Melepas Hama, Menari, Lalu Memukul Seribu Kentongan

Sabtu 25-07-2015,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

  KUNINGAN - Pesta Dadung termasuk salah satu rangkaian penting upacara adat Seren Taun masyarakat Desa/Kecamatan Cigugur. Pestanya para petani dan gembala atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah hasil tani dan ternak melimpah tersebut berlangsung meriah, kemarin. Ritual Pesta Dadung biasa digelar di pelataran Setu Hyang. Para petani, gembala dan seluruh lapisan masyarakat diajak merenung atas karunia Tuhan yang telah menciptakan alam semesta serta berbagai jenis makhluk hidup di dalamnya. Pesta Dadung memberi cerminan agar dalam menjalani kehidupan, seluruh makhluk dituntut untuk saling berdampingan dan hormat-menghormati untuk tercapainya keseimbangan hidup. Salah satu kegiatan Pesta Dadung sendiri adalah ritual pelepasan hama. Seperti burung, tikus, keong dan ulat. Makna dari ritual ini, mengajak kepada seluruh umat manusia untuk bijak dalam berkehidupan dan saling menghormati tidak hanya terhadap sesama manusia. Tapi juga terhadap hewan dan tumbuhan, sekalipun yang merugikan seperti hama. \"Hama memang merugikan para petani. Tapi dengan bersikap bijak, menghormati hama sebagai makhluk Tuhan, pun memiliki hak hidup, kita tidak perlu membasmi mereka hingga membinasakan mereka. Cukup dengan memindahkan kehidupan mereka ke ekosistem seharusnya, maka akan terjadi keserasian dan keseimbangan alam semesta ini,\" terang pelaku Pesta Dadung, Nana Gumilang, kepada Radar. Terjadinya kerusakan alam saat ini, lanjut Nana, bisa jadi diakibatkan perilaku manusia. Mereka tidak bisa menjaga keserasian alam dengan merusak dan membinasakan ekosistem satwa tertentu. Padahal keberadaan satwa tersebut memiliki peran sangat penting dalam menunjang terciptanya keseimbangan alam. \"Misalnya kita beramai-ramai membunuh ular sawah yang sebenarnya berperan dalam mengendalikan hama tikus. Akibatnya, hama tikus menjadi merajalela, hingga  malah memberi dampak kerugian lebih besar bagi para petani,\" ujar Nana. Dijelaskannya bahwa ritual pelepasan hama kembali ke habitatnya berarti manusia menghormati kehidupan mereka sekaligus meminta agar mereka tidak kembali dan mengganggu kehidupan manusia. Dalam ritual Pesta Dadung juga ada tari-tarian dengan menggunakan tali dadung. Atau tali yang biasa digunakan untuk mencocok hidung kerbau saat membajak sawah. Tali tersebut diikatkan kepada para penari. Terdiri dari tokoh adat, petani dan anak gembala. Ritual ini, kata Nana, mengartikan makna hidup agar menjaga tali silaturahmi di antara sesama dan berusaha jangan sampai terputus. \"Sekalipun kita hidup dalam keragaman suku, agama dan budaya, tapi kesetiakawanan dan tali silaturahmi harus tetap terjaga jangan sampai terputus,\" katanya. Pesta Dadung dilanjut menari bersama-sama diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa melihat pangkat dan golongan. Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan tanpa membedakan mana rakyat jelata dan yang berpangkat. Terakhir, ada pemukulan seribu kentongan oleh seluruh masyarakat. Itu bermakna memberi semangat dan penggugah hati masyarakat untuk tetap mematuhi setiap perintah Tuhan. “Jangan lengah untuk tetap waspada dalam menjalani hidup tanpa harus saling menyakiti diantara sesama makhluk ciptaan Tuhan,” saran dia. (tat)

Tags :
Kategori :

Terkait