Setiap tanggal 1 Desember, diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Ini momen untuk kampanye bahaya HIV/AIDS. Mirisnya, meski ada upaya penanganan, jumlah korban masih terus bertambah. Perkembangan kasus HIV/AIDS secara khusus di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.
KETUA Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati, mengaku khawatir dengan kondisi ini. Untuk Kota Cirebon, kata Sri, tahun 2015 saja sudah terdapat 70 kasus. Dari 70 kasus itu, terdiri dari ibu rumah tangga sebanyak 16 orang, bayi 1 orang, dan masyarakat umum 53 orang. \"70 kasus itu data sampai Oktober 2015. Ada 53 orang masyarakat umum kebanyakan penyebabnya karena seks bebas,\" jelasnya kepada Radar Cirebon, kemarin.
Ada banyak faktor yang menyebabkan kondisi tersebut. Sri menerangkan, gaya hidup dan tontonan televisi pun bisa menjadi faktor meningkatnya penderita HIV/AIDS. Kecanggihan teknologi pun tak bisa dipungkiri turut memberikan dampak yang besar dalam peningkatan jumlah kasus ini. “Anak meniru dari apa yang dia lihat. Fatalnya kalau salah. Di sini peran orang tua, guru, lingkungan, dan semua pihak lainnya sangat penting,” tandas Sri.
\"Pola asuh keluarga dan lingkungan pun berperan. Apalagi zaman sekarang, kadang anak muda merasa tertantang saat ada temannya bilang \"zaman sekarang kok gak pacaran?\". \"Kok pacarannya gitu-gitu aja\". Ini bahaya, bisa menjerumuskan anak pada pergaulan bebas. Perlu pendidikan karakter yang baik pada anak,\" tambahnya.
Kabupaten Cirebon
Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Cirebon juga meningkat. Data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menyebutkan tahun 2015 hingga bulan November sudah ada 125 orang positif terkena HIV/AIDS.
Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit pada Dinkes Kabupaten Cirebon Engku Nursyamsu MSi mengatakan secara kumulatif dari tahun 2000 hingga 2015 sudah ada 1.098 orang yang positif HIV/AIDS. Disebutkannya, tahun 2000 terdapat 3 kasus, tahun 2010 ada 498 kasus, tahun 2012 ada 136 kasus, tahun 2013 sebanyak 137 kasus, tahun 2014 ada 199 kasus, dan tahun 2015 terdapat 125 kasus.
“Dari data yang ada, peningkatannya cukup fluktuatif. Dari kumulatif tahun 2000 ada 22 orang yang meninggal, sedangkan di tahun 2015 sendiri ada enam orang yang meninggal,\" ungkap Engku Nursyamsu kepada Radar, kemarin. Menurutnya, dari data kumulatif tersebut, penularan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Cirebon masih disebabkan melalui hubungan seks yang tidak sehat serta penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik.
\"Penderita HIV/AIDS terus meningkat. Peningkatan temuan kasus baru ini kebanyakan dari usia produktif rata-rata 20-50 tahun. Temuan ini juga harus disikapi serius semua pihak. Salah satunya dengan menggiatkan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS,\" terangnya.
Lebih lanjut dikatakan, sasaran sosialisasi pencegahan di antaranya komunitas waria, gay, PSK, serta pengguna jarum suntik. Pihaknya juga tengah gencar melalukan pemeriksaan secara keliling. Melihat fenomena ini, kata Engku Nursyamsu, maka setiap bulan ditargetkan ada 1.000 orang yang diperiksa.
Mereka berasal dari berbagai tempat mulai terminal, pangkalan, panti pijat, pangkalan truk, dan sebagainya. \"HIV/AIDS ditularkan melalui hubungan seksual, darah, jarum suntik dan keturunan. Melihat tren kenaikan ini, kami senantiasa melakukan sosialisasi. Selain dengan KPA, juga melibatkan LSM dan warga siaga,” terang Engku Nursyamsu.
Kabupaten Indramayu
Jumlah korban HIV/AIDS yang meningkat ini juga terjadi di Kabupaten Indramayu. Secara kumulatif dari tahun 1993 hingga September 2015 mencapai 1.908 kasus. Dari jumlah tersebut, 229 di antaranya meninggal dunia. Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Indramayu memang masih cukup tinggi, atau tertinggi setelah Bandung.
Menurut Kabid Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu, Yadi Hidayat SKM MKM, melalui Kasi HIV/AIDS, Dede, untuk tahun 2015 jumlah penderita HIV/AIDS 352 orang.
“Dari jumlah tersebut, rata-rata menyerang usia produktif yaitu antara usia 20 sampai 29 tahun. Sementera penyebarannya sebagian besar melalui hubungan seksual,” terang Dede kepada Radar, Senin (30/11).
Yadi Hidayat menambahkan, penularan tertinggi HIV AIDS di Kabupaten Indramayu adalah melalui hubungan seksual. Hal ini juga berdampak terhadap tingginya angka kematian ibu dan bayi, terutama angka kematian bayi di Indramayu,” terang Yadi. Yadi juga mengaku terkejut, karena berdasarkan hasil pemeriksaan sebanyak 60% ibu hamil yang diperiksa ternyata menderita infeksi menular seksual (IMS).
Namun setelah melalui pengobatan, ternyata mampu menurunkan angka kematian bayi secara drastis. “Jadi, pemeriksaan ibu hamil secara rutin memang sangat penting, untuk mengetahui kondisi ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Hal ini juga sejalan dengan upaya pemkab untuk menekan angka kematian ibu dan bayi,” tandasnya.
Kasus HIV/AIDS terungkap berdasarkan hasil penelitian laboratorium melalui sistem pelayanan infeksi menular seksual (IMS plus) dibeberapa puskesmas dan rumah sakit di Kabupaten Indramayu yang memiliki sistem layanan IMS plus.
\"Kebanyakan virus HIV/AIDS ditularkan akibat hubungan seks bebas atau berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks dan penderitanya didominan dari kalangan ibu-ibu rumah tangga maupun usia produktif. Jika tak secepatnya diminimalisar, akan menjaring lebih besar lagi,\" kata dia.
Penderita HIV/AIDS, sudah mencakup hampir semua kalangan, mulai dari pelajar, pegawai negeri sipil, ibu rumah tangga, dan yang lainnya. Sebagian besar di antaranya masih berusia produktif, yaitu pada rentang usia 20-40 tahun.
Kabupaten Majalengka
Sementara itu, angka penderita HIV/AIDS Kabupaten Majalengka dari tahun ke tahun juga menunjukkan tren peningkatan. Berdasarkan data yang tercatat di Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Majalengka, sejak tahun 2001 hingga September 2015 tercatat sebanyak 69 warga positif HIV/AIDS, dan 110 orang bahkan sudah menderita AIDS.
Ketua Pelaksana Harian KPA Kabupaten Majalengka, DR H Karna Sobahi MMPd melalui Sekretaris KPA H Dadang Iskandar mengatakan sampai saat ini data penderita HIV/AIDS di Kabupaten Majalengka terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal itu seiring dengan semakin gencarnya upaya penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan melalui program oleh KPA bekerja sama dengan dinas dan instansi terkait yang terus mendorong agar masyarakat tidak ragu-ragu untuk melakukan tes HIV.
“Jumlah data terakhir sampai September 2015 dari 2001 di Kabupaten Majalengka jumlah penderita HIV sebanyak 69 orang dan yang sudah AIDS sebanyak 110 orang. Data tersebut yang tercatat di Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Majalengka. Dan rata-rata kebanyakan penderita di Majalengka terlambat untuk memeriksakan diri sehingga saat terdeteksi sudah AIDS,” jelas Dadang Iskandar didampingi Pengelola Program KPA Majalengka Yuli Padliansyah kepada Radar, kemarin (30/11).
Dikatakannya, melalui program penanggulangan HIV/AIDS yang saat ini semakin gencar, diharapkan bagi masyarakat yang kebiasaan sehari-harinya rentan tertular virus HIV harus sesegera mungkin memeriksakan diri atau melakukan tes HIV. Sebab, jika sudah positif menderita HIV dan terlambat mendapat pengobatan maka kemungkinan berkembang menjadi AIDS sangat cepat dan akan semakin sulit diobati.
“Lain halnya jika baru positif HIV kemungkinan untuk berkembang menjadi AIDS masih dapat diperlambat dengan mengkonsumsi secara rutin obat ARP. Karena itu bagi mereka yang biasa berperilaku yang memungkinkan tertular HIV seharusnya sesegera mungkin memeriksakan diri ke puskesmas layanan HIV atau rumah sakit,” ujarnya.
Di Majalengka, kata dia, saat ini ada satu RS dan 13 puskesmas yang sudah bisa melayani tes HIV yakni RS Majalengka, Puskesmas Maja, Cigasong, Kadipaten, Panongan, Kasokandel, Jatiwangi, Balida, Sumberjaya, Leuwimunding, Sindangwangi, Jatitujuh, Kertajati dan Ligung. Adapun program penanggulangan HIV/AIDS kerjasama Global Fun (GF) Amerika hanya berlangsung sampai Juni 2015 dan diperpanjang sampai Desember 2015.
Kabupaten Kuningan
Masih soal data HIV/AIDS, jumlah penderita di Kabupaten Kuningan setiap tahun terus bertambah. Sejak ditemukan kasus pertama kali pada tahun 2004, hingga kini sudah mencapai 260 orang.
Dari jumlah tersebut yang masih hidup hingga sekarang adalah 106 orang, dan 154 penderita sudah meninggal. Penderita yang sekarang menjadi ODHA enam orang di antaranya adalah warga Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka. ”Jumlah 260 merupakan jumlah hingga bulan Oktober karena data November belum masuk semua,” ucap Kadinkes Kuningan H Raji K Sarji MKes melalui Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dedik Purnaman kepada Radar, kemarin (30/11).
Dedik menyebutkan, pada tahun ini ada 55 penemuan baru atau penderita baru. Dibanding dengan tahun lalu jumlahnya mengalami peningkatan. Padahal masih ada dua bulan lagi dimana jumlahnya bisa bertambah. Diterangkan, jumlah total 260 itu mulai dari HIV stadiun I, II, III dan untuk AIDS stadium IV atau paling parah. Penderita dengan rincian laki-laki 122, dan perempuan 139 orang.
Dedik menyebutkan, sejak tahun 2004 tren jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat. Sebagai bukti pada tahun 2004 HIV 16 orang, AIDS nol. Lalu, pada tahun 2005 HIV 15 dan AIDS nol. Pada tahun 2006 total HIV 12 dan AIDS nol, 2007 HIV 21 orang dan AIDS satu orang. Kemudian pada tahun 2008, dua orang penderita HIV dan 5 orang AIDS.
Untuk 2009 jumlah penderita HIV empat orang dan dua AIDS. Sedangkan pada tahun 2010 naik menjadi tujuh orang dengan rincian empat orang HIV dan tiga orang AIDS. Begitu juga pada tahun 2011 hanya tujuh orang hanya bedanya jumlah HIV empat orang dan AIDS tiga orang. Mulai tahun 2012 trennya mengalami kenaikan dimana jumlah penderita menjadi 26 orang dengan rincian 16 HIV dan 10 AIDS.
Masih menurut Dedik pada tahun 2013 naik menjadi 32 orang dimana 26 HIV dan enam orang AIDS. Sementara pada tahun 2014 naik menjadi 52 dimana 27 orang positiv HIV dan 25 divonis AIDS. Dan puncaknya pada tahun ini adalah 55 orang. “Alasan semakin tahun semakin banyak karena semakin terbuka dari para penderita HIV/AIDS. Pemerintah pun memberikan perhatian kepada mereka sehingga merasa dilindungi,” ucapnya.
Mengenai ODHA yang jumlahnya 106 orang, kata dia, tidak semua rutin berobat. “Andai mereka ruitn minum obat ARV maka virus yang menyerang kekebalan tubuh tidak semakin parah. Ini yang terkadang membuat kami harus sabar karena mereka ketika mengikuti pengobatan tiba-tiba menghilang. Kalau sudah begini virus yang menyerang semakin berkembang dan pada akhirnya sudah stadium empat dan tidak akan bisa tertolong,” ucapnya. (mik/via/oet/eko/mus)