Kawasan Kuliner Malam BAT  (Bagian 2):  Tiap Hujan Bubar, Kena Imbas Geng Motor

Kamis 28-04-2016,17:58 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Melintasi kawasan BAT malam hari seperti layaknya berada di kota tua. Bangunan megah bergaya art de co ditambah dengan lampu jalanan serta deretan pedagang memberi kesan tersendiri. Sayangnya, pesona itu tak menarik pengunjung untuk meramaikan kawasan itu terutama di malam hari. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Lemahwungkuk BERBAGAI jajanan dan makanan khas Cirebon tersedia di \"Cirebon Culinary Night\" mulai sate kalong, mi kocok yang merupakan makanan khas, hingga menu kuliner lainnya seperti nasi bakar, nasi goreng dan jajanan ringan. Pengunjung bisa bebas memilih menu dan tempat makannya yang telah disediakan para pedagang, baik tempat makan yang memakai meja dan kursi hingga tempat lesehan yang tentu menu-menu yang tersedia dijual dengan harga murah meriah. Tapi, pemandangan seperti itu hanya terjadi di awal peresmian pusat jajanan malam di kawasan BAT. Selasa (26/4) malam pemandangannya tak lagi sama. Nyaris tak ada aktivitas di kawasan ini. Hanya ada satu food truck yang masih melayani pembeli. Ada beberapa anak muda juga sebagai petugas parkir di kawasan itu. \"Sorenya hujan, jadi gak pada jualan,\" ujar Dony (19), salah satu petugas parkir. Dony sempat bercerita bahwa kawasan BAT malam hari memang ramai pembeli. Terutama saat malam Minggu. Banyak warga yang menikmati kuliner atau sekadar nongkrong. Terlebih saat ada acara dari komunitas-komunitas. Kawasan yang dulunya sepi saat malam hari, jadi ramai dan hidup dengan aktivitas para pedagang dan muda-mudi. \"Pas awal-awal sih ramai tiap hari. Sekarang paling kalau hari libur atau malam Minggu aja, karena sudah jarang ada acara,\" ceritanya. Biasanya ia dibantu keempat temannya untuk menjaga kendaraan para pembeli. Bila ramai pengunjung, ia bisa mendapatkan uang Rp75 ribu dari hasil menjaga parkir. Kalau sepi, tak kurang dari Rp20 ribu ia dapatkan. \"Dulu sih sering ada acara, jadi rame. Sekarang denger-denger nggak boleh ada acara dulu karena khawatir rawan kejahatan, jadi ya sepi,\" katanya. Pemberhentian kegiatan yang mengundang keramain dilakukan kepolisian. Pasalnya, keramaian di kawasan BAT juga mengundang kerawanan. Beberapa kali terjadi keributan antargeng motor ataupun kawanan pemuda di kawasan itu. Salah seorang pedagang yang ditemui, Rifky (23) mengutarakan penyebab lain berhenti jualan di BAT. Pria asal Purwokerto itu setiap hari membantu rekannya berjualan di kawasan kuliner BAT. Sekarang pedangang kaki lima yang berada di depan Gedung BAT berjumlah sekitar lebih dari 30 pedagang. Para pedagang kaki lima di kawasan ini tidak sepenuhnya pindahan dari Jl Kartini dan Jl Siliwangi. Justru, banyak pedagang dari kawasan lain seperti Cangkol hingga Drajat. \"Dulu memang ada yang dari pindahan Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi. Tapi kayaknya sekarang udah jarang, malah yang dari mana-mana kesini,\" ungkapnya. Kawasan BAT biasanya ramai pada saat hari libur. Sayangnya, karena tidak disediakan tenda, bila hujan biasanya akan bubar dengan sendirinya. \"Masih ramai kalau Sabtu dan Minggu. Karena di sini lumayan banyak yang nongkrong anak mudanya, pada foto-foto, kalau lapar tinggal makan,\" tuturnya. Bila ramai pengunjung, semalam Rifky bisa mendapatkan untung hingga Rp300 ribu. Namun sebaliknya, saat sepi pembeli hanya mendapat untung Rp50 ribu. Bahkan tak dapat untung pun pernah. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait