ASTANAJAPURA - Saat ini, jaringan teroris sedang mengincar kalangan anak muda sebagai salah satu target rekrutmennya. Apalagi, anak muda yang risau akan jati dirinya dan mereka yang tengah mengalami permasalahan keluarga. Dua tipe ini sangat mudah dirasuki para teroris untuk direkrut menjadi kadernya. “Saya bisa merekrut anak muda yang galau dalam waktu tiga hari. Biasanya, mereka itu yang baru lulus sekolah dan belum mendapatkan pekerjaan,” ujar mantan komandan Akademi Militer Mujahidin Afganistan, Abdurahman Ayub, saat menjadi pembicara dalam Dialog Pencegahan Paham Radikal Teroris dan ISIS yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Pondok Buntet Pesantren, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, beberapa hari yang lalu. Kemudian, untuk tipe anak muda yang tengah mempunyai persoalan di keluarganya, dia hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk merekrutnya. Sehingga, pemuda tipe ini sasaran empuk para teroris. “Ini mudah sekali, karena mereka tengah membutuhkan sandaran. Para teroris ini sangat cerdik membujuknya,” imbuhnya. Oleh sebab itu, pria yang pernah menjadi seorang teroris ini meminta kepada masyarakat dan sanak familinya untuk tidak bergabung pada jamaah yang memberikan program kajian dan dakwah agama yang mudah sekali mengkafirkan orang. Apalagi, kegiatan yang dilakukannya sangat eksklusif. “Jangan salah pilih guru agama, perhatikan perkembangan anak-anak anda,” imbaunya. Sementara, berdasarkan data dari BNPT, rekrutmen organisasi teroris kepada kader-kader barunya dengan menggunakan media sosial. Bahkan, banyak pemuda asal Indonesia yang direkrut dan bergabung dengan sejumlah organisasi teroris. “Saat ini ada sekitar 500 warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Suriah,” kata Deputi I BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir. Demam media sosial dan internet di kalangan anak muda, menjadi celah bagi organisasi teroris seperti ISIS untuk merekrut mereka. Dengan menggunakan media sosial dan internet, ISIS dengan mudahnya mempropaganda anak-anak muda yang tengah haus akan banyak informasi, apalagi informasi yang berbau agama. “Ini patut kita waspadai,” ucapnya. Terpisah, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon, KH Adib Rofiuddin Izza menegaskan, sejatinya para pelaku teroris tidak mengerti tentang ajaran Islam secara kaffah (menyeluruh). Bahkan, dalam menerjemahkan Alquran dan Hadits hanya sepenggal-sepenggal. Alhasil, dalam mengejewantahkan perintah jihad berujung pada radilakisme. “Jihad yang sebenarnya adalah jihad dalam memerangi hawa nafsu. Makanya, kami di Buntet Pesantren selalu menanamkan jihad dalam rangka menciptakan kedamaian, bukan permusuhan,” tegasnya. (jun)
Anak Muda Galau Mudah Direkrut Jadi Teroris
Sabtu 07-05-2016,10:34 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :