Perlu Tindakan Nyata Dinas Terkait SUMBERJAYA – Curah hujan dengan intensitas tinggi dalam beberapa bulan terakhir, membuat sejumlah sumber mata air di Majalengka melimpah. Namun sejumlah desa di wilayah utara Majalengka seperti Desa Bongas Wetan Kecamatan Sumberjaya, justru krisis air bersih. Hal tersebut disampaikan Camat Sumberjaya Drs Toto Prihatno SSos MP. Sejak dirinya masih menjabat sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Majalengka, hal itu sudah terjadi. Pemerintah kecamatan tengah berupaya membuat terobosan agar sejumlah wilayah di Sumberjaya, khususnya di Desa Bongas Wetan bisa terpenuhi ketersediaan air bersih. “Saya juga kurang begitu tahu pasti kenapa kondisi ini bisa terjadi. Apa mungkin karena sejumlah wilayah di Sumberjaya khususnya desa Bongas Wetan ini tanahnya memiliki kandungan minyak yang cukup banyak sehingga air menjadi keruh,” ungkapnya. Pemcam meminta kepada instansi terkait dalam hal ini Dinas Pengelolaan Sumber Daya Alam Pertambangan dan Energi (PSDAPE), untuk menyediakan sarana penampung air bersih yang bisa dimanfaatkan warga setempat. Pasalnya, kondisi ini sudah terjadi cukup lama dan masyarakat setempat memanfaatkan air isi ulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perlu ada solusi dan upaya dari sejumlah pihak karena air merupakan kebutuhan primer. Krisis air terutama berada di tiga Blok yakni Munjul, Blentuk, dan Inpres. Munculnya air yang cukup keruh itu secara teknis harus diuji oleh instansi terkait. Apakah memang kandungan air itu bisa dikonsumsi warga sekitar. “Kalau dari pengamatan saya, kondisinya sangat tidak layak untuk diminum karena berbau karat dan keruh. Terbukti ketika air tersebut didiamkan beberapa hari saja. Kami mengapresiasi pihak Pertamina yang berupaya mengkaji kadar air. Ini juga yang harus didorong instansi terkait agar mampu menyediakan penampungan atau alat penyaringan air, sehingga benar-benar layak dikonsumsi,” harapnya. Salah seorang warga Bongas Wetan, Sarna mengaku sejak empat tahun belakangan ini masyarakat hanya mengandalkan air galon karena warga merasa kesulitan mendapatkan air bersih yang memenuhi standar kualitas layak minum. Untuk kegiatan mandi mereka terpaksa menggunakan air sumur maupun sumber mata air di wilayah sekitar meski keruh. “Kalau dipakai mandi itu, sabun yang digunakan tidak pernah menghasilkan busa yang banyak. Selama beberapa tahun ini kami tidak pernah menikmati air bersih. Meski musim hujan banyak air tapi percuma kalau tidak bisa dimanfaatkan akibat kondisi airnya keruh,” ujarnya, Rabu (4/2). Warga setempat menyatakan sudah bosan menyampaikan keluhan ini kepada pihak yang menyurvei langsung ke lokasi. Dalam setiap dua pekan sekali saja, sudah ada petugas yang bolak balik survei ke lokasi namun tidak ada realisasi apapun. Seperti diketahui, dalam klarifikasi PT Pertamina terkait bubble gas diwilayah tersebut menyatakan bahwa gas serta pengaruh air dilokasi itu bukan disebabkan oleh kebocoran pipa. Humas Pertamina EP Asset 3 field Jatibarang, Chandra mengungkapkan pihaknya telah mengambil sampel air di Desa Bongas Wetan terutama titik semburan tersebut. Setelah diambil sampel itu bahwa air tidak tercemari oleh gas maupun minyak dari Pertamina. “Karena hasil dari lab, air yang diduga keluar dari sejumlah titik bukan karena kebocoran atau menyebabkan sumber mata air seperti sumur menjadi keruh. Kondisi ini tidak hanya terjadi disini saja melainkan disejumlah daerah seperti Indramayu pernah ada hal serupa. Mungkin fenomena ini bekas zaman dahulu yang kami tidak mengetahuinya,” ulasnya. (ono)
Bongas Wetan Krisis Air Bersih
Kamis 05-02-2015,08:42 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :