CIREBON – Menularkan dan Menguatkan Virus Sastra menjadi tema seminar Gotrasawala yang digelar di hotel Prima, Kota Cirebon, Sabtu (13/8). Hadir sebagai pembiacara, M Khoirul Anwar, Ipon Bae dan Saptaguna. Salah satu pembicara, Khoirul Anwar mengatakan, mayoritas orang dewasa abad ini seakan mulai mengalami penyakit pisikologis berupa tuna literasi budaya. Bahkan, mereka yang duduk di ekeskutif, legislatif, dan yudikatif mengaggap literasi budaya tak ubahnya klangenan atau hiburan semata. Hal itu karena sedari dini tidak dikenalkan dengan khazanah kesustaraan lokal dengan sungguh-sungguh. Muatan-muatan daerah yang lazim ditemui di sekolah kerap dianggap sebatas ekstra-kurikuler yang tak merasuk sebagai prioritas. Kemudian, ditambah dengan dikotomi yang lahir di tengah masyarakat, bahwa anak IPA Jauh lebih mulia ketimbang anak IPS. Atau kata lain, eksakta jauh lebih menjanjikan ketimbang humaniora. “Padahal, sastra menghaluskan rasa dan eksakta menajamkan isi kepala. Keduanya seperti dua sisi mata koin yang tidak bisa dipisahkan,” tutur Khoirul. Saat ini dibutuhkan manusia Cirebon yang memiliki kapasitas keuletan sekaliber Pangeran Wangsakerta. Manusia yang setiap inci waktunya mendedikasikan diri untuk membaca, menulis, mendokumentasi dan mereproduksi karya susastra Cirebon sesui konteks zaman yang melingkupinya. “Saya bermimpi, jika melalui Andrea Hirata dunia mampu mengenal Belitong sebagai negeri Laskar Pelangi, maka sudah saatnya masyarakat global mengenal titik koordinat Cirebon tidak hanya dari Tari Topeng, Sinteren, maupun Keraton. Tapi juga dari wasiat literasi Caruban Nagari yang melimpah-ruah wujud dan bentuk ekspresinya,” pungkas Khoirul. (Fazri)
Cirebon Tidak Hanya Tari Topeng, Ada Wasiat Literasi Caruban Nagari
Minggu 14-08-2016,05:05 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :