TEHERAN- Sanksi nuklir Iran menjadi bumerang bagi Inggris. Selasa (29/11), ratusan demonstran menyerang dua kompleks diplomatik Inggris, salah satunya kantor kedutaan di Kota Teheran. Kemarin (30/11), London langsung menarik sejumlah diplomat dari Negeri Para Mullah itu. Norwegia pun lantas menutup kedutaannya.
Terkait serangan di kompleks kedutaan Inggris Selasa lalu, pemerintahan Perdana Menteri (PM) David Cameron memperingatkan Iran bahwa mereka akan menerima konsekuensi serius. “Hari ini (kemarin), kami memutuskan untuk menarik staf diplomatik Inggris dari Iran demi keselamatan mereka,” terang Kementerian Luar Negeri Inggris seperti disampaikan jubirnya, kemarin.
Berbeda dengan Norwegia yang langsung menutup kedutaan di ibu kota Iran, Inggris belum menentukan nasib gedung kedutaan yang menjadi korban penyerangan. “Kami akan menyampaikan pengumuman tentang (operasional) kedutaan dan tingkatan staf yang berada di sana, pada waktu yang lebih tepat lagi nanti,” lanjut sang jubir dalam jumpa pers di Kota London.
Menurut seorang diplomat Eropa yang berada di Teheran, Inggris mengevakuasi seluruh staf dan diplomatnya dari kantor kedutaan. Dia mengatakan, sekelompok staf dan diplomat langsung dibawa ke Bandara Internasional Imam Khomeini di Teheran. Mereka bakal terbang ke Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Selasa malam lalu, mereka menginap di beberapa kedutaan milik negara-negara Uni Eropa (UE).
Meski hanya berlangsung beberapa jam, aksi protes yang konon melibatkan 100-300 orang itu menimbulkan cukup banyak kerusakan pada gedung kedutaan. Tak hanya merobek bendera Inggris yang berkibar di kedutaan, para pengunjuk rasa juga merusak jendela dan membakar sejumlah dokumen. Bahkan, mereka juga sempat menghadang enam diplomat Inggris yang berusaha meninggalkan kedutaan.
Aksi unjuk rasa yang semula berlangsung di depan kompleks Kedutaan Inggris itu mendapatkan restu dari pemerintah. Awalnya, demonstrasi yang dihelat sebagai reaksi atas sanksi nuklir Barat terhadap nuklir Iran itu berjalan damai. Tapi, tak lama kemudian, massa menjadi beringas. Mereka menerobos pagar pembatas dan masuk ke dua kompleks kantor diplomat yang letaknya berdekatan itu.
Di mata warga Iran, Inggris memegang peranan penting dalam jatuhnya sanksi nuklir terhadap negara yang dipimpin Presiden Mahmoud Ahmadinejad tersebut. Sebab, bersama Amerika Serikat (AS) dan Kanada, Negeri Ratu Elizabeth II itu termasuk yang paling rajin mengajak negara-negara Barat untuk menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.
Namun, serangan terhadap dua kompleks diplomatik Inggris di Iran tersebut memperuncing ketegangan antara Negeri Persia itu dengan negara-negara Barat. Apalagi, serangan Selasa lalu lebih buruk dibanding serangan ke kantor diplomatik asing yang lain sejak 1979 silam. Tepatnya, pasca pendudukan Kedutaan AS selama 444 hari oleh mahasiswa Islam. Ketika itu, 52 diplomat menjadi sandera.
Kendati tak ada korban luka atau bahkan tewas, serangan Selasa lalu memantik reaksi keras dari masyarakat internasional. Dewan Keamanan (DK) PBB merilis kecaman tertulis, menyayangkan tindak anarkistis para demonstran yang berunjuk rasa di dua kompleks diplomatik Inggris, Selasa lalu. Sekjen PBB, Ban Ki-moon pun mengecam aksi tak bertanggung jawab itu dalam pernyataan terpisah.
“Saya shock dan tak bisa menahan amarah mendengar insiden yang terjadi di Teheran bahwa para demonstran memasuki kompleks Kedutaan Inggris, sempat menyandera beberapa diplomat dan merusak properti,” ungkap Ban dalam pernyataan tertulisnya. Komentar senada dipaparkan Presiden AS, Barack Obama. Bahkan, Rusia yang selama ini merupakan mitra dekat Iran, juga menyesalkan serangan tersebut. (AFP/AP/RTR/hep/ami)