Biksu Demo Pembebasan Tapol Myanmar

Rabu 16-11-2011,03:56 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

YANGON - Desakan agar pemerintah Myanmar segera membebaskan tahanan politik menguat. Kemarin (15/11), lima biksu Buddha berunjuk rasa di Pagoda Maha Myatmuni yang terletak di Kota Mandalay. Sebelum menggelar aksi protes, lima biksu itu lebih dulu mengunci diri di dalam museum yang berada di kompleks pagoda. Menurut Ni Ni Tun, salah seorang penduduk Mandalay yang menyaksikan aksi protes tersebut, unjuk rasa yang terbilang sangat langka itu menyedot perhatian banyak orang. Sedikitnya 300 penduduk kota terbesar kedua di Myanmar itu berkumpul di kompleks pagoda dan mendukung aksi lima biksu tersebut. Tak hanya memberikan dukungan moral, mereka juga membawakan makanan dan minuman. Dalam aksinya kemarin, kelima biksu itu menggantungkan beberapa spanduk di dinding pagoda. Spanduk-spanduk itu bertuliskan tuntutan mereka dalam bahasa Inggris dan bahasa Myanmar. ‘Bebaskan seluruh tahanan politik’ bunyi salah satu spanduk. Tidak jelas, sampai kapan aksi tersebut akan berlangsung. Kabarnya, lima biksu itu punya cukup persediaan makanan dan minuman sampai tiga hari ke depan. Penduduk Mandalay yang lain, Nyi Nyi Kyaw, mengatakan bahwa lima biksu tersebut sempat meninggalkan Pagoda Maha Myatmuni setelah bernegosiasi dengan para biksu senior. “Mereka lantas meninggalkan lokasi dengan mengendarai sebuah mobil. Ratusan pendukung aksi tersebut mengikuti mobil itu dengan mengendarai puluhan sepeda motor,” ungkapnya. Selanjutnya, para biksu dan ratusan pendukungnya itu menuju ke Pagoda Ma Soeyein. Di tempat ibadah itulah mereka melanjutkan aksi protesnya. “Kami sengaja berkumpul di sini untuk mendukung aksi damai para biksu yang menuntut bebasnya para tahanan politik Myanmar,” ujar Han Win Aung, aktivis Myanmar yang terlibat dalam aksi protes kemarin. Myanmar yang jatuh ke tangan junta militer sejak 1962 itu tak pernah mengenal unjuk rasa. Begitu pemerintahan kembali dikuasai sipil tahun ini, warga Myanmar diperkenankan kembali berdemonstrasi. Namun, karena militer masih memegang peranan penting dalam pemerintahan, janji untuk memberikan kebebasan berpendapat kepada warga tak bisa sepenuhnya terwujud. Meski sudah mulai memberikan hak-hak politik kepada warga, pemerintah Myanmar masih menahan sedikitnya 2.000 tahanan politik. Itulah yang selalu dikeluhkan ikon demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan beberapa kalangan politisi. Dalam demonstrasi kemarin, pemerintah juga mengerahkan sejumlah besar polisi ke Mandalay. Tapi, mereka hanya berjaga-jaga saja. (ap/afp/bbc/hep/ami/jpnn)

Tags :
Kategori :

Terkait