SCAF Mesir Tawarkan Referendum

Kamis 24-11-2011,02:19 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

KAIRO- Pertemuan darurat Dewan Militer (DM) Mesir alias Mahkamah Tinggi Angkatan Darat (SCAF) dengan seluruh elemen partai Selasa lalu (22/11) tak mampu meredam protes massa. Kemarin (23/11) unjuk rasa anti pemerintah kembali berlanjut. Namun, akhirnya SCAF menerima pengunduran diri kabinet yang diajukan Senin lalu (21/11). Selasa malam lalu Field Marshal Hussein Tantawi mengatakan, dewan militer mengizinkan kabinet yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf bubar. Tapi, dia sendiri masih ingin bertahan lebih lama. Tokoh 76 tahun tersebut bahkan enggan menyerahkan kekuasaan militer kepada pemerintahan sipil. SCAF, seperti rencana semula, akan bertahan sampai terpilihnya presiden baru Mesir. Dalam pidato yang ditayangkan langsung stasiun-stasiun televisi Negeri Piramida tersebut, Tantawi sama sekali tak menyinggung soal mundurnya dewan militer. Padahal, itulah yang menjadi tuntutan utama massa anti pemerintah sejak kali pertama menggulirkan protes Sabtu lalu (19/11). Dia malah mengusulkan referendum untuk mengembalikan para personel Angkatan Darat (AD) ke barak-barak militer. “Para personel militer siap segera kembali ke barak jika memang itu yang diinginkan rakyat dalam referendum yang mungkin perlu digelar,” tandas Tantawi Selasa malam lalu. Menteri pertahanan pada pemerintahan Hosni Mubarak itu menegaskan bahwa militer tidak haus kekuasaan. Karena itu, begitu rakyat tak lagi membutuhkan militer, 80 juta tentara Mesir akan kembali ke barak. Usul referendum itu membuat demonstran yang memadati Tahrir Square semakin berang. Massa anti pemerintah menganggap referendum terbuka soal peran militer dalam pemerintahan transisi tersebut sebagai ancaman terhadap rakyat. Dengan mengusulkan referendum, Tantawi sama saja menantang rakyat yang masih membutuhkan perlindungan keamanan. Jika nanti referendum membuahkan hasil yang tak sesuai dengan kehendak dewan militer, rakyat Mesir akan terpaksa menghadapi kerusuhan atau kekerasan sendirian. “(Referendum) Ini hanyalah cara mereka (SCAF) untuk menggertak rakyat Mesir yang masih trauma terhadap kerusuhan. Mereka ingin memecah belah rakyat dengan para aktivis anti pemerintah,” kata seorang aktivis. Dalam siaran televisi itu, Tantawi juga berjanji bahwa presiden baru yang menggantikan Mubarak bakal terpilih pada Juni mendatang. Janji tersebut enam bulan lebih cepat daripada rencana semula. Sebelumnya, SCAF menjadwalkan pemilihan presiden (pilpres) pada akhir 2012 atau awal 2013. Jedanya sangat lama dari pemilu legislatif yang dihelat Senin mendatang, 28 November. Hingga kemarin bentrok aparat dengan massa anti pemerintah masih terjadi. Bentrok itu bukan hanya terjadi di ibu kota, tetapi juga di beberapa kota besar lain di Mesir. Sejauh ini jumlah korban tewas tercatat sedikitnya 38 orang. Korban terluka menembus angka 2.000 jiwa. Kendati Tantawi menyanggupi beberapa tuntutan demonstran dalam pidatonya Selasa malam lalu, massa anti pemerintah tak puas. “Tuntutan kami sudah jelas. Kami menginginkan dewan militer mundur dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil,” seru Khaled El-Sayed, aktivis anti pemerintah dari Youth Revolution Coalition. Ribuan demonstran pun terus-menerus meneriakkan yel-yel anti pemerintah dari berbagai penjuru kota. Mereka mengaku tak akan berhenti berunjuk rasa sampai Tantawi lengser dari pemerintahan. (AFP/AP/RTR/BBC/hep/c2/ami)

Tags :
Kategori :

Terkait