Jasad Nurhalimah Dimakamkan di Indramayu MEDAN- TNI-AU bersikukuh bahwa dugaan penyebab kecelakaan yang paling besar kemungkinannya adalah matinya salah satu di antara empat mesin pesawat. Selain itu, dalam kondisi satu mesinnya mati dengan posisi kecepatan masih rendah, pesawat menabrak antena radio Joy FM milik Sekolah Bethany Medan. Melalui Kadispenau Marsma Dwi Badarmanto, TNI-AU menyebutkan, andai tidak menabrak antena, pesawat bisa naik lagi dan kembali ke landasan Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, Medan. Argumentasi TNI-AU bisa saja benar. Tapi, berdasar penelusuran Jawa Pos (Radar Cirebon Group) di lapangan, ada temuan fakta yang memungkinkan argumentasi itu tidak selamanya tepat. Kemarin (3/7) Jawa Pos berusaha menelusuri lokasi antena yang tertabrak pesawat. Antena tersebut terletak di bagian belakang sekolah. Posisi antena berdiri di atas bangunan empat lantai. Tinggi bangunan berkisar 16 meter, sedangkan tinggi antena sekitar 15 meter. Antena tidak terlalu besar. Hanya terbuat dari tiga besi yang masing-masing besarnya seukuran jari jempol orang dewasa. Jika dihitung bersama ketinggian bangunan, tingginya 31 meteran. Pantauan di lapangan, antena itu patah menjadi tiga. Satu bagian sudah diturunkan, satu berdiri tegak, dan satu lagi tergelantung di atas gedung. \"Sebelum menabrak antena, pesawatnya terbang sangat rendah,\" cerita Herlina Ginting. Pemilik Glory Sukses Motor yang gedungnya bersebelahan dengan Sekolah Bethany Medan itu melihat jelas pesawat tersebut. Sebab, saat itu dia duduk di bagian depan dilernya.\"Pesawatnya terbang hanya beberapa meter di atas bangunan di depan itu,\" ucap perempuan 52 tahun tersebut sembari menunjuk gedung berlantai tiga di seberang dilernya. Herlina tidak pernah melihat pesawat terbang serendah itu di sekitar dilernya. \"Yang kemarin itu sangat rendah. Bisa jadi pesawatnya sudah bermasalah dan bukan karena antena pesawat itu jatuh,\" duganya. Sementara itu, salah satu keluarga Arifin Suharno, Nurhalimah (11) korban kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Medan, Sumatera Utara, dimakamkan di Desa Drunten, Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu. Nurhalimah dimakamkan di TPU desa setempat, Jumat (3/7). Dalam kecelakaan tersebut, Nurhalimah tewas bersama ayahnya Arifin Suharno dan kakaknya Rusti Aristanti. Berbeda dengan Nurhalimah, jenazah ayah dan kakaknya dimakamkan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, di tempat tinggal istri pertama almarhum Arifin, Sariyah (53). Jenazah Nurhalimah diberangkatkan dari Lapangan Udara (Lanud) Halim Perdana Kusumah, Jakarta, menggunakan mobil ambulans dengan dikawal sejumlah personel TNI AU, Kamis (2/7). Kedatangan jenazah Nurhalimah disambut isak tangis keluarganya. Nurhalimah menjadi korban kecelakaan saat bersama ayah dan seorang kakaknya hendak pergi ke Tanjung Pinang, memanfaatkan waktu libur sekolah dengan menumpang Pesawat Hercules C-130 milik TNI AU. Namun, keinginan anak perempuan yang masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar itu, ternyata pupus. Pesawat yang ditumpanginya itu jatuh di pemukiman warga di Jamin Ginting, Medan. Karni, ibu kandung Nurhalimah mengungkapkan, anaknya itu pernah bercerita kepada dirinya ingin mengisi liburan ketempat yang lebih jauh. Kepada dirinya, korban juga pernah mengungkapkan bakal meninggal dunia pada saat bulan puasa. “Apa yang pernah disampaikan itu jadi kenyataan. Anak saya Nurhalimah meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat yang ditumpanginya. Saya merasa sangat kehilangan, karena dia anak yang baik.” tutur Karni sembari tanganya menyeka air mata, kepada sejumlah awak media. Karni mengaku rela dan ikhlas dengan kepergian anaknya itu. Karea apa yang menimpa anaknya itu merupakan takdir dan menyerahkannya kepada Allah SWT. (jpnn/kom/kho)
Dugaan Nyangkut Antena Diragukan
Sabtu 04-07-2015,09:00 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :