KUNINGAN - Jajanan crepes, sepintas penganan ini terlihat seperti martabak yang dibuat tipis kemudian dilipat hingga membentuk segitiga kerucut dengan taburan cokelat dikombinasikan dengan berbagai rasa seperti keju, susu hingga durian. Rasanya yang manis dengan sensasi garing dan renyah saat dikunyah menjadikan jajanan ini tidak hanya disukai oleh anak-anak namun juga orang dewasa.
Salah satu penjual crepes di Kabupaten Kuningan adalah Eti yang setiap hari mangkal di depan Stadion Mashud Wisnusaputra. Eti mengaku setiap hari dagangannya tak pernah sepi pembeli, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa.
\"Terutama saat ramai seperti Minggu pagi, ada car free day. Lumayan hasilnya untuk tambah-tambah uang dapur,\" ujar Eti.
Ada banyak varian rasa crepes yang tersedia di gerobak kecil milik Eti seperti rasa coklat, keju, strowberi hingga durian. Harganya pun bervariasi sesuai kombinasi rasa mulai dari Rp4.000 untuk satu rasa, Rp5.000 untuk kombinasi dua rasa serta Rp6.000 untuk kombinasi tiga rasa.
Mengenai asal-usul makanan ringan ini, Eti mengaku tidak tahu banyak karena dia hanya menjajakan dagangan majikannya saja. Namun, konon katanya, makanan ini memang berasal dari benua eropa, tepatnya negara Perancis sehingga sebagian kalangan menyebut makanan ini dengan nama Martabak Perancis.
\"Adonannya, cara pembuatan dan aromanya pun hampir mirip dengan martabak. Hanya saja ini dibuat tipis dan garing,\" ucap Eti.
Namun Eti tak tahu persis apa saja bahan adonan crepes tersebut karena dia hanya menerima sudah jadi. Bahkan, pernah suatu hari crepes dagangan Eti kehabisan sehingga dia berinisiatif membuat sendiri adonan berdasarkan resep tukang martabak, namun hasilnya gagal total.
\"Crepes dengan adonan buatan saya terasa beda dan tidak renyah saat digigit. Sepertinya ada resep rahasia yang dipunyai majikan saya sehingga crepesnya menjadi renyah, garing dan enak,\" pungkas Eti. (taufik)