LIVERPOOL - Semifinal Piala Liga leg kedua, Liverpool akan menghadapi Stoke City di Anfiled dinihari nanti. Partai ini bisa disebut hanya sebagai partai penahbisan saja.
Kemenangan 1-0 The Reds - julukan Liverpool pada leg pertama di Britania Stadium, Stoke-on-Trent bukan merupakan faktor utama, selisih satu bola sangat riskan, karena bukan tidak mungkin The Potters - julukan Stoke City, dapat membalikkan keadaan. Julukan Juergen Klop sebagai penakluk semifinal yang menjadi taruhannya.
Statistik mencatat, Klopp tidak pernah sekali pun gagal melangkah ke final begitu sudah mampu membawa klubnya ke semifinal. Itu dicatatkannya selama menjadi der trainer di Borussia Dortmund sejak 2008 hingga musim lalu.
Empat semifinal, empat kali juga berlaga di partai puncak. Tiga final di antaranya dalam ajang DFB Pokal. Sedangkan satu final lainnya adalah di ajang Liga Champions musim 2012-2013. Nah, semifinal nanti akan menjadi semifinal kelima dalam karir Klopp.
Bisakah Klopp melanjutkan tuah semifinalnya sekaligus final pertama dalam musim pertamanya bersama Liverpool? ’’Inilah sepak bola. Tidak ada yang boleh membuang setiap peluang untuk menang. Dan untuk besok (hari ini, Red), hanya satu hal dipikiran kami, menuju final,’’ ujar Klopp, seperti dikutip dari Mirror.
Begitu ingin sempurnanya Klopp merengkuh satu tempat di final ini, dia mengisi line up-nya dengan pemain-pemain regular di Premier League. Tidak seperti ketika turun di Piala FA yang hanya menurunkan pemain-pemain mudanya.
Dengan formasi 4-3-3 andalannya, hanya satu posisi yang membuat Klopp masih harus memikirkan banyak pertimbangan. Antara memainkan lagi Christian Benteke, atau kembali mengaplikasikan strategi false nine-nya dengan memainkan Roberto Firmino di posisi sembilan.
Ada kemungkinan Firmino diistirahatkan untuk pertandingan kali ini. ’’Dengan siapapun kami bermain, kami harus bertarung demi setiap bola, demi setiap jengkalnya. Ini memang hal biasa, tapi di tim kami butuh solusi untuk ini,’’ tuturnya.
Belajar dari pengalaman leg pertama, Liverpool bermain lebih banyak membuang peluang. Dari 12 shots-nya, sembilan di antaranya menjauh dari gawang Jack Butland. Artinya, hanya 25 persen saja efektifitas serangan Lucas Leiva dkk.
Dalam analisisnya, Stoke termasuk klub dengan karakter permainan menyerang. Keunggulan mereka juga ada dari sisi ketahanan fisiknya. Itu ditunjukkan dengan sulitnya klub-klub besar mengalahkan Ryan Shawcross dkk musim ini.
Terlepas dari kekalahan atas Leicester City 0-3 akhir pekan kemarin (23/1), Chelsea, Manchester City dan Manchester United dibuat kesulitan untuk meredam serangannya. ’’Dan saya rasa mereka tidak akan banyak berubah seperti leg pertama,’’ klaimnya.
Bukan Stoke yang patut diwaspadai. Tapi kelemahan Liverpool yang harus jadi fokus Klopp. Berkaca dari kemenangan sulit 5-4 di kandang Norwich City, buruknya antisipasi bek-bek Liverpool dengan bola-bola set pieces semakin terlihat.
Empat gol dari empat skenario set pieces merupakan yang terbanyak dialami Liverpool musim ini. Apalagi, ada kemungkinan dua bek tengah yang dimainkan Klopp kali ini tidak jauh berbeda dengan laga di Aviva Stadium kemarin.
Mamadou Sakho dan Kolo Toure menjadi sentral pertahanan Anfield Gang. Meski begitu, Klopp tidak panik. Baginya, bukan salah formasi yang membuat kesalahan itu terus berulang. Bukan juga dengan kualitas pemain belakangnya.
’’Biasanya, kami masih bagus untuk mengantisipasi bola pertama dari set pieces. Namun yang jadi masalahnya, bola kedua atau ketiga setelahnya kami masih kesulitan. Belum terlambat untuk memperbaikinya, tetapi kami terus belajar,’’ ungkap Klopp.
Itulah mengapa sesi latihan kemarin WIB (25/1) di Melwood lebih banyak difokuskan ke antisipasi bola-bola set pieces. ’’Tenang saja, kami akan mengatasinya, dan semuanya akan jadi 100 persen. Mental dan fisik kami sudah kami siapkan untuk laga Selasa nanti,’’ sebut Leiva, dalam situs resmi klub.
Di sisi kanan, Liverpool sepertinya akan mengistirahatkan Nathaniel Clyne. Jika memainkan Jon Flanagan, maka ini akan jadi celah bagi Stoke. Whoscored menyebut, kekuatan serangan Stoke ada di sisi kiri di mana ada Marko Arnautovic di situ.
Bukan hanya Arnautovic. Di belakangnya juga ada Eric Pieters. Dua pemain ini dikenal sebagai raja crossing di Stoke. Rasio crossing per game kedua pemain ini di Premier League bisa mencapai 0,5 kali per game dan 0,4 kali per game. Tertinggi di Stoke setelah Xherdan Shaqiri dengan 1,4 kali per game.
Bedanya, Arnautovic punya kelebihan sebagai top assists di Stoke dengan empat assists-nya di Premier League. Bola dari mantan penggawa Inter Milan itu yang harus diselesaikan Bojan Krkic untuk menyamakan kedudukan atau bahkan membalikkan keadaan.
Target dua bola akan mengembalikan klub ke histori tahun 1972 silam ketika mereka bisa menyentuh final Piala Liga untuk kali terakhir. ’’Dalam beberapa momen, kami bisa memukul balik lawan dengan kuatnya. So, itu yang saya inginkan terjadi di Anfield,’’ harapnya. (ren)