Selama 2014, 54 Penderita HIV/AIDS Meninggal

Rabu 24-06-2015,12:55 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON- Semakin tahun, tren penderita HIV/AIDS semakin meningkat. Hal ini karena penularan penyakit mematikan itu sangat cepat dan melalui berbagai cara. Di antaranya jarum suntik dan seks bebas, terutama di kalangan pelajar hingga mahasiswa. Perlu langkah bersama meminimalisasi persoalan ini. Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati MA mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun sepanjang 10 tahun terakhir, jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Kota Cirebon sebanyak 657 kasus. Selain itu, sepanjang tahun 2004-2014, 54 ODHA meninggal dunia. Tren penularan semakin tahun terus meningkat. Paling tinggi, penularan diakibatkan hubungan seks bebas, baik secara heterogen maupun homosex. “Tren meningkat karena kecenderungan masyarakat tertutup memeriksa HIV/AIDS,” ujarnya kepada Radar, Selasa (23/6). Jika masyarakat ODHA khususnya terbuka sejak awal, penyakit berbahaya dan mematikan itu dapat ditanggulangi. Setidaknya, kata Sri, tidak menularkan pada yang lain. Jumlah yang meninggal meningkat karena banyak di antara mereka baru mengetahui menderita HIV/AIDS saat sudah stadium tinggi. “Kalau belum parah, kita bisa meminimalisasi dengan terapi khusus,” tukasnya. Karena itu, Sri mengharapkan keterbukaan dari masyarakat untuk memeriksakan diri. Sebab, lanjutnya, ada ODHA yang masih berusia sekolah. Bahkan, sejak balita umur satu tahun sudah diketahui menderita HIV/AIDS. Biasanya, bayi tersebut tertular dari ibunya yang juga menderita penyakit sama. Sedangkan, untuk penderita usia sekolah banyak disebabkan karena hubungan seks bebas. “Menanggulangi ini harus kerjasama semua pihak, termasuk orangtua dan sekolah,” terangnya. Langkah pencegahan dilakukan KPA Kota Cirebon. Di antaranya dengan membentuk kelompok dampingan sebaya. Tugasnya, memberikan penguatan kepada ODHA dan sepakat untuk tidak menularkan kepada yang lain. Tidak hanya itu, Sri bersama tim lainnya melakukan advokasi kepada Dinas Pendidikan Kota Cirebon, agar memasukan sosialisasi HIV/AIDS ke dalam program ekstrakurikuler. “Kami memiliki Remaja Peduli AIDS untuk sosialisasi,” ucapnya. Menjaga penularan tidak melebar, pemerintah pusat melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 68 tahun 2004 tentang Penanggulangan Aids di Tempat Kerja, mewajibkan para pekerja dan perusahaan untuk melakukan tes kesehatan. “Sebelumnya, penularan banyak karena jarum suntik. Sekarang beralih ke seks bebas,” bebernya. Sri menjelaskan, kejadian HIV/AIDS tahun ini merupakan akibat perilaku empat tahun ke belakang. Artinya, jika pola hidup seks bebas dilakukan tahun ini, empat tahun ke depan mereka akan terkena HIV/AIDS. Penyakit ini, hingga sekarang belum ada obatnya. “Hentikan seks bebas, khususnya di kalangan remaja,” ajaknya. Untuk mengetahui penderita HIV/AIDS sejak dini, setiap ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan. Tujuannya, agar bayi tidak tertular. Anggota Komisi C DPRD Kota Cirebon Jafarudin mengatakan, penyakit HIV/AIDS menjadi salah satu penyakit berbahaya di dunia. Meskipun demikian, ODHA atau penderita HIV/AIDS sekalipun, berhak mendapatkan dana jamkesda atau BPJS saat mereka terdaftar sebagai peserta. Tidak ada alasan untuk RS atau pihak manapun menolak mereka saat rawat inap. Selain itu, pemkot bersama DPRD memberikan dukungan dana untuk kegiatan KPA. “Masih banyak bantuan dari pemerintah pusat dan luar negeri buat KPA. Karena konsen menanggulangi HIV/AIDS,” terangnya. (ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait