Restorasi Lahan Gambut Diseriusi

Senin 02-11-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Juli-Oktober Ada 2,1 Juta Hektare Lahan yang Terbakar JAKARTA- Komitmen mela­kukan restorasi lahan gambut makin ditegaskan pemerintah pasca bencana asap yang masih berkepanjangan. Sejumlah langkah dipersiapkan untuk memulihkan fungsi lahan gambut sebagai bagian upaya mencegah bencana serupa terulang dikemudian hari. “Restorasi lahan ini menjadi langkah penting karena asap itu yang terbesar datang dari lahan gambut,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla usai Salat Istisqa di Masjid Istiqlal, Jakarta, kemarin (1/11). Salah satu bentuk keseriusan, pemerintah kini sedang mempersiapkan konferensi lahan gambut internasional, yang akan dilangsungkan tidak lama lagi. Hasil konferensi diharapkan bisa jadi landasan pengambilan langkah-langkah pemerintah kedepannya. “Sekarang, kami coba selesaikan. Sebab, anak-anak yang sudah sejak kecil terkena asap pasti timbul penyakit jangka panjang,” imbuhnya. Wapres mengungkapkan berbagai persiapan pelaksanaan konferensi sedang dipersiapkan. Terutama, oleh Menkopolhukam Luhut Pandjaitan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang ditunjuk untuk menjadi koordinator. Sejumlah pihak berkompeten bakal dihadirkan dalam forum tersebut. JK menegaskan restorasi lahan gambut itu akan melengkapi upaya serius yang telah dilakukan pemerintah selama ini dalam menangani persoalan kebakaran hutan dan lahan. “Kalau upaya sudah maksimum, doa lah yang mendorong usaha maksimum agar tercapai, seperti yang saat ini telah kita lakukan (salat istisqa),” tuturnya. Selain diikuti ribuan masyarakat, kesempatan salat memohon hujan yang dilaksanakan di Masjid Istiqlal juga diikuti sejumlah menteri. Di antaranya, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Sejak Juli hingga akhir Oktober 2015 lalu, berdasar data BNPB, luas hutan dan lahan terbakar yang tersebar di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 2,1 juta hektare. Atau, sekitar 4 kali luas Pulau Bali yang memiliki luasan sekitar 5,6 ribu kilometer persegi. Karena sifatnya yang istimewa, titik-titik api yang berada di lahan gambut memang menjadi lokasi yang paling sulit dipadamkan. Meski api di bagian permukaannya telah berhasil dipadamkan, namun bara api umumnya masih tersimpan di kedalaman tanah. Hujan yang turun secara intensif biasanya yang bisa memadamkan api secara total. Komitmen pemerintah soal pengelolaan lahan gambut kedepan telah sempat menjadi materi pembahasan dalam rapat terbatas kabinet 23 Oktober lalu. Saat itu, Presiden Jokowi yang memimpin rapat mengeluarkan instruksi kepada menteri LHK agar tidak memberikan izin baru pengelolaan lahan gambut. Instruksi itu dikeluarkan bersamaan dengan perintah untuk segera menerapkan One Map Policy dalam pengelolaan lahan sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 4 Tahun 2011. “Segera lakukan restorasi gambut, review izin-izin lama. Sudah harus keras kita, (lahan gambut) yang belum dibuka, tidak boleh dibuka,” kata Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana, menirukan instruksi presiden ketika itu. Bencana asap di Sumatera dan Kalimantan tahun ini disebabkan oleh beragam faktor. Tak hanya sebatas faktor kesengajaan manusia dan fenomena iklim El Nino yang meningkat, namun penegakan hukum yang lemah menyebabkan peristiwa ini berlangsung secara terus menerus. Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan bahwa intensifikasi hujan buatan sejak tiga hari lalu membuahkan hasil. “Hujan terus turun hingga hari ini (kemarin, red), tandas Sutopo Purwo Nugroho. Menurut Satelit Terra Aqua, titik panas kemarin sore pun menurun dari hari sebelumnya. Yakni, dari 233 menjadi 158. Di Sumatera terdapat 3 titik, Bengkulu 2, dan Jambi 1, sedangkan di Kalimantan terdapat 155 titik, Kalimantan Selatan 27 titik, Kalimantan Tengah 35 titik, Kalimantan Timur 92 titik, dan Kalimantan Utara 1 titik. “Meski begitu, di Sumatera Selatan masih banyak yang berasap. Sehingga, masih diwaspadai ada juga yang tidak terpantau satelit,” tambahnya. Sehingga, water bombing pun terus dilakukan. Khususnya di wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Di wilayah Sumsel dilakukan di area Indrayala, Air Sugihan, Pedamaran Timur, Cengal, Taman Nasional Sembilang dan Simpang Tiga Sakti, wilayah Jambi di daerah Tahura, wilayah Kalimantan Selatan di area Limpasu dan Haruyan dan wilayah Kalimatan Tengan di area Tumbang Nusa dan Tanjung Putting. Turunnya jumlah titik panas ini jelas berkorelasi pada jarak pandang dan kadar indeks standar pencemaran udara. Jika sebelumnya rata-rata jarak pandang hanya berkisar anra 800-6000, kemarin sore jarak pandang ada yang mencapai 10.000 meter. “Puji Tuhan, Riau hari ini (kemarin, red) cerah berawan hingga mencapai 10.000 meter,” ungkapnya. Di Padang 4.000 meter, Jambi 4.000 meter, Palembang 1.500 meter, Kalimantan Timur 10.000 meter, Kalimantan Barat 10.000 meter, Kalimantan Tengah 4.000 meter dan Kalimantan Selatan 7.000 meter. Mayoritas, kondisi berawan hanya Palembang dan Padang yang masih berasap. Begitu juga dengan kondisi ISPU yang semakin membaik. Meski, Palembang dan Palangkaraya masih pada indikator tidak sehat. Di Pekanbaru 64,16 sedang, Jambi 61,98 sedang, Palembang 174,62 tidak sehat, Kalimantan Barat 15,44 baik, Kalimantan Timur 24,79, Kalimantan Selatan 24,79 baik, Kalimantan Tengan 183,67 tidak sehat. “Kondisi ISPU yang membaik, namun kita masih mengintensifkan dalam melakukan penanganan dalam bidang kesehatan,” jelasnya. Yakni, pelayanan pos kesehatan setiap wilayah, pembagian masker, dan menyiapkan rumah singgah. Salah satu dampak kabut asap adalah layanan pendidikan. Banyak sekolah di Jambi, Palembang, dan kota-kota lain libur sekitar sebulan karena terkepung asap. Otomatis agenda akbar Uji Kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terganggu. Kemendikbud memutuskan UKG di daerah terkena kabut asap ditunda dari jadwal semula November menjadi Desember atau bahkan Januari tahun depan. Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata mengatakan, sebagian besar pelaksanaan UKG berbasis online. Sehingga panitia menjamin keamanan dan kerahasiaan soal ujian bagi seluruh guru itu. “Kita punya banyak stok butir soal ujian, sehingga tidak akan sampai terjadi soal dari daerah lain bocor ke daerah yang mengalami penundaan,” tutur dia. Pranata menjelaskan kepu­tusan penundaan pe­lak­sa­naan UKG di daerah terdampak asap itu diputus­kan setelah mendengar langsung paparan dari dinas pendidikan kabupaten atau kota setempat. Meskipun November sudah mulai turun hujan, Kemendikbud tidak mau mengambil resiko. Lebih baik UKG dilaksanakan pada Desember atau Januari 2016 ketika kegiatan belajar dan mengajar kembali normal. (dyn/lus/wan)

Tags :
Kategori :

Terkait