Setiap Pagi Kini Bisa Beri Makan Ayam dan Burung

Rabu 17-08-2016,10:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Aktivitas Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandi  selama dua pekan terakhir berubah 180 derajat. Setelah tidak lagi menjabat, Yuddy kembali ke kampus dan bisnis.   SEMASA menjadi menteri Kabinet Kerja, Yuddy  memang dikenal penuh kontroversial. Baik dalam kebijakan maupun pernyataan. Yuddy misalnya. Pada awal masa jabatan, dia pernah melarang kantor-kantor pemerintah rapat di hotel. Alasannya penghematan anggaran. Dia juga pernah memublikasikan hasil evaluasi kinerja kementerian pada 2015, yang dinilai sebagai pembelaan diri terkait kinerjanya sebagai menteri. Tak lupa, Yuddy pernah mengeluarkan pernyataan untuk lebih memprioritaskan PNS (pegawai negeri sipil) daripada lulusan universitas ternama. Ditemui setelah menguji disertasi doktor di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kemarin (15/8), Yuddy tampak santai. Sejak pukul 09.00 dia tiba bersama guru besar lain untuk menguji calon doktor di bidang ekonomi syariah. Dia menjadi penguji tamu. “Aktivitas saya sekarang ke kampus lagi,” ujar guru besar Universitas Nasional Jakarta itu. Sebagai guru besar di bidang politik, ekonomi, dan kebijakan publik, Yuddy memiliki tiga mata kuliah yang harus diajarkan. Dua mata kuliah untuk S-1, yakni di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik serta di fakultas ekonomi. Satu mata kuliah lainnya di pascasarjana. Saat menjadi menteri, aktivitas di kampus itu praktis ditinggalkan. Termasuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang menempuh skripsi. “Selama saya jadi menteri, hanya satu orang yang saya bimbing. Padahal, yang daftar puluhan,” ujarnya. Setelah lengser, Yuddy mengaku aktivitas kesehariannya sangat berubah. Ketika masih menjadi menteri, bangun pagi, dia harus langsung menuju kantor Kemen PAN-RB di Senayan. Kini Yuddy punya waktu untuk bercengkerama dengan keluarga. Bahkan, sebelum berangkat ke kampus, dia sempat memberi makan burung dan ayam peliharaannya, membuang sampah, sampai mendengar omelan Velly Elvira, sang istri tercinta. “Dulu, dua tahun (saat menjadi menteri, red) anak saya susah sarapan. Sekarang saya bisa menemani dia sarapan,” ujar pria kelahiran Bandung, 29 Mei 1968, itu. Begitu pula saat malam, Yuddy punya kesempatan mendampingi sang anak mengerjakan PR. Dari situ, dia jadi tahu perubahan kurikulum pendidikan saat ini. “Pertanyaannya sudah level mahasiswa. Sesuatu yang tidak saya jumpai saat saya masih SMP dulu,’’ ujarnya. Anak semata wayang Yuddy, Ayesha Fatma Nandira, saat ini masih duduk di kelas VII SMP di Labschool Jakarta. “Hari kebebasan’’ itu juga dia manfaatkan untuk ’’menyalurkan’’ hobi lama. Yakni, nonton film bersama anak-istri. Dalam dua pekan terakhir setelah lengser, sudah tiga film dia lahap bersama keluarga. ”Terakhir kami nonton Jason Bourne. Sebelumnya nonton Tarzan. Seru sekali,” ujar Yuddy, lalu tersenyum. Yuddy bercerita, sebelum di-reshuffle, dirinya sempat bertanya kepada sang anak. Dia ingin tahu responsnya bila ayahnya tak lagi jadi menteri. ’’Ternyata dia malah bersorak. Senang sekali. Itu berarti ayahnya bebas ke luar negeri,’’ cerita dia. Sebelum menjadi menteri, keluarga Yuddy memang “rajin” ke luar negeri. Minimal sebulan sekali ke Singapura atau Malaysia. Apalagi di Singapura, Yuddy menjadi pengajar tamu di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University (NTU). Sedangkan di Malaysia, Yuddy memiliki research fellowship di Universitas Sabah, Kinabalu. “Biasanya, sambil bekerja, saya ajak keluarga ke sana,” ujarnya. Selain mengajar, Yuddy kembali menekuni bisnisnya yang sempat ditinggalkan. Dia tercatat sebagai vice president PT Teamindo Sejahtera. Dia juga kembali aktif menjadi konsultan dan menjadi komisaris di beberapa perusahaan. “Jadi, pagi saya ke kampus. Siangnya satu dua jam ke kantor. Kalau semua beres, saya pulang ke rumah. Beres-beres buku perpustakaan,” ujarnya. Saat menjadi menteri, hampir semua waktunya tersita untuk tugas negara. Dia menggambarkan, jika dalam waktu singkat satu kegiatan menteri ditinggalkan, sudah banyak pekerjaan yang menunggu. ”Dulu satu jam saja saya meninggalkan ruangan, surat-surat langsung menumpuk. Belum lagi aktivitas, sehari saya tidak masuk, daftar tamu sudah menunggu,” ujarnya.(jpg)

Tags :
Kategori :

Terkait