Panen Tidak Kompak Sebabkan Harga Gabah Naik

Selasa 12-07-2016,21:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA - Gabah hasil panen petani Majalengka untuk musim tanam ini diperkirakan mengalami penurunan. Hal itu karena di beberapa wilayah, petani tidak menanam padi secara serentak. Kondisi cuaca yang tidak menentu mempengaruhi debit air dan hama padi bermunculan yang berdampak pada hasil panen. Penanaman serentak yang dilakukan pada tahun sebelumnya tahun ini tidak dilaksanakan. Ada petani yang baru menyemai dan memelihara bibit padi, yang lainnya sudah memasuki musim panen. “Seperti kejadian yang dialami petani di Kertajati, sebagian lahan pertanian masih kering karena irigasi belum terisi air. Sehingga mereka menunda untuk menanam padi dengan perhitungan akan rugi kalau dilakukan saat ini,” kata Abdul Rozak, petugas lapangan BP3K Majalengka kepada Radar, Selasa (12/7). Rozak menyebutkan, di daerah Panyingkiran yang irigasi pengairannya cukup malah sekarang sedang panen. Di sisi lain, harga beras mulai mengalami peningkatan. Menurutnya, tidak meratanya panen sedikit berpengaruh terhadap hasil produksi gabah kering giling (GKG) para petani di seluruh Majalengka. Pasalnya, ketika yang lain belum atau tidak menanam bisa ditutupi dengan hasil panen dari daerah lainnya. Sehingga ketersediaan gabah maupun beras di pasaran bisa aman. Apalagi sebelumnya sudah ada stok beras di gudang Bulog. Sejumlah kecamatan seperti Panyingkiran sudah panen dan memperoleh produksi maksimal. Sawah di kecamatan lainnya memang belum panen, tapi akan segera menyusul. “Kalau nanti sawah-sawah di kecamatan lainnya panen, dipastikan Majalengka surplus beras,” jelasnya. Sementara itu salah seorang pemilik sawah di Panyingkiran, Aris Sumantri mengaku harga gabah kering giling kembali naik beberapa hari lalu. Dari yang semula Rp320 ribu per kuintal sekarang mencapai sekitar Rp400 ribu. Padahal Juni lalu harga gabah masih di kisaran Rp330 ribu karena dipengaruhi panen raya di Jawa Tengah. “Ada bandar gabah yang langsung mendatangi saya dan berani membeli gabah dengan harga di atas rata-rata. Katanya stok digudangnya mulai menipis sedangkan permintaan dari distributor beras di kota-kota lain mengalami peningkatan,” ujarnya. Pendapat senada dikatakan Ahmad Suhada, pengusaha penggilingan padi asal Kertajati. Dia menyebutkan, kenaikan harga tersebut terjadi karena semakin minimnya stok gabah di tingkat petani sementara permintaan beras dari sejumlah pasar seperti Pasar Induk Cipinang, Bandung, Bogor dan sejumlah pasar lainnya cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan gabah di penggilingan, dia sampai mencari gabah ke beberapa wilayah selatan Majalengka. Bahkan dia juga berburu gabah ke Desa Bodas Indramayu, Kuningan dan Kota Banjar karena di wilayah tersebut gabah masih tersedia di petani. “Naiknya harga gabah ini wajar karena musim kemarau. Sehingga pasokan gabah dari petani berkurang. Sementara musim panen pertama tahun ini masih cukup lama karena kondisi tanaman baru berusia dua bulanan saja,” ungkapnya. (gus)    

Tags :
Kategori :

Terkait