Anies Kini Punya Banyak Waktu Mendongeng untuk Anak

Selasa 16-08-2016,09:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Para menteri Kabinet Kerja yang terkena gerbong reshuffle jilid II kembali menjalani aktivitas seperti sediakala. Anies Baswedan, misalnya, kembali mengantar anak sekolah dengan roda dua. Laporan: M. Hilmi S.-Doddy, Jakarta SEHARI setelah lepas jabatan sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan membuat viral. Kala itu fotonya naik roda dua mengantar Kaisar Hakam Baswedan, anak ketiga, berangkat sekolah ke kawasan Cinere beredar di dunia maya. “Mengantar anak ke sekolah itu bukan kegiatan baru bagi saya,’’ cerita Anies saat menerima Jawa Pos (Radar Cirebon Group) di joglo rumahnya sambil ditemani kopi dan bika ambon, Minggu (14/8). Pria kelahiran Kuningan, 7 Mei 1969, itu menuturkan, sebelum ditunjuk sebagai Mendikbud, dirinya biasa mengantar anak ke sekolah. Anies mengatakan mulai mengantar anak ke sekolah ketika baru menempati rumahnya di kawasan Lebak Bulus pada 2005. Saat itu dia tidak memiliki sopir sehingga mengantar sendiri anaknya ke kawasan Cinere, Depok, dengan menggunakan motor. Setelah mengantar sang anak, dia harus berangkat bekerja di kawasan Jalan M.H. Thamrin. “Bisa dibayangkan macetnya seperti apa,” jelasnya. Beberapa waktu kemudian, Anies memiliki sopir pribadi. Namun, anak-anaknya kadung nyaman diantar dengan sepeda motor. Kadang ke sekolah diantar sopir, kadang juga menggunakan jasa ojek. Suami Fery Farhati Ganis itu menuturkan, setelah tidak menjadi menteri, dirinya memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga. Sebagian dia gunakan untuk bermain sepak bola di lapangan belakang rumah, bermain Othello, sampai mendongeng. Sepulang sekolah, anak-anaknya sekarang langsung bersemangat untuk menuju ke joglo, mencarinya. “Setelah ketemu, langsung minta dibacakan dongeng,” katanya. Saat mendongeng, dia sebenarnya tidak benar-benar membaca sebuah cerita. Tetapi, dia mengarang cerita sendiri. Intinya, sejak awal dia sudah menentukan tema. Contohnya kejujuran. Kemudian, ceritanya mengalir begitu saja. “Yang repot itu kalau dongengnya bersambung. Pasti nanti ditagih dan harus berpikir cara menyambung ceritanya,” tuturnya, lantas tertawa. Anies benar-benar merasakan waktunya sekarang banyak untuk keluarga. Selama jadi menteri dulu, waktunya nyaris habis untuk mengabdi. Bahkan, dia mengibaratkan memiliki tiga hari Jumat. “Jumat, Jumat, Jumat, kemudian Senin. Tidak ada Sabtu dan Minggu,” imbuhnya. Terkait dengan reshuffle, Anies menjelaskan tidak merasa ada yang spesial. Tidak ada rasa drop atau sejenisnya. Justru yang membuatnya kaget adalah saat melihat ikatan batin dengan pegawai Kemendikbud. Ikatan itu dia rasakan ketika perpisahan di selasar lobi gedung A Kemendikbud sesaat setelah pergantian menteri diumumkan Presiden Joko Widodo. “Istri saya saat pertama mendengar kabar reshuffle hanya bilang wow,” tandasnya. Respons yang luar biasa juga dirasakan ketika Anies mendapat laporan tulisan-tulisan blog tentang dirinya. Di antaranya, ada bloger yang mengulas perlakuan terhadap anak yang supernakal. Anak-anak yang nakal, menurut Anies, memang tidak tepat jika dikeluarkan dari sekolah. “Sekolah itu bukan kantor. Kalau di kantor, ada ikatan kontrak, yang nakal bisa dipecat,” jelasnya. Sedangkan di sekolah, fungsi sebagai lembaga pendidikannya justru dituntut ketika ada anak didiknya yang nakal. Melihat banyaknya respons publik, Anies menyadari bahwa kebijakan-kebijakan atau gagasannya mengena di masyarakat luas. Selain lebih banyak waktu dengan keluarga, Anies memiliki kesibukan memenuhi undangan dari sejumlah lembaga. Mulai sekolah hingga kampus. Undangan yang masuk setumpuk. Ketika jadi menteri, ada sekretariat yang khusus mengatur soal jadwal kegiatan. Saat ini dia harus mengatur jadwal sendiri. Misalnya, beberapa hari lalu dia menjadi penyampai kuliah umum mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI). Kebetulan anak pertama Anies, Mutiara Annisa Baswedan, adalah satu di antara ribuan mahasiswa baru kampus “jaket kuning” itu. Ketika berhadapan dengan mahasiswa baru, Anies, antara lain, menyampaikan wejangan untuk bersiap menghadapi abad ke-21. Kesiapan menghadapi abad ke-21 tidak sebatas menguasai kemajuan teknologi. Tetapi, juga harus siap dengan persaingan dan tuntutan hidup di abad ke-21. Ditanya soal rencana setelah jadi menteri, bapak empat anak itu hanya melempar senyum. “Saya percaya Tuhan memiliki rencana yang misterius,” jelasnya. Yang pasti, Anies mengatakan tidak akan kembali ke kegiatan sebelum menjadi menteri. Kegiatan sebelum menjadi menteri itu adalah menjadi dosen di kampus Universitas Paramadina yang pernah dia pimpin. Juga, terlibat aktif dalam kegiatan Indonesia Mengajar (IM). Dia akan menjadikan kegiatan-kegiatan masa lalu itu sebagai bahan kontemplasi. (*/c10/oki)

Tags :
Kategori :

Terkait