Film The Iron Lady Menuai Kontroversi

Senin 09-01-2012,02:02 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

LONDON- Baru saja ditayangkan di berbagai bioskop di seluruh dunia, film berjudul The Iron Lady memicu kontroversi. Kritik pun bermunculan terkait pemutaran perdana film yang mengisahkan mengenai mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Margaret Thatcher (86) tersebut. PM Inggris saat ini David William Donald Cameron (45), termasuk yang keras mengritik. Pasalnya, ketika film itu diputar, Thatcher sedang menderita penyakit demensia atau lupa ingatan. Menurut Cameron, pemutaran film tersebut seharusnya ditunda dulu hingga tokoh utamanya tutup usia atau meninggal. Film biografi yang dibintangi aktris ternama AS Mary Louise “Meryl” Streep (62) tersebut mengisahkan Tatcher sebagai sosok yang ringkih atau rapuh karena usianya yang telah lanjut. Dia pun digambarkan sering mengenang karir politiknya di masa lalu dan berhalusinasi tentang kehadiran mendiang suaminya Denis Thatcher. Saat ini Thatcher berusia 86 tahun dan sudah jarang tampil di depan publik. Dalam komentar pertamanya tentang film itu, Cameron mengatakan bahwa dirinya terkesan atas akting Streep saat memerankan PM perempuan pertama di Inggris tersebut. Namun, dia justru mempertanyakan apakah film tersebut pantas ditayangkan ketika Thatcher masih hidup. Thatcher merupakan mantan pemimpin partai sayap kanan Inggris, Partai Konservatif (Tory) yang kini diduduki Cameron. “Akting Meryl Streep benar-benar fantastis. Tapi, saya tidak habis pikir dan berhenti bertanya mengapa kita harus memutar film itu sekarang?” tutur Cameron kepada radio BBC Jumat lalu (6/1). “Apalagi, film itu lebih banyak menggambarkan sisi uzur dan lupa ingatan (Tatcher) daripada sisi kehidupannya sebagai seorang perdana menteri yang hebat. Dan, menurut pendapat saya, film ini mengangkat akting memukau para pemainnya. Tetapi, saya juga berharap film ini dibuat lain hari (bukan saat ini),” paparnya. The Iron Lady diputar di Australia sejak 26 Desember lalu. Di AS film itu telah beredar sejak 30 Desember lalu. Di Inggris pemutaran perdana film tersebut berlangsung pada 6 Januari lalu, sedangkan penayangan di seluruh dunia mulai 13 Januari mendatang. Selama berkuasa pada 1979-1990, Thatcher dikenal dengan kebijakannya yang amat konservatif. Dia juga keras terhadap serikat pekerja. Thatcher sering pula melontarkan retorika keras terhadap Uni Soviet (kini Rusia). Karena itu, dia mendapat julukan The Iron Lady (Perempuan Besi). Tetapi, kritik Cameron dibantah Bersama sutradara Phyllida Lloyd yang kini mempromosikan film tersebut di Paris, Streep membela diri perihal keputusan mengangkat kondisi Thatcher yang rapuh saat ini. “Kami sengaja memotret dia dengan penyakit lupa ingatannya karena kini dia (Thatcher) menderita demensia tipe 41,” terang aktris yang dijagokan meraih Piala Oscar ketiga lewat perannya dalam The Iron Lady itu saat jumpa pers. Sebelumnya, Streep meraih dua Oscar (Academy Awards) lewat film Kramer vs Kramer (1979) dan Sophie”s Choice (1982). “Tidak ada dalam pikiran kami bahwa penggambaran penyakit demensia itu sebagai bentuk pelecehan terhadap kondisinya,” tegas artis kelahiran Summit, New Jersey, AS, tersebut. “Saya harus katakan kepada perdana menteri (Cameron) bahwa kalau dia khawatir Thatcher menonton film itu, bagaimana dengan komentarnya di radio bahwa rakyat harus menunggu (menonton film tersebut) sampai Thatcher meninggal! Bagaimana perasaan dia (Tatcher) jika tahu soal itu?” kritik Streep balik. Streetp menanggapi pernyataan Cameron secara lebih lanjut. “Kritik tersebut muncul karena stigma khusus yang melekat pada penderita demensia. Penyakit itu membuat kita merasa seolah tak disukai dan harus disembunyikan,”  tuturnya. Streep menambahkan, film itu sekaligus upaya untuk menunjukkan bahwa rakyat Inggris telah melupakan kehidupan sang mantan perdana menteri. Sutradara Lloyd juga membeberkan mengapa film itu harus dibuat sekarang. “Menurut saya, 30 tahun (setelah Thatcher menjabat) bukan waktu yang terlalu cepat untuk menuangkan kisah hidupnya ke layar kaca,” kilahnya. Para kritikus di Inggris juga menyanjung akting Streep dalam film itu. Namun, secara umum mereka menanggapi dingin pemutaran film tersebut. Seperti halnya Cameron, mereka mengritik waktu peluncuran dan pemutaran film itu di tengah kisruh politik di Inggris saat ini. Film tersebut juga dikritik karena terlalu fokus pada kepribadian Tatcher. Kritikus lain menilai film itu seolah menghilangkan atau melemahkan kekuasaan Thatcher sebagai politikus dengan berusaha menggambarkan dia sebagai sosok atau ikon yang feminin. Faktanya, Thatcher hampir tak pernah melibatkan perempuan lain dalam kabinetnya dan lebih suka memilih mitra kaum pria. (AFP/cak/dwi)

Tags :
Kategori :

Terkait