Tanpa Pohon Tua, Pemudik asal Cilimus Nyasar

Minggu 10-07-2016,18:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN – Cerita menarik terungkap dalam suasana Lebaran kemarin. Seorang perantau asal Desa/Kecamatan Cilimus, Anto (30) mendadak nyasar ketika pulang kampung. Ini karena pohon karet yang biasanya jadi patokan, kini sudah ditebang. Anto yang kala itu menumpangi bus kebingungan ketika hendak memberikan kode berhenti pada sopir. Saat melintasi alun-alun ia merasa bukan di Cilimus. Namun setelah beberapa ratus meter terlewati, Anto baru sadar dirinya sudah sampai pertigaan Panawuan. Saat itu juga ia berteriak “kiri” kepada sopir agar menghentikan busnya. Kejadian serupa dialami para perantau asal Desa Cilimus lainnya. Anggi misalnya, yang kebetulan adik kandung Anto merasakan hal yang sama. Ia kebingungan melihat Cilimus sekarang ini pasca menghilangnya pohon karet di alun-alun. Untungnya, kabar penebangan pohon karet sudah ia peroleh dari medsos sehingga ketika mudik Anggi tidak kebablasan sampai Panawuan. “Bener-bener bingung. Pohon karet enggak ada. Padahal pohon tersebut ciri khas Cilimus. Terus terang sebagai warga Cilimus saya merasa kecewa,” ujar Anggi usai menunaikan salat Ied di jalan raya, Rabu (6/7) itu. Rasa kecewa dilontarkan pula oleh para perantau lainnya. Angga yang selama beberapa tahun ini bekerja di Tanggerang merasa heran atas penebangan pohon bersejarah itu. Begitu juga Agung dan Diki. Mereka adalah para pemuda Cilimus yang mencoba mengadu nasib di luar kota untuk mencari sesuap nasi. “Jelas lah kami merasa kecewa atas penebangan pohon karet itu. Pohon karet tersebut mengandung nilai sejarah tinggi. Mestinya kalau mau dilakukan penataan alun-alun, pohonnya tetap dipelihara, dilestarikan bagaimana pun caranya,” tandas mereka. Pantauan Radar, salat ied yang biasanya memakan badan jalan raya hanya sedikit, Lebaran tahun ini cukup panjang. Badan jalan raya yang digunakan tersebut hingga menjangkau Gang Krikil Desa Cilimus. Ini karena jamaah tidak bisa menggunakan alun-alun. Padahal, ada sebagian area alun-alun yang tetap digunakan meski masih beralaskan tanah. “Lihat saja yang salat di jalan raya sampai panjang begitu. Ya karena alun-alunnya sekarang enggak bisa lagi digunakan untuk salat,” ujar H Ade, salah seorang tokoh masyarakat yang memberi garis pembatas jamaah. Tahun lalu, alun-alun masih bisa digunakan untuk salat ied ketika jamaah membeludak. Sedangkan Masjid Al Istiqomah sudah penuh meski berlantai dua. Kendati jamaah tidak tertampung di alun-alun, mereka hanya menggunakan ruas jalan raya hanya beberapa meter saja di depan alun-alun. “Kelihatannya penataan alun-alun ini kurang mempertimbangkan jamaah salat, area parkir dan lain-lainnya. Kalaupun nanti dibuatkan taman, untuk pemeliharaannya pun nampaknya akan membebankan anggaran desa,” kata Syaeful, perantau lainnya. Sementara, dari pengeras suara, Kades Cilimus H Otong Mulyadin menyisipkan pernyataan soal penataan alun-alun. Dia mengatakan, penataan alun-alun tersebut untuk estetika dan kebersihan Cilimus sebagai etalase Kabupaten Kuningan. (ded)  

Tags :
Kategori :

Terkait