Menguji Pertahanan Italia

Jumat 01-07-2016,02:34 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

DUUHH... Benar-benar Aduuu... Euro 2016 benar-benar tidak menarik. Seperti yang diprediksi para pengamat sepak bola dunia. Ini kenyataan. Hal itu benar, bukan isapan jempol. Jawara dunia 2014, Jerman, berhadapan dengan raksasa Italia, sang juara dunia 2006 di babak 8 besar Euro 2016. Laga itu adalah layak menjadi pertandingan terakhir trofi Henri Delaunay tahun ini, sejatinya begitu. Tapi, itu terjadi di babak perempat final. Stop dulu bicara dua tim itu. Geram rasanya ketika Spanyol dikalahkan Kroasia di babak penyisihan Grup D (2-1) pada 22 Juni lalu. Kenapa sih Spanyol harus kalah oleh Kroasia? Ada apa dengan Spanyol? Nggak nendang mainnya kala itu. Dapat penalti malah disia-siakan Sergio Ramos. Kalah lah Spanyol di laga terakhir penyisihan Grup D itu. Padahal, 24 jam sebelum laga, Italia sudah bersiap melawan runner-up Grup D. Ya, Gli Azzurri –julukan Italia- sudah mengunci juara Grup E. Ketemu lah Spanyol versus Italia di 16 besar. Ini juga jadi catatan Michael Platini, sang presiden yang mengubah format Euro 2016 menjadi 24 tim, dari yang sebelumnya 16 tim. Bahwa, mengubah format tidak menjamin pertandingan menarik. Tapi memang, bagi orang awam, sepak bola adalah hiburan. Beda dengan ulasan para analis, yang mencibir bahwa ini kesalahan format demi meraup banyak salary. Spanyol jadi “korban” gagal hat-trick beruntun jadi juara Euro. Italia memangkas Spanyol 2-0 di Stade de Franc Saint Denis (27/6). Italia bakal ketemu Jerman 3 Juli nanti. Negeri Hitler itu sebelumnya menghempaskan Slovakia di 16 besar 3-0. Kalau dari kekuatan tim, Jerman lebih lengkap. Der Panzer –julukan Jerman- punya Manuel Neur. Kiper Bayern Muenchen itu gawangnya masih “perawan” dari empat laga. Wow, rekor yang bagus bagi nominator Ballon d’Or 2014 tersebut. Sementara Italia kebobolan dua gol sepanjang Euro 2016. Jangan lupakan juga sang pelatih, si jenius Antonio Conte. Pelatih brutal tapi penuh taktik. Banyak yang bilang Conte itu licik. Filisofi “yang penting menang” yang diusung Conte benar-benar menjadikan Italia tim superior. Italia konsisten dalam menyerang ke bertahan. Umpan pendeknya juga lebih akurat dalam dua laga terakhir. Trio palang pintu Italia berpotensi menjadi baja bagi Thomas Mueller dkk untuk menjebol gawang Gianluigi Buffon. Mereka adalah Leonardo Bonucci, Andrea Barzagli, dan Giorgio Chiellini. Ketiganya jarang sekali membiarkan lawan nyaman di kotak penalti. Namun Jerman punya talenta berbeda, yang seketika bisa meledak. Mario Gomez yang tadinya “pendiam”, kini sudah membuktikan diri bagi Jerman. Ketika para striker utama Jerman gagal mencetak gol, Gomez lah yang melakukannya sebagai tukang gedor. Ngeri-ngeri sedap kalau kita sama-sama saksikan Thomas Mueller-Mario Goetze-Julian Draxler mengacak-acak pertahanan Italia yang super ketat. Ketiganya akan menguji konsistensi bertahan Italia. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait