DINAMIKA politik dalam menyikapi wakil walikota (wawali) belum kunjung menemukan hasil apapun. Padahal, proses ini telah berjalan berbulan-bulan. Karena itu, masyarakat tidak lagi tertarik dengan keberadaan wawali. Terlebih melihat sikap dari walikota yang terkesan tanpa melakukan langkah serius mewujudkannya. Pengamat kebijakan publik Haris Sudiyana mengatakan masyarakat sudah tidak lagi tertarik dengan dinamika pemilihan wawali. Selama ini, waktu dan tenaga lembaga penyelenggara pemerintahan banyak terkuras untuk membahas hal tersebut. Padahal, pelayanan kepada masyarakat menjadi tujuan utama dan kerap dilakukan. Artinya, belum ada peningkatan kinerja sejak Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis SH menjabat. “Kalau serius ingin punya wawali, caranya sederhana. Datang ke Kemendagri (Kementrian Dalam Negeri) dan minta keputusan tertulis. Selesai di situ,” ujarnya kepada Radar, Selasa (20/10). Dinamika politik tidak akan pernah berhenti. Namun, perlu diingatkan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Dengan tugas yang padat dan menyeluruh, Haris menilai posisi walikota semakin tersudutkan dari berbagai sisi. Karena itu, peran dan keberadaan wawali sangat penting dalam menyelamatkan Kota Cirebon. “Jangan sampai menjadi demisioner. Ini karena ulah para elit politik di Kota Cirebon yang terkesan tidak mau ada wawali,” lugasnya. Siapapun wawali yang terpilih pasti akan menerima penolakan. Hal itu wajar sebagai bentuk konsekuensi dari sebuah kebijakan. Sebab, lanjut Haris, kebijakan tidak akan dapat membuat senang semua pihak. Sama halnya dengan mutasi, pihak yang tidak terpilih mengeluarkan cibiran. Hal ini merupakan dinamika yang wajar dalam pemerintahan. Haris mendesak para elit politik untuk memperbaiki Kota Cirebon dengan tindakan nyata agar masyarakat merasa mendapatkan pelayanan terbaik di berbagai lini kehidupan. “Jangan sampai pemilihan wawali menjadi peta konflik dan mengorbankan masyarakat,” tegas Haris. Jika tidak menemukan kata sepakat dalam pemilihan wakil walikota, Nasrudin Azis selaku walikota dapat langsung bertemu dengan Menteri Dalam Negeri dan meminta solusi atas persoalan tersebut. Dengan demikian, Menteri Dalam Negeri dapat mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Mendagri untuk proses terbaik pemilihan wawali. Semua memahami peran wawali sangat penting dalam membantu kinerja walikota. Namun, banyak menjadi pertanyaan tentang keseriusannya. Karena itu, Haris meminta walikota untuk melakukan tindakan nyata tanpa perlu basa-basi. Selama ini, dia menilai Walikota Azis hanya sekedar berwacana. Wakil Ketua Partai Demokrat Kota Cirebon Panji Amiarsa SH MH mengatakan, wewenang Ketua DPC Demokrat Kota Cirebon yang juga Walikota Cirebon Nasrudin Azis telah sesuai dengan mandat yang diberikan dalam menentukan kandidat calon wawali. Artinya, dua nama yang diajukan sudah prosedural. Setelah Walikota Azis memilih Toto Sunanto dan Eti Herawati atau akrab disapa Eeng Charli sebagai calon wawali, jika mengacu pada aturan yang terbaru, keputusan akhir ada pada para wakil rakyat di parlemen. Karena itu, ujarnya, baik Eeng Charli maupun Toto Sunanto yang terpilih, Demokrat berharap menjalin kerja sama yang baik dengan Walikota Nasrudin Azis hingga selesai masa jabatan di tahun 2018 nanti. (ysf)
Pengamat: Masyarakat Lelah dengan Polemik Wawali
Rabu 21-10-2015,14:20 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :