Penyaluran Kredit UMKM di Ciayumajakuning Tembus Rp10 Triliun  

Kamis 28-04-2016,18:09 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Untuk kesekian kalinya, KPw Bank Indonesia (BI) Cirebon menggelar Obrolan Santai. Kali ini, BI mengajak Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), Lembaga Keuangan Bank (LKB) dan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) dalam obrolan santai bertajuk “Upaya Mendorong Pembiayaan Bagi Pengusaha Muda Sewilayah Ciayumajakuning. Kepala KPw BI Cirebon M Abdul Mjaid Ikram mengatakan, kegiatan ini merupakan upaya BI untuk menjembatani para pengusaha mendapatkan akses perbankan. Sebab tak dipungkiri, permodalan melalui bank bisa mengembangkan usaha, khususnya pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Ciayumajakuning. Apalagi, sampai saat ini masih ada salah paham antara pengusaha dan perbankan mengenai pengajuan pinjaman. “Kalau soal ini wajar saja, karena informasi bagaimana penyaluran kredit dan usaha yang boleh dibiayai perbankan belum menyeluruh. Untuk itu, kami sharing lewat kegiatan ini,” katanya kepada Radar usai acara, kemarin. Majid memaparkan, hingga triwulan II (Maret 2016) penyaluran kredit UMKM di wilayah Ciayumajakuning sudah mencapai 40 persen. Jika dalam rupiah, total penyaluran kredit dari bank konvensional dan syariah sebanyak Rp28 triliun. Kredit di sektor UMKM mencapai Rp10 triliun dengan detail mikro sebesar Rp4 triliun, kecil Rp3 triliun dan kredit usaha menengah sebesar Rp3 miliar. Kota Cirebon masih menjadi jumlah penyaluran kredit terbesar dibanding wilayah lainnya yaitu Rp18 triliun. “Untuk UMKM Rp10 triliun sudah besar, tinggal bagaimana penyalurannya agar dapat diserap dan dirasakan para pelakunya secara tepat,” paparnya. Sementara itu, Bendahara Umum Hipmi Kabupaten Cirebon, Editya Nurdiyana mengaku masih kurang puas dengan keterbukaan akses perbankan bagi UMKM. Terutama soal suku bunga yang masih tergolong tinggi dibandingkan negara lain seperti Perancis dan Singapura. Baginya, para pengusaha hanya membutuhkan kemudahan akses perbankan, suku bunga dan pajak. “Di Perancis 1 persen, Singapura 3 persen. Di Indonesia sudah turun tapi masih 9 persen,” ujarnya. Di luar itu, Editya mengaku perkembangan dunia UMKM sudah semakin positif, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, meski minat di kalangan anak muda masih kurang. Di Indonesia UMKM baru 1,9 persen dari total penduduk, padahal akan lebih baik jika bisa di atas 2 persen. (tta)  

Tags :
Kategori :

Terkait