Erupsi Raung Tutup 5 Bandara

Sabtu 11-07-2015,09:53 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MUDIK tahun ini benar-benar terganggu oleh erupsi Gunung Raung di Bondowoso, Jawa Timur. Sebab, akibat abu vulkanik yang menyelemuti udara Bali akibat hembusan angin ke arah timur, Bandara Ngurah Rai ditutup mulai pukul 22.45 Kamis (9/7) hingga pukul 21.40 Jumat (10/7). Sebelumnya, abu vulkanik ini sudah membatalkan puluhan penerabangan internasional terutama ke Australia. Pihak PT Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai menutup segala jenis penerbangan dari dan menuju Bandara Ngurah Rai. Walhasil, ribuan orang penumpang pun “terdampar” di bandara berkapasitas 25 juta penumpang setiap tahun itu. Meski telah diumumkan tutup sejak Kamis malam, penumpang tetap setia lesehan duduk di lantai. Sudut Bandara Ngurah Rai yang biasanya terlihat bersih dan lengang pun tampak padat. General Manager Bandara I Gusti Ngurah Rai, Trikora Harjo kepada Radar Bali (Radar Cirebon Group) mengungkapkan, penyebaran abu vulkanik Gunung Raung sangat tidak aman bagi penerbangan. Pasalnya, ketinggian abu vulkanik Gunung Raung mencapai 20 ribu kaki. Abu ini menutupi seluruh udara Bali. Kondisi ini tentu cukup membahayakan bagi pesawat yang sedang terbang. Tidak itu saja. Beberapa penerbangan sejak Kamis malam juga dialihkan pendaratannya ke bandara lain (divert). “Abu vulkanik Gunung Raung mengarah ke timur, sehingga menutupi seluruh rute dan dan menuju Bali,” papar Trikora. Selain Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Internasional Lombok, dan Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi dan Bandara Notohadinegoro di Jember ditutup. Trikora menegaskan, berdasarkan Notice to Airman (Notamn) yang dikeluarkan oleh Airnav Indonesia Cabang Bali, awalnya penutupan bandara terpaksa diperpanjang karena kondisi yang belum memungkinkan. “Penutupan awal direncanakan sampai jam 06.30 pagi ini (kemarin, red). Namun, karena situasi yang belum kondusif bagi penerbangan, penutupan bandara kami perpanjang sampai dengan (Jumat) malam,” imbuh Trikora. Akibat penutupan penerbangan tersebut, tercatat sebanyak 168 penerbangan domestik dan 148 penerbangan internasional dibatalkan. Bagaimana nasib para penumpang? Dijelaskan lebih jauh, penumpang yang mengalami pembatalan sejak Kamis malam mendapat fasilitas dari pihak airlines atau maskapai. Para penumpang menginap di hotel-hotel terdekat di seputaran Bandara Ngurah Rai sembari menunggu sampai penjadwalan ulang waktu keberangkatan. Sementara soal kerugian akibat penutupan penerbangan, belum dihitung. Namun, berdasarkan data manajemen bandara, pergerakan penumpang di bandara ini mencapai 44.757 orang per hari. Pihak bandara berusaha memberi pelayanan kepada penumpang dengan tetap membuka akses informasi. Selain itu, sejumlah petugas bandara juga diinstruksikan membagikan air mineral gratis kepada para penumpang yang terlantar. Selain itu, lanjut Trikora, pihaknya juga membebaskan biaya pendaratan pesawat (landing fee) untuk pesawat yang tidak bisa melanjutkan penerbangan. Menurut Trikora, pesawat yang” terkena dampak terhadap debu vulkanik Gunung Raung tidak dikenakan biaya parkir atau menginap. “Pesawat kan tidak bisa berangkat meninggalkan bandara, makanya kami berikan free terhadap biaya nginap pesawat atau parkir pesawat yang ada di badar Udara Ngurah Rai,” tegasnya. Pengelola bandara yang memutuskan menutup konter check in juga memberikan kemudahan bagi penumpang tujuan rute internasional. Mereka yang sudah masuk imigrasi, akan diberi kemudahan untuk keluar lagi. Di sisi lain, penutupan bandara disambut baik pihak maskapai. Director Safety and Security Indonesia Airasia Xtra, Jurry Soeryo Wiharko menilai keputusan pengelola bandara cukup tepat. Menurut Soeryo, abu vulkanis berbentuk silica sangat berbahaya bagi mesin pesawat karena bisa menyebabkan korosit terhadap Logam. Apabila abu yang mengandung silica tercampur dengan air, menjadi padat dan berpotensi menyebabkan kerusakan mesin dan rangka pesawat. “Ini untuk keselamatan penerbangan. Pelayanan penumpang akan kami ikuti seperti berikan refund, tapi ini tergantung SOP,” jelas Soeryo kepada awak media. Sementara itu salah seorang penumpang bernama Wayan Juna (45), mengaku cukup kecewa dengan penutupan akses bandara. Apalagi dirinya sudah bertahan di bandara sejak Kamis malam. “Saat dikasih tahu tutup sempat emosi sih, ya marah. Tapi mau bagaimana lagi, ini untuk keselamatan juga. Semoga cepat normal,” ucap pria yang bertujuan ke Jogjakarta itu. Penutupan bandara pada saat arus mudik langsung berdampak pada peningkatan yang signifikan pada jalur darat. Hal itu terlihat di Terminal Ubung, Kamis kemarin (10/7). Awalnya, sekitar pukul 08.00, terminal ini tampak sepi. Namun, sekitar pukul 13.00 penumpang di Terminal Ubung tiba-tiba membludak. Salah seorang penumpang yang gagal terbang, Mahyulis, (52), warga asli Jakarta yang berencana akan pulang ke Jakarta, merasa sangat kecewa dengan penundaan keberangkatan. “Informasi yang saya dapat sampai jam 9 malam bakalan tidak ada penerbangan sama sekali dari hari ini sampai Minggu. Katanya Senin baru ada,” tuturnya. Rencananya pulang ke Jakarta pun, menjelang hari raya lebaran kini harus dirasakan dengan kemalangan. “Untuk tiket sendiri, kata pihak bandara kami bisa mendapatkan uang kami kembali dengan total 100 persen. Tiket saja saya beli Rp Rp680 ribuan, dengan Lion Air,” papar Mahyulis. Lebih lanjut Mahyulis juga menyampaikan, sampai di terminal Ubung dirinya beserta rombongan tidak mendapatkan tiket langsung menuju Jakarta karena kehabisan tiket. Kini Mahyulis hanya mampu membeli tiket tujuan Surabaya terlebih dahulu. “Harus pulang ke Jakarta hari ini juga, jadi mau nggak mau harus ke sini (Terminal Ubung, red), namun sampai sini kami malah tidak dapat tiket jurusan ke Jakarta. Jadi kami beli tiket yang jurusan ke Surabaya dulu. Nanti sampai di sana baru beli tiket yang ke Jakarta,” ucapnya. Salah seorang penumpang lainnya adalah Erni (29), yang rencananya mudik dengan pesawat juga akhirnya batal, setelah mendapat kabar dari Bandara Ngurah Rai bahwa keberangkatan ke Surabaya tidak dilayani. “Bisa terlambat saya sampai rumah. Ya, terpaksa cancel naik pesawat. Jalur darat alternatif yang paling memungkinkan sebelum nanti kehabisan tiket lewat darat,” terang Erni. (san/hen/yes)

Tags :
Kategori :

Terkait