Pekerja Blok Cepu Mengamuk

Minggu 02-08-2015,10:59 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Dipicu Aturan Anyar Pintu Keluar Istirahat BOJONEGORO - Kerusuhan hebat berlangsung di proyek engineering procurement and construction (EPC) 1, lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, kemarin (1/8) siang. Ribuan pekerja proyek tersebut mengamuk dan merusak sejumlah peralatan kantor milik PT Tripatra-Samsung, subkontraktor ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) pada proyek EPC 1. Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bojonegoro (Radar Cirebon Group) dari lokasi kejadian, kerusuhan bermula sekitar pukul 11.20 WIB. Ketika itu, seluruh pekerja EPC 1 dan V yang berjumlah sekitar 8.200 orang lebih hendak keluar untuk beristirahat. Sekitar 6.200 orang bekerja di lokasi proyek dan 2.000 orang lainnya bekerja di kantor EPC 1 dan V. Karena pintu keluar yang dibuka hanya ada satu (dari lima pintu), ribuan pekerja pun berdesakan hendak keluar. Mereka pun berebut. Alasannya, waktu yang disediakan untuk istirahat hanya satu jam. Artinya, jam 12.30 mereka harus bekerja lagi. Saat berdesakan ingin keluar itulah sejumlah pekerja terjatuh. Situasi pun semakin kacau karena pekerja yang terjatuh malah terinjak pekerja yang lain. Hal tersebut membuat para pekerja lainnya kesal dan marah. Para pekerja lantas beramai-ramai mendobrak pintu keluar. Tidak puas dengan hanya menghancurkan pintu masuk, para pekerja lalu menuju kantor PT Tripatra-Samsung di lokasi proyek. Mereka mengamuk dan merusak semua fasilitas yang ada di dalamnya. Mereka melempari kaca dan semua isi kantor tersebut dengan batu hingga hancur. Tidak hanya itu. Enam mobil yang berada di lokasi tersebut juga tidak luput dari amuk massa. Bahkan, salah satu dari enam mobil tersebut ada yang dibakar. Aksi massa tersebut membuat seluruh karyawan dan staf PT Tripatra-Samsung semburat berlari dan menyelamatkan diri. Sebab, suasana menjadi tidak terkendali. Menurut salah satu pekerja yang enggan disebutkan namanya, sebenarnya ada lima pintu masuk dan keluar di areal proyek tersebut. Tapi, sejak kemarin (1/7) empat di antaranya ditutup. Sehingga, satu pintu tersebut tidak mampu menampung ribuan pekerja dalam waktu pendek. \"Itu memang aturan baru,\" terangnya. Selain itu, para pekerja tersebut kesal dengan aturan yang semakin ketat. Hanya, dia tidak menyebutkan satu persatu aturan yang semakin ketat tersebut. Tapi, salah satunya adalah jam istirahat yang hanya satu jam. \"Padahal, biasanya setengah jam sebelum jam istirahat para pekerja sudah bisa bersiap-siap untuk menuju pintu keluar,\" terangnya. Perusakan baru berhenti satu jam kemudian, pukul 12.30. Tidak berselang lama petugas kepolisian datang ke lokasi dan melakukan penjagaan. Dikonfirmasi secara terpisah, Rexi Mawardijaya, public government affairs manager ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), operator Blok Cepu, mengungkapkan, para pekerja subkontraktor yang dipekerjakan melalui PT Tripatra-Samsung tidak diperbolehkan meninggalkan area kerja lebih cepat saat makan siang. Hal ini, lanjut dia, membuat para pekerja menjadi marah dan situasi memuncak. \"Dan itu menyebabkan kerusakan kepada bangunan dan kendaraan,\" terangnya. Namun, lanjut dia, saat ini situasi sudah tertangani dan terkendali. Pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan kontraktor EPC 1, pemerintah daerah, dan aparat keamanan untuk menangani situasi. \"Yang jelas keselamatan pekerja dan fasilitas kami adalah prioritas utama,\" ungkapnya. Sebagai langkah pencegahan, EMCL telah mengurangi produksi di area yang terdampak. Kapolres Bojonegoro AKBP Hendri Fiuser mengatakan, berdasar pengamatan langsung di lapangan, berkurangnya akses pintu keluar masuk karyawan untuk sementara merupakan pemicu aksi perusakan oleh pekerja proyek tersebut. Hingga berita ini diturunkan, PT Tripatra-Samsung yang dikontak melalui humasnya Budi Karyawan belum berhasil dikonfirmasi. Saat dihubungi nomor ponselnya, tidak aktif. Terpisah, Bupati Bojonegoro Suyoto beserta jajaran muspida langsung terjun ke lokasi proyek yang berada di Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam itu. Menyikapi kerusuhan hebat itu, bupati menginstruksikan, untuk sementara keamanan di sekitar proyek EPC 1 diambil alih atau dikendalikan langsung pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Bojonegoro. Selain itu, lanjut dia, pengoperasionalan proyek migas tersebut untuk sementara waktu dihentikan. \"Proyek akan dihentikan sampai kondisi normal. Jadi, tidak ditentukan berapa lama,\" ujarnya. Bupati sendiri belum mengetahui siapa yang membuat kebijakan membuka satu pintu itu. Namun, pihaknya akan secepatnya mencari tahu lebih lanjut. \"Saat ini polisi juga masih menyelidikinya,\" jelasnya. Yang jelas, ketika itu pekerja yang marah mencari petugas Tripatra. Untuk itu, besok pemkab mengundang EMCL dan PT Tripatra-Samsung untuk mencari tahu duduk permasalahannya. Agar kondisi di lokasi proyek minyak Blok Cepu berjalan normal. \"Untuk meredakan suasana, saat ini ribuan pekerja proyek minyak Blok Cepu diliburkan,\" ucapnya. Ketua tim konten lokal yang juga Sekretaris Daerah (Sekda), Soehadi Moeljono mengatakan, saat ini situasi keamanan proyek memang diambilalih kepolisian. Sekaligus untuk investigasi. \"Jadi biar cooling down dulu,\" tuturnya. Selain meminta bantuan polres untuk investigasi, tim konten lokal juga ikut mendalami permasalahan tersebut. Apakah ada latar belakang lain yang menjadi pemicunya. Karena, sempat beredar kabar salah satu titik picu aksi massa adalah tersisihnya sejumlah pekerja lokal. Benarkah? \"Belum-belum tahu, makanya kita masih mendalaminya,\" sanggahnya. Yang jelas, saat ini keadaan sudah bisa dikendalikan. (zim/ade/cho/fiq/sof)

Tags :
Kategori :

Terkait