Perlu Wadah untuk Jaga Kerukunan Umat Beragama

Sabtu 30-04-2016,12:03 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Puluhan peserta mengikuti kegiatan Workshop Riset Aksi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama, Rabu-Jumat (27-29/4). Kegiatan yang digelar Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI bekerjasama dengan Fahmina Institute Cirebon. \"Tujuannya kita ingin peserta workshop ini menjadi kader kerukunan umat beragama di masyarakat. Sehingga bisa meredam adanya konflik. Kerukunan umat beragama ini harus dipelihara dengan membentuk suatu wadah,\" ucap Ketua Pelaksana, Ahsanul Kholikin MA kepada Radar, Jumat (29/4). Workshop sendiri berawal dari wadah kerukunan beragama yang sudah terbentuk di daerah, yang diberi nama sesuai kearifan lokal masing-masing. Seperti kerukunan beragama kayuh baimbai Banjarmasin. Dari sana, kata dia, pihaknya memfasilitasi untuk merangsang wadah itu melalui program workshop yang sudah berjalan. Menurut Ahsan, adanya wadah ini, selain menghidupkan kearifan lokal karena terlibat tokoh agama, pemerintah dan masyarakat. Wadah kerukunan umat beragama ini juga membantu mencegah dini terjadi konflik. \"Sehingga ketika ada gejala konflik semua unsur bisa bersinergi,\" sebutnya. Dari sana kemudian juga timbul gagasan untuk membuat modul. Salah satu tujuannya untuk membantu dan menyebarkan workshop atau pelatihan kepada kader kerukunan di masa yang akan datang. \"Makanya, kita ingin peserta ini berusia 20-30 tahun. Karena mereka nanti akan menjadi kader untuk mengembangkan modul ini di masyarakat, dan juga mendorong terbentuknya wadah kerukunan umat beragama di masyarakat,\" paparnya. Kegiatan workshop sendiri sudah berlangsung setiap tahun. Pada tahun 2015 pihaknya sudah menggelar workshop di dua tempat yakni di Tangerang dan Bogor. Sementara tahun 2016, pihaknya menggelar workshop di Jogja, Cirebon, dan Bali. \"Daerah yang kita sasar bukan hanya daerah rawan konflik, tapi juga yang berpotensi. Seperti Jogja misalnya, yang masih kondusif, tapi tidak menutup kemungkinan potensi konflik itu terjadi,\" jelasnya. Jumlah peserta workshop di Cirebon sendiri, kata dia, mencapai 40 orang. Kegiatan ini juga melibatkan enam orang narasumber. \"Peserta dari berbagai macam suku, agama dan latar belakang. Ada yang dari pesantren, kampus, ormas islam, bahkan ada dari Ahmadiyah di wilayah III Cirebon,\" tuntasnya. (jml)    

Tags :
Kategori :

Terkait