Sudah 3.400 Warga Kab Cirebon Kecanduan Napza

Senin 25-07-2016,16:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KEDAWUNG – Angka pecandu Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) di Kabupaten Cirebon terbilang cukup tinggi. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 3.400 orang. Data mencengangkan itu disampaikan oleh Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung ke IPWL Prama di Kedawung, Minggu sore (24/7). “Hari ini saya dapat informasi, ada sekitar 3.400-an orang yang teridentifikasi korban penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Cirebon. Jadi, kalau ini kita menggunakan banyak asumsi dari fenomena gunung es, minimal akan dikalikan 10 dari yang teridentifikasi tadi,” ujar Khofifah. Tidak hanya korban napza, Khofifah juga membeber warga yang terindikasi HIV/AIDS. Jumlahnya, tidak kurang dari 1.000 orang. Oleh karena itu, dia mengajak kepada warga untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap para korban napza maupun HIV/AIDS. Tetapi harus menggandengnya, sekaligus memotivasi agar bisa kembali ke jalan hidup positif. “Kita tidak bisa menjamin apakah setelah dua, lima ataupun 10 tahun normal kembali. Makanya, menjaga lebih penting terutama anggota keluarga. Perubahan perilaku, perubahan sikap itu harus dideteksi, jangan sampai kambuh,” tutur perempuan asal Jatim itu. Menurut Khofifah, pihaknya punya peranan dalam melakukan rehabilitasi pengguna narkoba. Tahun ini, targetnya 5.430 rehabilitasi narkoba yang dalam koordinasi Kementerian Sosial. Tetapi banyak IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor, red) seperti di IPWL Prama, yang juga bisa dijadikan tempat melapor. “Kita juga punya pusat edukasi dan informasi narkoba. Mulai tahun kemarin, kita siapkan format itu supaya pencegahan lebih dikedepankan. Anak-anak sekolah supaya lebih terinformasikan jenis-jenis dan dampaknya,” kata Khofifah. Peranan RBM (Rehabilitasi Berbasis Masyarakat), menurut Khofifah, sangat penting. Saat ini, yang masuk dalam koordinasi Kementerian Sosial baru empat IPWL. Kemudian, yang disiapkan pemda dan baru diserahkan ke Kemensos ada enam, sisanya 150 institusi yang berbasis masyarakat. “Yang berbasis masyarakat ini akan menyiapkan format berbasis panti maupun non panti. Jadi, kalau Yayasan Prama lebih banyak yang non panti dari pada pantinya,” ucapnya. Selain ke Yayasan Prama di Kedawung, Mensos juga bertemu sejumlah anak-anak telantar, anak berkebutuhan khusus dan anak bermasalah dengan hukum di Yayasan Cirebon Peduli Anak Bangsa, Minggu (23/7). Ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan hari Anak Nasional. Khofifah memilih untuk merayakannya secara sederhana di pinggiran Kota Cirebon. Dia sendiri sempat bersalawat bersama anak-anak. Kemudian membubuhkan tanda tangan di atas kain putih berisi tulisan cita-cita anak-anak yang hadir. \"Bahagiakan dan lindungi anak Indonesia,\" tulis Khofifah dalam kain putih itu. Dia merasa anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, anak telantar dan berhadapan hukum merupakan anak-anak yang perlu dirangkaul. Mereka harus dibangun semangat agar mereka tetap bisa survive dan mencapai harapan dan cita-citanya. \"Hari anak nasional ini, saya ingin memberikan kebahagian terhadap anak Indonesia,\" tukasnya. Terkait masih banyaknya angka kekerasan terhadap anak. Khofifah menyebutkan perlu adanya komitmen untuk saling melindungi. Pemerintah dalam hal ini menyiapkan regulasi, sementara masyarakat bersama dengan NGO, Ormas yang menjadi bagian penting sebagai frontliner untuk melindungi anak. Di lain sisi, pihaknya juga memberikan bantuan kepada anak-anak tersebut. Menurut Khofifah, pihaknya saat ini telah menyiapkan ujicoba mobil anti galau yang sudah ada di 44 titik di wilayah Jabodetabek. \"Kemungkinan akan berkembang agak banyak. Karena sudah banyak bupati dan walikota yang merespons,\" ucapnya. Mobil anti galau ini untuk merespons masih minimnya aktualisasi bagi masyarakat terutama remaja. \"Kita ingin dengan mobil ini masyarakat terutama remaja mendapatkan aktualisasi yang muncul, tapi belum terkanalisasi. Karena kalau tersumbat, ini juga berakibat bisa bunuh diri. Sementara angka bunuh diri ini sering kita tidak terlalu aware. Tapi cukup tinggi,\" bebernya. Untuk itu, Kemensos mencoba membentuk pola menyiapkan mobil anti galau untuk menyerap permasalah remaja. Dalam mobil anti galau itu, disiapkan layanan psikolog, leaflet, kemudian dirangkai dengan senam ringan dan juga musik. (den/jml)    

Tags :
Kategori :

Terkait