Gerakan Lemah Gemulai seperti Kucing Betina

Rabu 07-10-2015,11:48 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Persiapan Tim Barongsai Putri Singamas Cirebon untuk Lomba di Bali Seni akrobatik barongsai tidak hanya disukai dan dilakukan para lelaki. Perempuan pun sudah mulai tertarik memainkan jenis olahraga yang masuk dalam naungan Forum Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) tersebut. Bahkan kini untuk kali perdana tim barongsai putri akan bertanding di Bali, dalam kejuaraan Fornas ke-3. JAMAL SUTEJA, Lemahwungkuk ADALAH dua orang pelajar kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengikuti kejuaraan itu. Namanya, Leli Suryani dan Cahya Nurul Aini. Keduanya berasal dari sekolah berbeda. Leli Suryani dari SMPN 2 Cirebon, dan Cahya Nurul dari SMPN 14 Cirebon. Ketertarikan keduanya dalam memainkan barongsai berawal saat melihat aksi barongsai Singamas dalam acara imlek dan car free day. Dari sana, karena keinginan dan keberanian, mereka pun bergabung ke Perguruan Singamas Cirebon. Secara kebetulan, perguruan yang dibina oleh Yan Siskartedja itu membutuhkan tim barongsai perempuan. \"Kalau saya karena keinginan sendiri, karena sering lihat barongsai dimainkan oleh laki-laki di acara imlek. Jadi kepikir, gimana kalau cewek main barongsai kayaknya keren,\" tukas Leli dan Nurul kepada Radar, kemarin. Menurutnya, berlatih barongsai cukup susah-susah gampang. Hal itu karena selain dibutuhkan kelenturan dan kekuatan fisik, mereka juga harus bisa menjaga harmonisasi gerakan. Pelatih Singamas, Shandy Yudha Siskartedja mengatakan tahun ini merupakan perdana tim Singamas mengirimkan delegasi tim barongsai perempuan. Dua orang perempuan itu akan tampil dalam kategori barongsai wanita dalam kejuaraan FORNAS di Bali, 9-11 Oktober 2015. \"Singamas sedang mendidik barongsai wanita untuk mewakili Indonesia di kancah internasional,\" tukas Shandi. Saat ini peringkat sementara, tim barongsai putri Indonesia berada di posisi ke-130 di seluruh dunia. Sementara untuk tim barongsai laki-laki menempati urutan ke-5. \"Kita bentuk satu tim, terdiri dari dua orang perempuan untuk barongsai. Sementara untuk pemain musiknya bebas, kita ambil dari laki-laki,\" jelasnya. Dalam kejuaraan itu, kata Shandy, pihaknya memakai nama tim Naga Tirta Bhayangkara yang merupakaan binaan Ditpolair Polda Jabar. Sementara untuk persiapan, Shandy menyebut sudah berlangsung hampir setiap hari dalam empat bulan terakhir. Karena yang bermain perempuan, Shandy mengalami kesulitan dalam membentuk fisik yang kuat. \"Tenaga sih. Memang agak lemah, jadi kita siasati dengan gerakan yang gemulai, seperti kucing betina,\" terangnya lagi. Selain itu, dirinya mengaku kesulitan dalam mencari bibit para pelajar untuk dibina menjadi pemain barongsai. Alasannya karena faktor dari orang tua yang tidak mengizinkan, dan juga faktor dari perempuan itu sendiri yang memang kurang familiar dalam melakukan aksi akrobatik. \"Latihan kita ajarkan dulu dasar-dasar akrobatik dan kuda-kuda. Ini kita baru latih gerakan lemah gemulai, lambat laun secara bertahap akan kita bina agar bisa lebih atraktif,\" ungkapnya. Sementara itu, walaupun akan mewakili Indonesia dalam kancah internasional, namun dukungan dari pemerintah belum maksimal. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait