Mayoritas Warga Abstain

Senin 11-06-2012,02:52 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Buta Kandidat, Anggap Pemilukada Tak Punya Pengaruh Apa-apa CIREBON - Mayoritas masyarakat RW 07 Sumurwuni, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, lebih memilih tidak memberikan suaranya dalam gelaran Pemilu Awal, Sabtu (9/6). Selain alasan tidak mengenal para kandidat, mereka juga terlihat apatis, karena setiap pergantian kepala daerah, tidak berarti apa-apa bagi kehidupan warga setempat. Kondisi itulah yang membuat persentase tidak sah dalam gelaran Pemilu Awal minggu ini, menduduki peringkat pertama di kedua kategori. Yaitu 28,33 persen untuk kategori popularitas dan 46,67 persen di kategori elektabilitas. Sementara itu, untuk figur yang paling dikenal dan dipilih, adalah Priatmo Adji dengan perolehan 26,67 persen di kategori popularitas dan 28,89 untuk elektabilitas. Kemudian disusul Ano Sutrisno dengan perolehan 16,67 persen untuk popularitas dan 11,11 persen untuk elektabilitas (selengkapnya lihat grafis). Pengamat politik, Drs Muhammad Taufik Hidayat MSi menilai, sikap apatis yang ditunjukkan masyarakat di daerah selatan Kota Cirebon seperti RW 07 Sumurwuni, wajar adanya. Mereka cenderung abstain karena perhatian pemerintah kurang. “Saya rasa pemerintah kurang perhatian ke sana. Maka dari itu, wajar bila masyarakat apatis dalam gelaran pemilu, karena tidak ada feedback dari pemerintah,” ujarnya. Ditanya apakah faktor pendidikan mempengaruhi, Taufik juga membenarkan hal itu. Hanya saja, dia melihat sikap apatis yang ditunjukkan masyarakat di daerah Sumurwuni, lebih cenderung karena tidak adanya pembangunan yang diberikan oleh pemerintah. “Kalau pendidikan di sana kurang, memang iya. Tapi saya rasa faktor yang lebih mendorong karena minimnya pembangunan di arah sana,” tuturnya. Maka dari itu, bila sikap apatis masyarakat daerah selatan ingin diubah, haruslah diimbangi dengan pembangunan dari pemerintah. Baik itu pembangunan secara fisik ataupun pembangunan secara intelektual. “Pembangunan di sana kurang, pendidikan politik masyarakat juga bisa dibilang cenderung sangat minim. Dan ini merupakan PR pemerintah Kota Cireon,” tukasnya. Salah satu warga bernama Anah mengaku memilih untuk abstain karena tidak ada figur politik yang dikenal. “Nggak tau, nggak ada yang dikenal soalnya belum ada yang ke sini,” ujarnya. Warga lainnya, Muhtar mengaku mengetahui banyak calon yang ada di kertas suara yang disediakan. Hanya saja, dia melihat siapapun wali kotanya, tidak ada pembangunan di daerahnya. “Mau wali kotanya siapa saja, ya begini-begini saja. Nggak ada pembangunan di sini,” ujarnya lagi. Dia mendambakan, sosok wali kota yang memang peduli pada pembangunan daerah selatan. Karena, selama ini, Muhtar merasa tidak ada perubahan di daerahnya. “Pembangunan tidak sampai sini. Warga di sini sih ada pemilu atau tidak ada pemilu, juga tidak ada pengaruhnya,” tukas dia. Bahkan, saat tim Pemilu Awal berkeliling ke beberapa rumah, ada salah satu warga yang tidak mengetahui wali kota Cirebon yang saat ini sedang memimpin. Bukan hanya itu, tidak warga yang tidak tahu nama Presiden RI. “Wah, saya nggak tau mba. Nggak pernah merhatiin hal itu,” ujar salah satu warga saat ditanya tim Pemilu Awal terkait wali kota Cirebon saat ini. Masyarakat lainnya, Robiah secara terang-terangan mengatakan tidak tahu akan memilih siapa. Bahkan, dari beberapa nama bakal calon yang tercantum pada kertas suara Pemilu Awal, tak ada yang dikenalinya. “Nggak ada yang kenal, Mba. Bingung kalau ditanya juga. Apalagi disuruh milih,” akunya. Hal senada, disampaikan Uum. Wanita yang ditemui Radar tengah mengasuh buah hatinya ini memilih bungkam. Lantaran tidak berminat untuk memilih calon wali kota. “Tahu gambarnya aja, tapi nggak kenal. Nggak ada yang tahu. Kalau tahu juga sama saja, di sini nggak ada perkembangan apa-apa,” bebernya. (kmg/nda)

Tags :
Kategori :

Terkait