KEJAKSAN – Hilangnya bazar Ramadan di Alun-alun Kejaksan mengundang pertanyaan banyak pihak. Ada yang mendukung upaya pemerintah kota menertibkan Alun-alun Kejaksan, ada juga yang menginginkan alun-alun dijadikan public space. “Ini kok bisa tutup, kenapa ya? tanya Nouna Devi, dalam sebuah forum perbincangan di media sosial. Pertanyaan serupa juga diungkapkan pengguna lainnya. “Jajanan bulan Ramadan jadi nggak ada deh,” kata Taufik Maulanasyah menimpali. Melihat banyak masyarakat kehilangan salah satu ikon Ramadan, Anggota Komisi B DPRD, H Budi Gunawan mengusulkan agar bazar Ramadan dikelola serius. Bahkan, kalau perlu tempatnya menggunakan Jl Siliwangi, seperti acara-acara pameran yang biasa dilaksanakan. “Kalau nggak cukup, bisa di parkiran Griya Sawala atau depan Balaikota. Pedagang bazar Ramadan itu kan cuma jualan bada ashar sampai sebelum maghrib,” ujar Budi, kepada Radar, Jumat (10/6). Keberadaan bazar Ramadan di Jl Siliwangi, kata BG, tidak akan mengganggu kegiatan kerja dewan atau pemkot. Kegiatannya bisa meniru car free day, tetapi dilaksanakan sore sampai setelah maghrib. Dengan cara ini, akan ada destinasi baru di tengah kota meski durasinya singkat. “Tapi hanya kuliner ya dan untuk ngabuburit selama bulan puasa. Di beberapa daerah ada yang digunakan seperti itu, di kita kenapa tidak bisa?” tuturnya. Mengenai penempatan PKL halaman parkir Gedung Pusdiklatrpi, BG menilai lokasinya kurang strategis untuk berjualan. Hal ini dibuktikan dengan keengganan PKL untuk pindah ke lokasi yang disiapkan. Karena sifatnya hanya sementara, BG mengusulkan pemerintah berani bertindak dengan membuka bazar Ramadan di Jl Siliwangi. Politisi PKPI ini khawatir, penempatan pedagang di halaman parkir Gedung Pusdiklatpri tergesa-gesa, bukan didasari analisa dan kajian yang mendalam. Nanti PKL justru merugi, karena tidak ada konsumen. “Kalau PKL sampe rugi, itu salah yang kasih tempat,” selorohnya. (abd)
Dewan Usul Bazar Ramadan di Depan Balaikota, Bagaimana?
Sabtu 11-06-2016,12:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :