Jauhi Virusnya, Jangan Jauhi ODHA

Selasa 01-12-2015,20:29 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

SELAMA ini ini telah melekat di benak masyarakat sebuah stigma bahwa penderita HIV-AIDS adalah penyakit yang harus dijauhi. Dilarang mendekati Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Padahal sebenarnya penularan virus HIV tidak seperti yang dibayangkan oleh masyarakat. Apakah penderita HIV harus dijauhi dari pergaulan? Jika setiap orang tahu bagaimana proses penularan virus tersebut maka mereka tidak perlu takut berteman dengan orang yang memiliki virus HIV di dalam tubuhnya. Seperti yang disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon, Sri Maryati kepada Radar, Senin (30/11). Sri menjelaskan, virus HIV memang termasuk yang berbahaya. Namun, pihaknya terus menyebarkan informasi yang lengkap mengenai penyakit ini agar masyarakat mengerti dan paham cara penularannya sehingga tidak perlu takut berdekatan dengan penderita HIV. “Berjabat tangan, berpelukan atau mengobrol dan mencium tangan tidak membuat orang tertular virus HIV. Virus ini hanya akan menular bila terjadi kontak seksual atau pertukaran cairan tubuh dan darah,\" ujarnya. Bagaimanapun ODHA memerlukan dukungan serta bantuan moril untuk bisa melanjutkan hidupnya dengan sebaik mungkin. Karena, stres memicu sebuah penyakit menjadi lebih parah. \"Rangkul hatinya agar mentalnya sehat dan memiliki kekuatan untuk menghadapi hidup,\" ajak Sri. Sebagai pencegahan, Sri menyarankan agar masyarakat melakukan tes HIV dan konseling lewat Voluntary Counseling and Testing (VCT). Test ini dilakukan bersifat sukarela dan dijamin kerahasiaannya. Setelah dilakukan konseling maka akan dibahas tentang cara menghadapi hasil test HIV. Kemudian test HIV dilakukan dengan cara mengambil sampel darah, lalu dilakukan pengetesan terhadap kemungkinan ditemukannya antibody terhadap HIV dalam sampel darah tersebut. Lalu bagaimana dengan yang sudah terinfeksi virus HIV? Meski belum ada obat untuk sepenuhnya melenyapkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang hidup bagi penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat. Salah satu obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi virus HIV/AIDS adalah Antiretroviral (ARV). Sri menjelaskan, obat ini bekerja dengan cara menghambat virus HIV dalam merusak sistem kekebalan tubuh. ARV berbentuk tablet yang digunakan setiap hari. Di samping itu, untuk menunjang kinerja tubuh dan obat yang ada, penderita harus benar-benar merubah pola hidup menjadi lebih baik, seperti misalnya makan makanan sehat, jangan menggunakan narkoba. \"Tanpa pengobatan dan tindakan yang tepat, seseorang yang terkena serangan virus HIV akan mudah terserang penyakit berbahaya, hal tersebut disebabkan oleh kondisi kekebalan tubuhnya yang menurun secara drastis. Kondisi seperti inilah yang disebut sebagai HIV stadium akhir atau biasa disebut sebagai AIDS,\" terangnya. Cara terbaik untuk menghindari serangan virus HIV, lanjut Sri, adalah dengan cara melakukan hubungan seks secara aman. Seks yang aman adalah melakukan hubungan seks hanya dengan pasangan yang tidak mengidap HIV/AIDS, tidak gonta-ganti pasangan, melakukan seks sebagaimana mestinya dan gunakan kondom. \"Jangan pernah berbagi jarum suntik dengan orang yang mengidap HIV/AIDS karena dapat menularkan virus HIV ke tubuh,\" ucapnya. Pemahaman keagamaan tentang dilarangnya melakukan hubungan seksual diluar nikah juga sangat perlu untuk dilakukan. Kata Sri, panularan HIV AIDS lebih banyak ditularkan dari perilaku seks bebas diluar hubungan pernikahan. \"Jangan melakukan hubungan seks diluar nikah,\" pesannya. Anggaran Minim Sementara itu, untuk mengatasi kondisi ini, Sri mengajak kepada semua elemen masyarakat ikut berperan. Baik dari keluarga ODHA, lingkungan sekitar, dan pemerintah. Dalam hal penanganan para penderita HIV/AIDS, Sri menyampaikan pemerintah menganggarkan Rp250 juta untuk tahun 2016 nanti. Jumlah yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya yakni Rp400 juta. “Sebetulnya perlu biaya yang gak sedikit untuk penanganan kondisi ini. Salah satunya penanganan pasien di lab swasta dan masih banyak lagi,\" tuturnya. Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Cirebon. Anggaran pencegahan dan penanganan sangat terbatas. “Kami (Dinkes, red) hanya mendapatkan anggaran Rp70 juta. Yang banyak itu di Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) sekitar Rp300 juta. itu pun anggarannya berasal dari belanja hibah,\" tutur Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit pada Dinkes Kabupaten Cirebon Engku Nursyamsu MSi. Sementara itu anggaran untuk penanganan penyakit mematikan ini di Kabupaten Indramayu justru masih minim. Bahkan dalam APBD 2016 mengalami penurunan. Penganggaran melalui Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML) pada tahun 2015 sebesar Rp380 juta, sementara dalam APBD 2016 hanya Rp220 jutaan, terdiri dari lima program pengendalian penyakit di dalamnya. Sementara di Kabupaten Kuningan, untuk alokasi dana selama ini dari pemerintah pada tahun 2014 sebesar Rp41 juta, dan tahun 2015 Rp75 juta. Dana tersebut selama digunakan untuk membantu penderita HIV/AIDS. Selain itu juga ada pihak KPA dan LSM yang membantu pemerintah dalam menangani HIV dan AIDS. “HIV/AIDS belum bisa disembukan. Selama ini penderita harus meminum obat seumur hidup agar virus yang menyerang kekebalan tubuh tidak semakin berkembang. Ketika obat itu tidak diminum, maka kecil kemungkinan mereka hidup,” tandas Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Disdik Kabupaten Kuningan, Dedik Purnaman. (mik/via/oet/mus)

Tags :
Kategori :

Terkait