KUNINGAN - Pengamat Penerbangan Arista Atmadjati memaparkan, pesatnya perkembangan industri maskapai penerbangan saat ini tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang handal di bidangnya. Tercatat, kebutuhan tenaga mekanik pesawat terbang Indonesia hingga tahun 2017 mendatang mencapai 7.500 orang. Sedangkan ketersediaan para lulusan sekolah penerbangan di Indonesia hanya separuhnya saja sehingga sangat disayangkan jika kekosongan ini diisi oleh tenaga asing.
\"Kendalanya karena jumlah sekolah penerbangan di Indonesia saat ini hanya sedikit, yaitu 37 sekolah saja ditambah tenaga pengajarnya juga kurang. Indonesia masih membutuhkan ribuan mekanik pesawat terbang, sangat disayangkan peluang besar ini banyak diisi oleh tenaga asing,\" ujar Arista saat memberikan materi seminar pendidikan di SMK Penerbangan TM Paksi Mubarok Kuningan, Rabu (9/3).
Sebagai perhitungan kasar saja, lanjut Arista, sebuah pesawat komersil ukuran kecil biasanya membutuhkan sedikitnya 40 orang pekerja yang didominasi oleh tenaga mekanik. Sedangkan sebuah maskapai penerbangan, biasanya mempunyai puluhan hingga ratusan unit pesawat.
\"Maskapai Garuda Indonesia Airlines saja memiliki 200 unit pesawat. Belum lagi maskapai penerbangan lain yang jumlahnya semakin banyak, bisa dihitung berapa banyak kebutuhan mekaniknya,\" ucap Arista.
Dengan semakin berkembangnya industri penerbangan, praktis akan menambah pula jumlah unit pesawat sehingga kebutuhan akan tenaga mekaniknya pun akan lebih banyak pula. Kondisi krisis tenaga mekanik pesawat ini, kata dia, diprediksi akan berlangsung hingga tahun 2028 nanti.
Disebutkan Arista, saat ini Indonesia sudah memiliki 237 bandara yang tersebar merata di seluruh wilayah Nusantara. Ditambah yang kini sedang dibangun adalah Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka, yang katanya akan menjadi bandara termodern di Indonesia.
Arista mengapresiasi hadirnya SMK Penerbangan TM Paksi Mubarok sebagai pionir sekolah penerbangan di wilayah III Cirebon yang diharapkan dapat menangkap peluang tersebut. Apalagi dengan hadirnya jurusan Airframe dan Powerplant yang keberadaannya masih sangat langka dan sangat dibutuhkan perusahaan maskapai penerbangan.
Ketua Yayasan Cradenta Mubarok Nana Mulyana Latief yang menaungi sekolah penerbangan pertama di wilayah Ciayumajakuning tersebut mengungkapkan, SMK Penerbangan TM Paksi Mubarok saat ini baru memiliki dua angkatan dengan jumlah siswa setiap angkatannya dibatasi hanya 30 orang saja. Sekolah ini telah menjalin kerjasama dengan dua maskapai penerbangan internasional yaitu Garuda Indonesai Airlines dan Malaysia Airlines serta sebuah perusahaan manufaktur pesawat terbang.
\"Kami hanya menampung peserta didik sesuai dengan permintaan perusahaan maskapai penerbangan tersebut. Jadi dipastikan setiap lulusan SMK TM Paksi Mubarok ini akan langsung disalurkan penempatan kerjanya ke sana,\" ujar Nana diamini Kepala SMK Penerbangan TM Paksi Mubarok Muhammad Nursidik. (taufik)
2 Lampiran