Harus Ada Solusi Sebelum Monza

Selasa 25-08-2015,09:00 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

STAVELOT - Insiden dua kali ban pecah sepanjang pergelaran GP Belgia akhir pekan lalu masih menyisakan tanda tanya besar. Pirelli punya kesimpulan sendiri, pun para pembalap dan juga tim. Ancaman bahaya tetap mengintai pembalap lantaran seri berikutnya akan berlangsung di Monza- sirkuit tercepat sepanjang kalender balap 2015. Protes pembalap Ferrari Sebastian Vettel yang menuding konstruksi ban Pirelli lemah dan rentan sebenarnya sudah pernah dilontarkannya di GP Silverstone 2013. Waktu itu produsen ban asal Italia tidak bisa berkelit dan akhirnya mengubah struktur penyusun bannya dari baja menjadi kevlar. Setelah itu sudah tidak ada lagi komplain soal konstruksi ban. Sampai Jumat pekan lalu bintang Mercedes Nico Rosberg mengalami insiden mengejutkan di tikungan Blanchimont saat latihan bebas hari pertama. Tiba-tiba ban belakang bagian kanannya meledak saat mobilnya melaju dengan kecepatan lebih dari 290 kilometer per jam. Mobilnya terseret cukup jauh hingga keluar trek. Beruntung tidak sampai menghajar dinding pembatas. Insiden yang sama berulang dua hari kemudian. Saat itu suasana yang melingkupi berkali lipat lebih tegang jika dibandingkan dengan waktu latihan. Peristiwanya berlangsung saat balapan dan hanya menyisakan satu lap lagi. Lebih parah, Vettel mengalami kecelakaan tersebut saat akan meraih podium ketiga. Harapan itu ikut pecah seiring meletusnya ban kanan belakang SF15-T miliknya. Kembali ke 2013, setelah insiden di GP Silverstone Pirelli telah mengusulkan adanya aturan pembatasan lap maksimal dimana seorang pembalap boleh menggunakan satu set ban. November 2013 Pirelli meminta batas maksimalnya adalah 50 persen dari seluruh lap balapan untuk ban utama dan 30 persen ban opsional. “Jadi jika aturan ini berlaku di Spa, pembatasan maksimal untuk ban medium (yang dipakai Vettel) adalah 22 lap,” terang Direktur Motorsport Pirelli Paul Hembery. Saat terjadi insiden tersebut Vettel sudah melahap 27 lap dengan ban medium dan rencananya akan menggunakannya sampai 29 lap. Namun FIA menolak usulan tersebut dua tahun silam. Alasannya tentu karena akan terkait erat dengan strategi balap. Selain itu gaya membalap yang beragam akan selalu berdampak pada manajemen ban. Dengan dua kali kejadian di Belgia Pirelli berharap usulan tersebut dipertimbangkan kembali. Soal jumlah lap maksimalnya semua pihak yang berkepentingan bisa duduk satu meja untuk membahasnya. Coba melihat pendapat lain di luar Pirelli dan Ferrari, atau Mercedes, Kepala Operasional Sisi Trek Alan Permane mengatakan, mengejutkan jika dua insiden tersebut dikaitkan dengan tingkat keterpakaian ban. Karena karakter ban Pirelli itu biasanya langsung menurun daya cengkeramnya saat permukaannya menipis. Nah pada kasus Vettel daya cengkeram ban medium-nya masih kuat. “Vettel mencatat waktu lap yang sama dengan pembalap-pembalap lain yang juga menggunakan ban medium,”ungkapnya dikutip Autosport. Bos Mercedes Toto Wolff justru mengaku kaget dengan strategi satu pit stop yang diambil Ferrari. Namun memahami karena hanya itulah satu-satunya cara agar Vettel bisa sampai di podium. “Kalau mereka memutuskan untuk dua kali pit stop, mereka akan finis di urutan 6 atau 7. Jadi mereka mencobanya meski itu adalah strategi yang berisiko,” ucapnya. Untuk jalan tengahnya, Nico Rosberg meminta agar FIA mewajibkan pemasangan kamera yang langsung menyorot ke arah ban. Khususnya ban belakang. Dari gambaran tersebut mekanik di paddock termasuk perwakilan dari Pirelli akan terus mengawasi kondisi ban. “Jika ada tanda-tanda akan aus dan kemungkinan pecah mereka bisa memberikan peringatan,” begitu katanya dilansir Motorsport. (cak)

Tags :
Kategori :

Terkait