Heboh Majelis Renel Mareta, Rabu Gelar Pertemuan dengan MUI
CIREBON- Sejumlah orang tua yang anaknya pernah mengikuti pengajian Majelis Renel Mareta (RM) tidak bisa menyembunyikan kegelisahaannya. Walaupun majelis tersebut telah dihentikan dan dibubarkan, namun para orang tua tetap merasa resah karena masih melihat gelagat tidak beres dari anak-anak mereka yang pernah ikut majelis tersebut.
Salah satu yang masih dirasakan menganggu adalah anak-anak tersebut rata-rata selalu membantah jika dinasehati oleh orang tua. Pihak keluarga pun curiga bahwa anak-anak mereka masih terhubung dengan Renel, baik itu melalui telepon atau bertemu dengan sembunyi-sembunyi.
Nah, kemarin (27/12), sejumlah orang tua yang anaknya ikut dalam majelis Renel Mareta mengadakan pertemuan dengan sejumlah aktivis ormas Almanar di salah satu ruangan di Masjid At Taqwa Kota Cirebon. Di tempat ini, para orang tua dan aktivis menyusun agenda untuk mendatangi MUI Kabupaten Cirebon pada Rabu mendatang (30/12).
Pantauan Radar, pertemuan kemarin diikuti sejumlah orang tua siswi yang anaknya bergabung di majelis Renel Mareta. Salah satu “korban” berinisial NA, merupakan siswi SMAN 2 Kota Cirebon. Ayah NA yang meminta namanya tak dikorankan mengatakan bahwa perilaku anaknya berubah drastis setelah menjadi jamaah di majelis bentukan Renel Mareta.
Menurutnya, perubahan yang paling terasa adalah anak perempuannya itu berani melawan orang tua. Ketika diberikan pemahaman, sang anak selalu membantah. “Saya juga heran, anak saya diberi pembelajaran apa? Setiap diomongin, ngebantah terus, seperti melawan. Saya juga tidak ngerti. Rupanya kata ustadnya jika sudah melawan orang tua berarti pemahaman agamanya sudah dalam,” ujarnya.
NA sendiri akhirnya dilarang orang tuanya untuk mengikuti kegiatan majelis tersebut setelah ada profil picture BlackBerry Messenger (BBM) NA yang sedang naik kuda bersama seorang pria yang belakangan diketahui adalah Renel Mareta.
“Saya marah. Saat itu saya langsung larang anak saya (NA, red) untuk ikut majels itu. Apapun alasannya, tidak pantas seorang ustad seperti itu (naik kuda bareng santriwati, red). Saya akhirnya diam-diam mengawasi anak saya dan sampai berhasil mendapatkan bukti 12 rekaman yang dua di antaranya sudah saya serahkan ke MUI,” beber sang orang tua.
Orang tua lainnya dari siswa AR mengatakan bahwa anaknya pernah meminta uang sebesar Rp10 juta untuk modal usaha bersama Renel. Karena tidak jelas usaha dan pembagian profitnya, ia pun urung menuruti permintaan sang anak.
“Jadi di majelis itu tidak hanya diberi materi untuk masalah agama, tapi juga masalah lain. Seperti anak-anak didoktrin untuk tidak usah sekolah, lebih baik buka usaha. Sekolah tinggi-tinggi bukan jaminan untuk sukses,” tuturnya.
Sebenarnya sedari awal para orang tua sudah tidak setuju. Karena majelis tersebut begitu menyita waktu. Anak-anak sampai pulang malam hari, bahkan ada yang sampai dini hari. Dari situ konsentrasi anak-anak jadi tidak fokus belajar. Puncaknya adalah ketika pihak sekolah menunjukan SMS dan salinan percakapan sejumlah siswa dengan Renel yang berbau cabul dan vulgar.
Sebelumnya, Wakil Kepala SMAN 2 Kota Cirebon Bidang Humas Mumun Maemunah membenarkan bahwa ada siswa SMAN 2 yang diduga terlibat majelis taklim Renel Mareta. \"Katanya sih iya, tapi yang ikut pengajian bukan hanya dari SMAN 2 aja,\" ujarnya kepada Radar, Sabtu (26/12).
Terkait jumlah siswa yang terlibat pada pengajian tersebut, Mumun tak bisa memastikan. Ia hanya menerima laporan dari beberapa orang saja.
\"Persisnya kurang tahu ,karena pengajian dilaksanakan bukan jam sekolah dan tempatnya bukan di SMAN 2. Kita tidak punya data yang tepat. Kalau yang lapor ke SMAN 2 hanya beberapa orang saja,\" tuturnya.
Kegiatan Renel Mareta sendiri memang sudah dilaporkan ke banyak pihak, antara lain Aliansi Masyarakat Amar Makruf Nahi Munkar (Almanar), MUI Kabupaten Cirebon, dan kepolisian. \"Dari SMS itu kami menilai sudah ada penodaan agama. Karena dia mengaku ustad seharusnya mengajari Islam, ini malah mengajarkan masalah porno dan seks,\" ungkap Koordinator Almanar Cirebon, Andi Mulya.
Menurut Andi, awal mula dirinya kedatangan orang tua korban, karena mereka meminta bantuan untuk mengawal, membantu, menyikapi dan menelusuri ajaran dari Renel Mareta yang dianggap sudah menyimpang. Laporan itu diterima sejak satu bulan yang lalu.
Rata-rata orang tua korban mengeluhkan anaknya yang biasa rajin sekolah berubah menjadi malas. Mereka juga harus pulang malam karena mengikuti majelis. \"Perilakunya banyak yang berubah, tadinya baik cium tangan ke orang tua, menjadi melawan ke orang tua,\" ucap Andi. (dri)