Pipa di Cikalahang Ditutup, 10 Ribu Pelanggan PDAM Terancam

Rabu 24-08-2016,10:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON- Penutupan pipa PDAM di Blok 2 Sukasirna Desa Cikalahang, Dukupuntang, membuat jajaran direksi PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon mulai cemas. Aliran air ke pelanggan bisa terancam. Apalagi jumlahnya cukup banyak, 10 ribu pelanggan. Direktur PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon Suharyadi SE mengakui air yang didistribusikan dari sumber mata air itu untuk memenuhi 10 ribu pelanggan. Setidaknya, kata Suharyadi, sumber mata air di Desa Cikalahang itu untuk memenuhi kebutuhan air di Kecamatan Dukupuntang, Arjawinangun, Gegesik, dan Suranenggala. “Artinya, penutupan pipa air itu sangat merugikan pelanggan PDAM,” ujar Suharyadi kepada Radar Cirebon, Selasa (23/8). Suharyadi mengakui beberapa pelanggan sudah mulai mengeluhkan tersendatnya aliran air PDAM. “Kami akui sudah ada beberapa pelanggan yang mengadu karena kekurangan air akibat penutupan sumber mata air. Tapi sudah kami sampaikan terkait permasalahan yang terjadi saat ini,” tuturnya. Dia hanya berharap masyarakat setempat tidak salah mengambil tindakan. Sebab, sambung dia, kebutuhan air bersih untuk masyarakat luas. “Yang jelas kita sedang melakukan langkah-langkah terbaik. Evaluasi dan lobi-lobi ke warga terus kami lakukan,” tukasnya, seraya berharap warga segera melunak dan tak lagi menutup pipa PDAM. Dia mengatakan pihaknya bekerja berdasarkan PP Nomor 122 tahun 2-15 tentang Air. Dengan PP itu, PDAM selaku operator harus memberikan pelayanan kepada masyarakat.  Suharyadi kembali menekankan, posisi PDAM hanya meneruskan program Proyek Air Bersih (PAB) tahun 1978 silam. Suharyadi juga mengatakan PDAM tidak akan melakukan penambahan kapasitas debit seperti yang diinginkan oleh masyarakat, yakni dengan melakukan penggalian dan pembebasan lahan. Hal itu sulit dilakukan. “Debit yang sebelumnya 100 liter air per detik milik PDAM untuk didistribusikan ke pelanggan saat ini berkurang menjadi 50 liter per detik. Jadi kalau kami 50 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan pertanian, MCK, dan instalasi rumah-rumah warga, terus terang kami tidak mampu,” tuturnya. Dia mengungkapkan, debit sumber mata air itu adalah 100 liter per detik dengan diameter 200 mm. Namun, debit air itu tidak utuh 100 liter per detik karena faktor alam dan bertambahnya jumlah penduduk. “Jadi aliran air di pipa PDAM itu hanya setengahny,  yakni 50 liter per detik,” katanya. Mengenai tudingan masyarakat bahwa PDAM telah melakukan kecurangan, Suharyadi menegaskan itu adalah persepsi dari masyarakat. “Sebab pada prinsipnya PDAM tidak merasa melakukan itu. Sekali lagi, tugas kami haya operator dan melanjutkan pelayanan yang sudah ada,” ucapnya. Diberitakan sebelumnya, warga menutup rapat pipa PDAM setelah audiensi dengan direksi PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon buntu. Penutupan tersebut dipimpin Kepala Dusun Blok 2, Imam Prayogi. “Aksi ini spontan karena warga kesal dengan PDAM,” jelas Imam kepada Radar. Menurutnya, PDAM telah melakukan kecurangan dalam pembagian porsi sumber mata air. Sesuai perjanjian awal dibangunnya Proyek Air Bersih (PAB atau cikal bakal PDAM, red) pada tahun 1978, pemanfaatan sumber mata air itu dibagi 40 persen untuk PAB dan 60 persen untuk warga. Tapi seiring berjalannya waktu, dua pipa hasil kesepakatan itu diputus. Satu pipa yang disebut-sebut tempat pembuangan, justru dipakai oleh PDAM. “Selidik demi selidik, pipa lama milik PAB itu dipotong dan ditutup dengan batu dan tanah,” ungkap Imam. Dia mengatakan, kecurangan PDAM juga dilakukan dengan menutup sumber mata air milik warga dengan 25 karung. Dia menilai wajar ketika amarah warga memuncak dan tidak bisa dibendung lagi. Sebab, kebutuhan air di pemukiman sekitar sumber mata air berkurang drastis. Hal senada diungkapkan pemilik lahan sumber mata air, H Andi. Dia mengatakan aksi warga dengan menutup aliran sumber mata air ke pipa PDAM sebagai puncak kemarahan. Sebab, persoalan ini sudah bertahun-tahun tanpa solusi. Apalagi, apa yang dilakukan oleh PDAM ini merugikan masyarakat lantaran kebutuhan air untuk sawah dan rumah tangga berkurang secara drastis. “Gimana tidak marah, sumber mata air ditutup oleh PDAM. Jadi warga tidak punya air karena sumber mata air di desa kami diperjualbelikan oleh PDAM. PDAM itu mengambil air tidak menggunakan modal. Tinggal pasang pipa, air mengalir,” kata Andi. (sam)

Tags :
Kategori :

Terkait