Buntu Lagi, Hampir Pasti Deadlock Jilid II

Senin 13-07-2015,10:58 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Demokrat-Golkar Ngotot Adu Kuat KEJAKSAN – Adu kuat antara Golkar dan Demokrat makin hari semakin terbuka. Meskipun batas waktu penentuan wakil walikota (wawali) pada Senin (13/7), namun hampir dipastikan kedua partai besar itu tidak saling mengalah dan tanpa titik temu. Informasi yang dihimpun Radar di lingkaran Ketua DPC Partai Demokrat Drs Nasrudin Azis SH menyebutkan, sampai Minggu siang kemarin, belum ada tanda-tanda komunikasi pasca pertemuan di ruang kerja Ketua DPRD Edi Suripno belum lama ini. Kalau memang belum ada titik temu, masih kata sumber Radar, deadlock jilid II kemungkinan bakal terjadi. “Bisa jadi akan kembali terulang deadlock dan panitia pemilihan DPRD untuk kedua kalinya gagal menggelar pemilihan wakil walikota,” kata Direktur Eksekutif The Human Institute, Umar Stanis Clau kepada Radar, Minggu (12/7). Clau menduga, Azis akan mengambil sikap tegas setelah Lebaran Idul Fitri, hanya saja sikap tegasnya seperti apa belum bisa ditebak. Namun demikan, tidak menutup kemungkinan Azis mengambil keputusan yang oleh sebagian publik akan memicu kontroversi. “Tapi Azis sudah cukup kenyang dengan tudingan miring dari publik kepadanya, karena Azis selalu berpatokan demi kepentingan Kota Cirebon,” kata Clau. Terpisah, juru bicara Golkar, Juhaeni untuk kesekian kalinya mendesak Nasrudin Azis untuk mencabut kembali nama Eeng Charli sebagai calon wakil walikota, karena Eeng bukanlah kader Partai Demokrat. Padahal, di internal partai berlambang bintang Mercy ini memiliki banyak kader yang layak untuk dicalonkan sebagai wakil walikota. Internal Demokrat yang layak untuk dicalonkan sebagai wakil walikota, sambung Juhaeni, seperti Cecep Suhardiman, Yuliarso yang memiliki banyak pengalaman di dunia politik, apalagi sama-sama menjadi anggota dewan, sehingga tahu persis persoalan Kota Cirebon. “Mengapa Azis harus repot-repot mengambil calon wakil walikota dari luar Partai Demokrat? Lebih baik Azis mencabut kembali nama Eeng Charli, masih banyak kader Demokrat yang lebih layak,” kata Juhaeni. Juhaeni yang juga koordinator Sekoci selaku sayap politik pemenangan duet Ano Azis pada Pilwalkot 2013 selama ini mengaku tidak pernah diajak berbicara oleh Azis. Padahal Sekoci memiliki andil besar memenangkan Ano Azis karena bekerja tanpa kenal lelah, meyakinkan publik bahwa yang layak memimpin Kota Cirebon adalah Ano Azis. Namun kenyataannya, Sekoci tidak pernah diajak untuk berbicara. “Kita di lapangan saat itu bekerja keras meyakinkan masyarakat bahwa Ano Azis adalah duet tanpa duit, kenyataannya sekarang kita tidak diajak berbicara membahas nama calon wakil walikota,” sesal Juhaeni. Akademisi Unswagati, M Sigit Gunawan SH MKn menganggap, komunikasi yang dibangun Demokrat, Golkar dan PPP selama ini buruk dan jalan di tempat. Dampaknya, proses pemilihan wakil walikota menjadi terganggu. Tarik ulur nama yang sampai sekarang tak kunjung selesai, kata Sigit,  membuat Azis dalam posisi dilematis. “Persoalan di internal sendiri terlihat masih ragu akan calon yang diajukannya. Paling tidak Azis dalam hal ini sudah mengajukan nama-nama untuk mendampinginya. Tinggal kembali pada panitia panlih sendiri dengan melihat mekanisme tata cara pemilihan yang sudah dibuat apakah akan dikembalikan ke gubernur,’’ ujar Sigit. Pengamat kebijakan publik Wandi Kelana SIP MSi mengatakan, perjalanan menemukan wawali berjalan lambat. Sebab, kepentingan partai-partai yang ada sangat besar dan kental. Menjadi wawali pada akhir periode ini, secara hitungan politik dapat memuluskan langkah di 2018. Karena itu, Wandi menyebutkan, antara Golkar dan Demokrat tidak akan mudah bersatu. Kecuali ada kesepakatan tertentu. Karena itu, dia menilai Nasrudin Azis berhati-hati menghitung langkahnya untuk periode selanjutnya. “Ini seperti dua kutub yang tidak akan pernah bertemu,” terangnya. (ysf/abd)

Tags :
Kategori :

Terkait