Perancang Masjid Bambu Terbesar di Malaysia itu Orang Kuningan

Kamis 11-08-2016,14:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN - Siapa sangka tokoh utama di balik pembangunan masjid bambu terbesar di Kuala Kangsar, Perak, Malaysia, ternyata seorang putra  asli Kuningan. Adalah Jajang Agus Sonjaya (44) pemilik usaha Bambubos yang berkantor di Yogyakarta sebagai pengembang pembangunan masjid bambu di malaysia tersebut ternyata adalah putra sulung pasangan Dudung Masduki (70) dan Opi Sopiah (63) yang bertempat tinggal di Jalan Ramajaksa, Dusun Sidapurna, Kelurahan Purwawinangun, Kecamatan Kuningan. Radarcirebon.com berkesempatan menyambangi kediaman Jajang di Jalan Ramajaksa dan berbincang dengan kedua orang tuanya yang kini tengah menikmati masa pensiun. \"Jajang sedang ada pekerjaan di Papua. Mungkin baru pulang akhir Agustus nanti,\" kata Dudung saat menerima kedatangan radarcirebon.com di rumahnya. Dudung didampingi istrinya, Opi, tak sungkan menceritakan kisah perjalanan anak sulungnya tersebut mulai saat masih kecil hingga menjadi seorang yang sukses di dunianya sekarang. Diceritakan Dudung, Jajang adalah anak pertama dari lima bersaudara yang lahir dan tumbuh besar di Kuningan. Jajang mengenyam pendidikan dasar di SDN Purwawinangun 2, kemudian melanjutkan ke SMPN  1 Kuningan dan kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Kuningan. Bakat dan minat Jajang terhadap alam dan pelestarian lingkungan, kata Dudung, sudah terlihat sejak masih duduk di bangku SMA. Keikutsertaan Jajang di organisasi pecinta alam Smandarikal kala itu yang kerap melakukan perjalan naik gunung dan kegiatan pelestarian alam tampaknya merangsang kepekaan Jajang terhadap lingkungan sekitar. Hobi Jajang menjelajah alam ternyata semakin diperkuat dengan keikutsertaannya menjadi anggota  Mapala saat kuliah di Jurusan Arkeologi UGM. Bahkan, hobi naik  Gunung Ciremai semasa SMA masih kerap dilakukan Jajang bersama teman kuliah atau teman sesama pecinta alam lainnya hampir setiap bulan. \"Jadwal rutin setiap malam bulan purnama, Jajang pulang Kuningan untuk naik ke Gunung Ciremai bersama teman-temannya, bahkan pernah hanya berdua ke Ciremai. Alasannya karena saat malam bulan purnama tidak pernah hujan,\" kata Dudung menirukan ucapan Jajang kala itu. Jajang lulus kuliah tahun 1999, langsung diminta untuk mengajar sebagai dosen di kampusnya. Namun mulai tahun 2003 dia bersama teman bule bernama Ben Brown mulai menggeluti bambu sebagai bahan ramah lingkungan, hingga mereka pun bersepakat membuat Yayasan Hutan Biru dan perusahaan Bambubos hingga saat ini. \"Bersama teman bulenya, Jajang kerap berkeliling Indonesia terutama daerah-daerah rawan gempa untuk menerapkan konsep rumah bambu di sana. Bahkan teman bule tersebut beberapa kali datang ke Kuningan dan menginap di sini,\" ucap Dudung. Kesuksesan dan keberhasilan yang diraih Jajang sebagai seorang dosen, peneliti dan juga pengusaha di bidang bambu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Dudung dan Opi sebagai orang tuanya sekaligus teladan bagi keempat adiknya. Meski demikian, keberhasilan yang diraih Jajang tersebut tidak membuatnya lupa diri dan sombong, dia tetap berbakti kepada orang tua dan membimbing adik-adiknya hingga semuanya berhasil seperti sekarang. \"Jajang adalah anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua sekaligus teladan untuk adik-adiknya. Bahkan saya pernah menemukan satu surat lama dan baru ketemu setahun yang lalu dari Jajang untuk adiknya berisi nasihat yang sangat dalam layaknya orang tua, bahkan melebihi saya,\" ujar Opi dengan mata berkaca-kaca. Opi pun mengaku sangat bangga dengan kesuksesan yang kini diraih anak sulungnya tersebut yang telah mengharumkan nama baik keluarga dan tempat kelahirannya Kabupaten Kuningan. Karya Jajang bersama anak buahnya di perusahaan Bambubos telah banyak dikenal tidak hanya di Indonesia bahkan hingga Asia Tenggara mulai dari rumah tinggal, jembatan, tugu jam dan yang kini tengah digarap adalah masjid bambu terbesar di Malaysia. Keahlian Jajang dalam mengolah bambu sebagai bahan alternatif pengganti kayu, kata Opi, juga telah diterapkan di tanah kelahirannya dengan membuat tempat pengawetan bambu di Desa Cipari, Kecamatan Cigugur. Produksinya pun kini sudah tergolong besar, salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan masjid di Malaysia tersebut. \"Namun sayang, lokasi tersebut kini statusnya masih mengontrak dan dalam kurun waktu beberapa bulan akan habis, sedangkan pemilik lahan tidak berencana menjual ataupun memperpanjang masa kontraknya. Oleh karena itu, Jajang sekarang sedang mencari lahan baru untuk tempat pengawetan bambu, sekaligus ingin membuat galeri,\" kata Opi. Opi menceritakan, Jajang pernah berkata tentang potensi bambu di Kabupaten Kuningan yang sebenarnya sangat besar namun sayang belum tergarap maksimal. Oleh karena itu, salah satu cita-cita Jajang untuk mengabdikan diri untuk tempat kelahirannya adalah keinginannya membuat galeri atau museum sekaligus community center yang akan memberikan pelatihan-pelatihan pengolahan bambu sebagai alernatif pengganti kayu sekaligus matapencaharian ramah lingkungan. Selain menjadi ahli di bidang bambu, Jajang pun masih konsisten dengan latar belakang pendidikannya sebagai seorang peneliti di bidang arkeologi sekaligus hobinya sebagai penulis. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah karya tulisannya yang sudah dibukukan seperti buku berjudul Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia, Melacak Batu Menguak Mitos, dan kumpulan cerpen Zanj, novel berjudul Manusia Langit serta buku Manajemen Pelatihan. (taufik)  

Tags :
Kategori :

Terkait