Lonjakan Volume Sampah Tidak Terbendung

Sabtu 09-07-2016,14:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

HARJAMUKTI – Sampah saat malam Idul Fitri menjadi yang terpadat selama rangkaian lebaran. Untuk pengangkutan sampah selama momen lebaran, Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) harus menambah 100-120 ritasi pengangkutan sampah ke tempat pengbuangan akhir (TPA) Kopi Luhur. “Sampah dari pasar tradisional menjadi penyumbang terbesar. Tapi dari malam lebaran dan hari H lebaran juga banyak sampah,” ujar Kepala UPTD TPA Kopiluhur, Otang Sumantri ST, kepada Radar. Otang mengatakan, kenaikan volume sampah sudah diprediksi sebelumnya. Hal ini menjadi rutinitas setiap tahun saat menjelang dan sesudah Idul Fitri. Kenaikan sampah mencapai puncaknya pada malam Idul Fitri. Jumlahnya mencapai 800 meter kubik dibandingkan hari biasa yang hanya 650 meter kubik. Meskipun mengalami kenaikan, sampah malam Idul Fitri masih kalah banyak dibandingkan malam tahun baru yang bisa mencapai 900 meter kubik. Bahkan lebih dari itu. Penyumbang sampah saat malam Idul Fitri paling banyak dari pasar tradisional. Karena sudah diprediksi sebelumnya, DKP menambah jumlah ritasi. Terutama untuk dump truck dan mobil kecil pikap. “Kenaikan ini menambah beban BBM,” tuturnya. Beruntung, anggaran untuk penambahan ritasi sudah dialokasikan dari APBD. Karena itu, Otang merasa tidak ada kendala berarti. Kendati demikian, masalah justru ada pada daya tampung TPA Kopiluhur. Volume sampah yang terus bertambah, nyaris tak tertampung. Oleh sebab itu, Otang berharap masyarakat mulai melakukan langah pengelolaan sampah rumah tangga. “Harusnya masalah sampah itu selesai di tingkatan rumah. Jadi yang terbuang ke TPA itu hanya sisanya saja,” imbaunya. Di tempat terpisah, Kepala Bidang Kebersihan DKP Kota Cirebon Drs Jajang Yaya Suganda mengatakan, jumlah TPS di seluruh Kota Cirebon ada 29 titik. Pertumbuhan sampah di Kota Cirebon sangat padat. Meskipun jumlah penduduk resmi hanya sekitar 300 ribu jiwa, namun, pada pagi hingga sore hari mencapai 1,5 juta orang. Pada sisi lain, mereka beraktivitas dan membuang sampah di Kota Cirebon. Sehingga, penumpukan terus terjadi. Sementara, TPA Kopiluhur semakin berat menahan serbuan sampah. Karena itu, perlu langkah inovatif dan kesadaran bersama. Membangun itu, lanjut Jajang, DKP menerapkan pola berbeda dengan pandangan masyarakat. Bila warga berharap di setiap RW ada TPS. Jajang justru tidak sependapat. “Kalau bisa, tidak ada penambahan TPS lagi. Itu tantangan bersama. Meskipun jumlah penduduk meningkat, sampah harus berkurang,” paparnya.  (ysf)  

Tags :
Kategori :

Terkait