Aksi Mogok, Pelajar dan Pegawai Telantar CIREBON- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium menjadi Rp7.400 per liter tapi tak disusul dengan kenaikan tarif angkutan membuat para sopir protes. Kemarin (30/3), sebanyak 214 angkot jurusan Gunungsari-Sumber (GS) memilih untuk tidak beroperasi. Bahkan, menurut data yang dihimpun, beberapa sopir GS menurunkan penumpang yang sudah sempat naik angkot. Salah seorang sopir angkot, Alek (46), mengatakan, aksi mogok dilakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga BBM. Kenaikan harga premium, kata dia, bisa mengancam kelangsungan hidup mereka. Harga BBM yang naik tidak menentu ini membuat penumpang membayar ongkos seenaknya. “Kami meminta agar Dishub menerbitkan surat keputusan baru mengenai tarif angkot. Dengan harga yang fluktuatif ini penumpang membayar seenaknya,” tuturnya. Seharusnya, kata dia, penumpang dewasa membayar Rp4.000 dan pelajar sebesar Rp3.000. Mengingat, ketika BBM naik, kebutuhan operasional pun meningkat. Dalam satunya harinya, Alek mendapatkan pendapatan sebesar Rp300 ribu. Pendapatan itu diperuntukan setoran pada pengusaha angkutan sebesar Rp100 ribu, kemudian kebutuhan BBM yang menembus Rp150 ribu. “Yang menjadi persoalan penumpang membayar seenaknya. Kadang Rp2.000, ada yang Rp3.000. Tidak tentu,” lanjutnya. Alek pun menilai langkah pemerintah menyerahkan harga BBM pada harga pasar adalah kebijakan yang tidak tepat karena sangat membingungkan dan merugikan pihaknya. “Kami bingung, harga naik turun. Sementara kalau kebutuhan pokok sekalinya sudah naik, tidak bisa turun lagi,” tukasnya. Sementara Bupati Cirebon Drs H Sunjaya Purwadisastra MM MSi mengaku belum berencana untuk menaikan tarif angkutan umum. Hal ini dikarena harga BBM yang bersifat fluktuatif atau tidak tetap. “Harga BBM ini kan naik turun. Itu fluktuatif. Sementara ini kita bertahan dulu untuk tidak menaikkan tarif angkutan umum,” tuturnya, kemarin. Sunjaya pun mengimbau masyarakat termasuk para sopir angkut untuk bisa memahami harga BBM yang naik turun ini. Mengingat hal itu merupakan kebijakan pusat. “Mudah-mudahan masyarakat lebih menyadari dan mengerti karena ini adalah bukan kebijakan daripada pemerintah daerah namun murni kebijakan pemerintah pusat,” tuturnya. Sementara Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Cirebon, Iis Krisnandar mengaku pemerintah bersama Organda sudah sempat mengkaji kebijakan harga BBM. Sesuai dengan kesepakatan dan surat keputusan bupati yang ada, untuk saat ini tarif angkutan umum masih tetap sebesar Rp3.500 untuk masyarakat umum dan Rp2.500 untuk pelajar. “Bila mengacu pada SK Bupati yang sudah ditetapkan, tidak ada kenaikan tarif ketika harga BBM sebesar Rp7.400. Masih Rp3.500 untuk umum dan Rp2.500 untuk pelajar,” ujar dia. HARUS JALAN KAKI Aksi mogok angkutan kota ini rupanya berdampak pada aktivitas masyarakat. Bahkan kemarin, siswa-siswi SMPN 1 Sumber harus berjalan kaki lantaran tidak bisa mendapatkan angkutan kota. Salah seorang pelajar, Berlian, mengatakan biasanya angkot mudah ditemui di depan sekolahnya. “Sekarang (kemarin, red) dari tadi nunggu nggak ada,” tuturnya. Kejadian serupa juga terjadi di Kabupaten Indramayu. Puluhan penumpang angkutan umum elf jurusan Cirebon-Indramayu terlantar akibat tidak beroperasnya elf di jalur ini, Senin (30/3). Mereka yang hendak berangkat kerja, kuliah, maupun sekolah, terganggu dengan kondisi ini. Pantauan Radar, sejumlah sopir elf mengandangkan kendaraan operasional mereka. Bahkan ketika terlihat masih ada elf yang beroperasi, mereka langsung menghentikannya dan meminta sopir untuk bergabung melakukan aksi mogok. Aksi ini mereka lakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan kembali harga BBM. Padahal belum lama juga sudah naik, walaupun sempat turun beberapa waktu lalu. Salah seorang sopir elf, Khaeron, mengatakan, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM beberapa kali membuat bingung masyarakat. Apalalagi harga BBM juga sempat turun, meskipun akhirnya naik lagi hingga dua kali. “Kalau sudah seperti ini kami yang susah. Karena kalau tarif naik penumpang pasti banyak yang protes, karena waktu harga BBM turun tarif tidak turun. Padahal setelah itu harga BBM sudah dua kali naik termasuk yang sekarang,” ujar Khaeron. Hal senada diungkapkan Saleh, sopir elf lainnya. Ia juga berharap kepada masyarakat agar menyadari ketika tariff angkutan tiba-tiba naik. Karena ini merupakan imbas dari kenaikkan harga BBM. Sementara kenyataan di lapangan, banyak penumpang yang kadang tidak menyadari dengan hal ini. Dikatakan Saleh, selama ini tarif elf dari Indramayu ke Cirebon Rp12.000. Dengan kembali naiknya harga BBM, tuturnya, maka tarif tersebut idealnya naik menjadi Rp13.000-Rp14.000 per orang. Karena apabila tarif tidak dinaikkan, para sopir semakin menderita. “Penghasilan kami para sopir itu sangat minim. Sehari paling-paling hanya memperoleh Rp30 ribu, padahal kami berangkat dari pagi sekali,” ujar Saleh. Sementara salah seorang penumpang, Aty Sundari, mengaku kecewa dengan mogoknya sopir angkutan elf. Padahal, menurutnya, asalkan kenaikan tariff masih dalam batas wajar maka penumpang akan bisa menerima. “Mestinya kalau mau naik tinggal naik aja. Daripada begini, penumpang malah repot,” ujarnya kesal. Kabid Perhubungan Darat pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informastika (Dishubkominfo) Kabupaten Indramayu, Opik Hidayat S Sos mengatakan, masalah tarif elf jurusan Indramayu-Cirebon bukan merupakan wewenangnya, karena itu merupakan kewenangan Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jawa Barat. “Elf Indramayu-Cirebon termasuk Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP), jadi kewenangannya bukan ada pada kami,” ujar Opik kepada Radar. (kmg/arl/mgg/oet)
Sopir Tuntut Tarif Baru
Selasa 31-03-2015,09:07 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :