Perjalanan Umrah Darul Falah Tour (7)

Sabtu 07-03-2015,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Selfie di Depan Kakbah, Kamera Nyaris Dirampas “Haji, haram, haram,” teriak seorang Asykar (petugas keamanan) yang langsung memegang dan mencoba merampas kamera saya. Asykar bertubuh tegap berpakaian cokelat muda itupun memanggil komandannya yang saat itu melintas di depan kami. KHOLIL IBRAHIM, Mekkah ENTAH keduanya berbicara apa. Namun sepertinya mereka akan menyita kamera yang saya pegang. Saya pun berusaha melepas geng­gaman tangan Asykar yang terlihat garang itu dari ka­mera DSLR saya. “Sorry, Assalam­mu­alaikum,” ucap sa­ya dan buru-buru. Kakbah menjadi magnet bagi umat Islam untuk datang beribadah ke tanah suci Mekkah. Kakbah juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para fotografer maupun penggemar foto narsis dengan latar belakang bangunan pertama di bumi ini. Tapi, bila sampai ketahuan Asykar, kamera atau handphone anda bisa dirampas. Seperti yang nyaris saya alami. “Sebenarnya boleh-boleh saja foto-foto di depan Kakbah, asal tidak ketahuan,” terang KH Syairozi Bilal pendamping ja­maah umrah Darul Falah Tour. Fenomena selfi atau foto narsis melanda para jamaah umrah Darul Falah Tour dan jamaah lainnya dari bermacam negara. Seperti diketahui, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memang menerapkan larangan memotret Kakbah. Bukan karena haram. Tapi kalau itu diizinkan, tawaf pun akan kacau. Bayangkan, ratusan ribu yang sedang mengelilingi Kakbah terus-menerus menjepretkan kamera dan banyak jemaah yang berhenti di depan Kakbah untuk diambil fotonya. Namun, walaupun dilarang, orang selalu “ngakal” untuk bisa mengambil gambar di depan Baitullah ini. Mengapa banyak jemaah begitu besar keinginannnya memotret di depan Kakbah? Sebab, semua umat Muslim selalu merindukan bangunan yang didirikan Nabi Ibrahim AS. Karena itu berpose di depan Kakbah akan begitu besar nilainya dibandingkan dengan foto di tempat-tempat lain. Sebenarnya, ada lokasi yang pengawasannya kurang ketat. Hanya beberapa langkah di belakang makam Ibrahim, terdapat sebuah area yang cukup luas. Di tempat ini, puluhan orang bisa melakukan salat sunah dan berdoa setelah tawaf mengelilingi Kakbah. Polisi dan tentara menjaga area ini supaya jemaah bisa salat dengan tenang. Maklum, arus tawaf di hadapan area ini bisa melebar kapan pun dan menabrak jemaah yang salat. Di antara jemaah yang sedang khusyuk salat atau mengangkat tangan untuk berdoa, terdapat beberapa orang yang ikut mengangkat tangan. Bukan untuk berdoa, mereka mengacungkan ponsel pintar, tablet, atau kamera digitalnya. Mereka mengambil gambar Kakbah dan sekelilingnya atau mengambil gambar rekannya. Tempat ini memang sangat strategis untuk memotret. Dari sudut ini, pintu Kakbah, sudut Hajar Aswad, Hijir Ismail, makam Ibrahim, dan bangunan Masjidilharam jelas terlihat. Menjadikannya sebagai latar belakang yang sempurna bagi pemburu spot untuk berfoto selfie. Kini, jemaah yang menga­badikan momen dan tempat di Masjidil Haram melalui kameranya memang banyak dijumpai. Tidak jarang, mereka berfoto-foto sambil tawaf atau sai. Padahal beberapa tahun lalu, aktivitas memotret terma­suk hal yang paling dilarang di kawasan masjid tersuci ini. Keberadaan Polisi maupun Tentara Kingdom Saudi Arabia (KSA)  di Masjidil Haram tak hanya mengawasi jamaah yang berfoto ria. Mereka bertugas mengatur lalu lalang jamaah yang jumlahnya ratusan ribu bahkan mungkin jutaan orang. Bila tidak ditertibkan, keselamatan jamaah terancam. Berbeda dengan Masjid Nabawi, Jamaah di Masjid Haram ini memang sulit diatur. Meski di setiap pintu terdapat petunjuk, jamaah laki-laki dan perempuan sering bercampur. Masuk serta keluar dari pintu yang sama malah ada pula yang salat di tempat yang sama. Keruwetan lalu lalang jamaah tampak memuncak  saat pelaksanaan salat Jumat. Jamaah berdesak-desakkan di depan pintu masuk, lompat dari pagar pembatas, salat di jalur pejalan kaki  atau berebut air zam-zam menjadi pemandangan yang lazim. Beberapa jamaah perempuan tampak terkapar pingsan dan ditandu oleh Asykar keluar area masjid. Ya, salat Jumat di Masjid Haram juga diikuti oleh ja­maah perempuan dari berbagai negara. Khusus di ha­laman masjid, jamaah perem­puan ini disediakan tempat tersendiri oleh para Asykar. Tapi faktanya, banyak pula jamaah perempuan yang salat sembarangan dan menjadi korban injakan jamaah yang hilir mudik. “Tak khusyuk salat di sini,” ucap Anwar, jamaah asal Malaysia yang salat Jumat berdampingan dengan saya. Kepalanya hampir diinjak saat sedang asyik berzikir dan tiba-tiba ada jamaah yang loncat dari pagar pembatas setinggi satu meter. “Terkejut saya. Harus selalu waspada salat di sini,” tambah dia. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait