carnegie Endowment for International Peace itu mengatakan, dinasti Al Saud punya prinsip yang sama tentang taktik dan strategi keamanan. Karena itu, dia yakin, Salman tidak akan mengambil kebijakan ekstrem yang jauh berbeda dari pendahulunya. \"Seandainya pun ada, perbedaannya akan sangat tipis,\" ungkapnya. Hal yang sama dipaparkan pengamat politik asal Kuwait, Ayed Al Manaa. \"Saudi akan tetap menjalin hubungan yang pragmatis dengan negara-negara Barat meskipun AS dan Eropa mulai lebih lunak kepada Iran,\" katanya. Sejauh ini Saudi masih belum bisa menjalin hubungan baik dengan Iran yang mereka sebut sebagai musuh. Maka, Riyadh agak tidak suka melihat makin mesranya hubungan Washington dan Teheran. \"Salman adalah tokoh yang konservatif. Tidak akan mudah bagi beliau untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan baru yang berbeda dari peraturan pada masa Raja Abdullah,\" ungkap Manaa. Di dalam negeri, menurut dia, Salman pun akan mempertahankan kekakuan Abdullah dalam menghadapi militan. Salman akan tetap memberikan bantuan dan perlindungan kepada masyarakat demi menghalau teror. (AP/AFP/hep/c10/ami)

Tags :
Kategori :

Terkait