Harapan Indonesia untuk mendulang emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 datang pada hari kesepuluh. Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir secara luar biasa sukses menembus babak final kemarin WIB (16/8). BERTANDING di Riocentro-Pavilion 4, Barra da Tijuca, Owi/Butet –panggilan mereka– bermain dengan sangat taktis, tenang, dan terfokus untuk menekuk Zhang Nan/Zhao Yunlei. Mereka menyikat pasangan nomor satu dunia sekaligus unggulan utama itu dengan skor 21-16 dan 21-15 dalam tempo 51 menit. Kemenangan dengan skor nyaman itu mengejutkan. Sebab, dalam delapan pertemuan terakhir sejak final Asian Games 2014 Incheon, Owi/Butet selalu kalah saat menghadapi ganda Tiongkok tersebut. “Ah, kami tidak akan memikirkan hasil yang lalu-lalu. Pada level ini, semuanya kosong-kosong,” kata Owi sehari sebelum pertandingan. Owi membuktikan ucapannya. Kemarin dia dan Butet bermain tenang dalam situasi apa pun. Itu adalah kunci utama kemenangan juara dunia 2013 tersebut. Pada game pertama, Owi/Butet, yang sempat memimpin 10-5, mendadak lengah. Sampai-sampai Zhang/Zhou mampu mencetak enam angka beruntun dan leading 11-10. Untung, dalam kondisi tertekan, Owi/Butet tetap berkepala dingin dan mampu mengontrol permainan. Butet, yang bermain sangat solid di depan net, sukses besar sebagai eksekutor. Dia menjadi penuntas serangan yang efisien dan membuat empat angka beruntun sehingga Indonesia kembali memimpin 16-14. Dalam situasi itu, Zhang/Zhao terlihat sekali sangat gugup dan gagal mengembangkan permainan. Mereka hanya bisa mencatat dua angka. Sedangkan Owi/Butet tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bablas merebut game pertama. Pada game kedua, situasi nyaris serupa. Owi/Butet unggul cepat 5-0 dan 6-1. Namun, Zhang/Zhao berhasil mengejar dan menyamakan kedudukan menjadi 12-12 setelah interval. Tetapi, sekali lagi, juara All England tiga kali itu tetap kalem. Dalam kondisi 14-14, giliran Owi yang menjadi eksekutor untuk mencetak lima angka beruntun dan unggul 19-14. Lalu, satu pengembalian melebar Zhao di sisi belakang akhirnya memastikan Owi/Butet menembus final. “Inilah Olimpiade. Semuanya bisa terjadi. Pokoknya, kami akan berusaha mempertahankan performa ini di final. Kami akan tetap fokus, kompak, dan selalu berkomunikasi dengan baik di lapangan,” papar Butet. Dalam babak final, Owi/Butet akan berhadapan dengan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying pada 17 Agustus pukul 22.30 WIB di Riocentro-Pavilion 4. Emas tentu saja akan menjadi kado yang indah pada hari ulang tahun ke-71 kemerdekaan Indonesia. Setengah jam sebelum Owi/Butet ke final, Chan/Goh lebih dulu menembus final lewat kemenangan atas ganda campuran Tiongkok lainnya, Xu Chen/Ma Jin, dengan skor 21-12 dan 21-19. Secara rekor pertemuan, Owi/Butet unggul telak 8-1 atas peringkat ke-11 dunia tersebut. Itu sudah termasuk kemenangan mudah dengan skor 21-15 dan 21-11 pada penyisihan grup C Olimpiade Rio 2016. Namun, belajar dari kemenangan melawan Zhang/Zhao, Butet mengatakan bahwa catatan head-to-head tidak berarti apa pun. “Jangan sombong karena hasil yang lalu-lalu. Sekarang yang harus kami lakukan adalah menjaga badan agar siap pada pertandingan final,” ucap Butet. ”Olimpiade ini atmosfernya berbeda sekali. Ajang ini adalah mimpi setiap pemain, entah itu pemain top atau tidak. Jadi, main saja dan fokus pada diri kami sendiri,” imbuh pemain 30 tahun tersebut. Butet memang punya pengalaman menembus final pada Olimpiade Beijing 2008. Ketika itu, berpredikat unggulan pertama bersama Nova Widianto, Butet kalah mengejutkan dua game langsung oleh ganda campuran non unggulan dari Korea Selatan Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung. Ketika itu, papar Butet, dirinya tidak bisa melewati tekanan sebagai pemain nomor satu dunia. ”Intinya, tidak boleh lengah dan jangan berpikir menang dulu. Itu saja,” tegas dia. Sementara Christian Hadinata, legenda bulu tangkis dan mantan pelatih ganda campuran Indonesia optimistis Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro Brasil 2016. Terlebih lawan yang akan mereka hadapi adalah lawan yang sama yang mereka kalahkan saat fase grup, Peng Soon Chan/ Liu Ying Goh (Malaysia). Koh Chris- sapaan karib Christian Hadinata- melihat potensi itu cukup besar dengan melihat tren positif mereka selama di Olimpiade kali ini. “Ini kesempatan mereka untuk membuktikan diri,” terangnya saat dikonfirmasi Jawa Pos (Radar Cirebon Group), kemarin (16/8). Grafis menurun yang diperlihatkan Owi/Butet sepanjang 2016 ini rupanya tidak berlanjut di Olimpiade Rio. Tempaan keras pelatih mereka Richard Mainaky pada masa persiapan sebelumnya sejauh ini berbuah nyata. Satu step lagi untuk menjadi juara Olimpiade dengan mengalahkan Peng/Liu di partai final. Secara teknis, Christian melihat permainan Owi/Butet sudah tampil cukup impresif. Kombinasi Smash keras Owi dan strategi permainan netting Butet berjalan lancar hingga semifinal kemarin. Menghadapi Zhang Nan/Zhao Yunlei, Owi/Butet menang dua game langsung, 21-12, 21-19. “Apa yang mereka perlihatkan kemarin sudah on the track, ini modal buat final nanti,” beber Koh Chris. Track record Owi/Butet di Olimpiade memang belum maksimal. Terakhri di edisi 2012 mereka gagal di fase semifinal, dan kalah dari Joachim Fischer Nielsen/Cristinna Pedersen dari Denmark saat perebutan medali perunggu. Kini di Rio 2016, Owi/Butet sudah dipastikan membawa pulang medali. Tetapi medali emas masih menjadi target besar mereka dan harapan ratusan juta penduduk Indonesia. Keduanya akan bertanding hari ini, Rabu (17/8) sekitar pukul 11.30 waktu setempat atau sekitar 21.30 WIB. Jika keduanya meraih medal emas, tentu itu menjadi kado terbaik bagi Rakyat Indonesia yang hari ini merayakan HUT ke-71 RI. (nur/c11/ang/nap)
Ayo Owi/Butet, Indonesia Bisa Emas!
Rabu 17-08-2016,12:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :