KEJAKSAN - Peristiwa sakit perut berjamaah di SDN V Kartini yang diduga akibat mengonsumsi jajanan tidak sehat, menjadi perhatian Dinas Kesehatan Kota Cirebon. Kamis (10/9), tim dari Dinas Kesehatan Kota Cirebon langsung mendatangi kompleks SDN Kartini. Staf Dinas Kesehatan, Atin mengatakan, pihaknya bertujuan untuk mengidentifikasi soal dugaan keracunan 13 orang siswa SDN Kartini. Dalam kesempatan itu, pihaknya juga ingin menanyakan langsung kepada para siswa, makanan apa saja yang dikonsumsi sebelum mereka menderita sakit perut. \"Bisa saja bukan berasal dari jajanan di kantin tersebut,\" tukasnya kepada Radar. Ia mengaku sudah mendapatkan sample berupa dua buah permen berlabel Marlbovo, 3 susu bubuk, dan 1 permen dalam kemasan botol kecil. Setelah dilihat, jajanan itu tidak kedaluwarsa dan memiliki izin PIRT serta BPOM. Sementara produk susu bubuk, tidak memiliki izin PIRT maupun BPOM. \"Sebenarnya kalau susu bubuk ini jelas tidak boleh dijual, karena harus ada izin dulu dari BPOM. Kalau permen masih bisa izin di dinas,\" jelasnya. Pihaknya butuh sekitar satu minggu ke depan untuk bisa mendapatkan hasil penelitian dari sampel jajanan yang diambil dari SDN Kartini tersebut. Kepala Dinas Kesehatan, dr H Edi Sugiarto MKes menjelaskan, sebenarnya pihaknya bersama puskesmas selalu rutin memberikan penyuluhan baik kepada sekolah maupun pemilik kantin mengenai makanan sehat. \"Semua prosesnya memang harus bersih, termasuk cara menyajikan, siapa tahu ada kuman yang menempel,\" jelasnya. Kuman yang menempel di makanan yang menyebabkan sakit perut yaitu bakteri Escherichia coli. Bakteri itu masuk melalui makanan yang dikonsumsi anak. Karena kondisi kekebalan tubuh juga berpengaruh. \"Daya tahan tubuh itu kan masing-masing berbeda, orang dewasa biasanya lebih tahan. tapi kalau anak-anak ini masih lemah, sehingga mudah terserang,\" ucapnya. Menurutnya, kejadian sakit perut berjamaah di SD Kartini juga bisa jadi karena faktor psikologis. Ada beberapa siswa yang memang sakit perut, kemudian menjalar kepada siswa lainnya. \"Kadang kala ada faktor psikologis, kalau seorang melihat orang muntah atau mual, orang lain bisa ikut mual,\" kata Edi. Maka dari itu, sekolah disarankan untuk bisa mengawasi jajanan di lingkungannya. Hal ini bergantung dari institusi sekolah. Pihaknya juga menyebutkan belum seluruh sekolah menerapkan kantin sehat. Padahal, itu merupakan fasilitas untuk jajanan layak sehat. Edi menyebutkan contoh Kantin Sehat hanya ada di SMPN 5 dan SMA 2 Cirebon. \"Kalau SD Kartini memang belum memiliki kantin sehat,\" jelasnya. Selain pihak sekolah yang harus mengawasi, ia juga berharap pada peranan orang tua. Sebaiknya setiap anak membawa bekal sendiri. Karena masakan orang tua akan lebih sehat daripada jajan di luar. (jml)
Sekolah Diminta Ikut Awasi Jajanan Siswa
Jumat 11-09-2015,14:21 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :