KUNINGAN - Greget Kuningan menuju Kabupaten Pendidikan Inklusif, terus dipertajam. Selasa (3/7), Pendidikan Inklusif resmi diluncurkan, di SDN 2 Sukamaju, Kecamatan Cibingbin oleh Bupati H Aang Hamid Suganda bersama Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus (PK) dan Layanan Khusus (LK) Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) RI, Dr Mudjito AK MSi.
Ini menjadi momen membanggakan bagi masyarakat, karena orang nomor satu di Kota Kuda ini ditetapkan sebagai Pelopor Pembudayaan Pendidikan Inklusif Jawa Barat. Acara diakhiri peletakan batu pertama pembangunan Sekolah Luar Biasa (SLB) Perbatasan, di Desa Cibingbin.
“Ini bukan sekedar seremonial. Ini sejarah bagi Kabupaten Kuningan. Di Indonesia baru ada satu bupati yang secara inklusif mengangkat orang-orang berkebutuhan khusus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Yaitu Bupati Kuningan. Di tanah air ini, baru ada Bupati Kuningan,” tandas Direktur Pembinaan PKLK Pendidikan Dasar, Kemendiknas RI, Dr Mudjito AK MSi.
Jadi, kata dia, pendidikan inklusif ini sudah diawali oleh Bupati Kuningan. Inklusif itu sudah ada di lingkungan birokrasinya Bupati Kuningan. Hasilnya, ternyata juga tidak mengecewakan, karena salah satu di antaranya berprestasi. Dia pun tidak hanya diangkat menjadi karyawan, tapi pejabat. Ialah Elon Carlan.
“Saya ikut merasa bangga,” ucap Mudjito.
Sikap modern juga sudah ditunjukkan bupati dengan berpihak kepada masyarakat marginal dan tertinggal. Dijelaskan, sikap modern tidak harus ditandai dengan teknologi. Sikap mental modern adalah sikap mental di mana Bupati Kuningan sudah memberikan sebuah nilai-nilai peradaban.
Semakin maju sebuah peradaban, maka semakin pemimpinnya menghargai masyarakat tertinggal. Itulah peradaban modern. Di negara-negara maju pun, pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ditaruh di bagian depan.
“Target Kuningan untuk menjadi Kabupaten Inklusif tidak salah, karena sudah dimulai oleh bupatinya. Betapa beliau telah memberi penghargaan besar kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Malah sampai mendapat pekerjaan. Terus terang tidak mudah seorang bupati memiliki rasa empati tinggi seperti ini,” terangnya
Bupati memilih Kecamatan Cibingbin sebagai lokasi pencanangan Pendidikan Inklusif, menurut Mudjito, pun sangatlah tepat. Karena Cibingbin tergolong daerah 3T, yakni terluar di Jawa Barat, terluar di Kabupaten Kuningan, tertinggal dan terisolir. Pilihan tepat ini sesuai dengan konsentrasi pemerintah pusat yang berpihak ke daerah pinggiran.
Selanjutnya, Mudjito menjanjikan bantuan ruang serbaguna Rp350 juta bagi SDN 2 Sukamaju yang sudah dengan peduli menjalankan pendidikan inklusif. Di mana ada 42 siswa berkebutuhan khusus belajar di sekolah itu.
Selain itu, memberi beasiswa bagi setiap siswa berkebutuhan khusus Rp1 juta per orang, dan bantuan Rp40 juta bagi SLB negeri maupun swasta.
“Saya sangat apresiatif kepada pak bupati. Beliau adalah pelopor pendidikan Inklusif di Jawa Barat,” tandas Mudjito, disusul tepuk tangan hadirin.
Ikut hadir Sekda Drs H Yosep Setiawan MSi, unsur Muspida, perwakilan Gubernur Jawa Tengah, Asda II Drs H Kamil Ganda Permadi MM, Kabag Kesra Drs H Toto Toharudin MSi, Ketua DPRD H Acep Purnama, Ketua TP PKK Hj Utje CH Suganda, istri Wabup Hj Dadah Rochmana serta para pejabat eselon II lain. (tat)